Mencari🔭

4.4K 411 8
                                    


Setelah lelah mencari ke sana-kemari, akhirnya Acilia menemukan pekerjaan. Ia bekerja sebagai pelayan di sebuah kafe. Berpakaian seksi dan berdandan semenarik mungkin adalah prioritasnya saat ini. Tidak sulit bagi Aci, karena dia sendiri adalah gadis yang stylish dan tahu cara bergaya yang benar dalam berpenampilan.

"Pegawai baru ya?" Seorang pelanggan kafe menegurnya. Aci mencoba seramah mungkin dengan memberikan senyum palsu. Dalam hati sebenarnya ia jengah dengan sikap pria perayu.

Dasar cowok kampungan, omelnya dalam hati.

Aci cepat-cepat berlalu. Ia tak mau masalah berikut, menerpanya kembali. Seorang teman se-profesi menyenggol lengannya.

"Lo disapa tuh sama cowok keren tadi." Teman Aci bernama Anggun tersenyum berbinar padanya.

"Gue yang disapa, kenapa lo yang seneng. Aneh," sindir Aci.

"Tu cowok jarang-jarang ke sini. Lo tau gak dia siapa?"

Aci menoleh pada si pemuda yang menyapanya tadi. Pemuda itu tengah tertawa terbahak-bahak bersama temannya yang lain. Aci tersenyum mengejek.

"Emangnya penting?"

"Eh jangan salah, Ci. Dia itu pemilik kafe ini, juga beberapa resto yang lain. Keren gak?"

"Dia? Pemilik kafe ini?" Aci tertawa lepas, "Bodo!" Aci memilih tak acuh.

"Lo dibilangin malah gitu."

"Keliatan banget tu cowok kampungan. Sori. Bukan tipe gue, Gun."

Anggun mengangkat bahu seraya tersenyum sedatar mungkin. "Susah ya, ngomong sama orang susah." Sepertinya kawan satunya itu tak bisa diajak berbicara soal lawan jenis.

"Ngomong apa sih lo?" tanya Acilia kembali sinis.

"Lo gak asyik!" Anggun melenggang pergi.

—★—

"Apa?! Kehilangan jejak?? Bagaimana bisa?" Laki-laki yang tak lain papa Acilia itu merah padam karena marah, "Aku membayarmu cuma buat jaga dia! Lalu sekarang kamu lengah? Kita gak tau sekarang dia ada di mana."

Rahagi memijit pelipisnya berkali-kali. Keputusannya memang aneh. Tapi ia tak mengira akan kehilangan jejak putri semata wayangnya itu.

"Mami udah bilang, ide Papi itu gila!" teriak Rahayu dari balik pintu kamar. Tak sengaja ia mendengar percakapan Paijo dan suaminya, "Acilia anak mama sayang sekarang di mana?" Tangisnya pecah seketika.

Rahagi tambah kebingungan menanggapinya. Ia menarik kerah baju Paijo sembari berbisik tajam.

"Sekarang kamu cari Acilia sampai ketemu. Kalo nggak, aku bisa pecat kamu dan menyetop biaya sekolah anak-anakmu!" ancam Rahagi, "Kembali ke rumah ini kalo kamu sudah mendapat info di mana anak gadisku yang bandel itu tinggal!" Paijo mengangguk walaupun dengan menggigil takut. Majikannya kali ini benar-benar marah.

"Kenapa gak Papi cari sendiri aja? Bukannya Papi yang mengusir pergi anak kita?" sahut Rahayu yang gemas melihat tingkah suaminya, "Papi! Acilia itu anak Papi! Bukan anak orang lain. Liat aja wajahnya mirip Papi dan bandelnya sama!" lanjutnya dongkol.

"Papi tahu, Mi. Cuma papi udah kehilangan cara buat ngedidik dia. Dimarahi udah, dikurung di kamar pernah, bahkan stop uang belanja sebulan juga udah dilaksanain. Dia malah minjem ke bank, gadein surat motor sama mobilnya. Apa papi gak pusing liat tingkah Acilia, Mi?"

Rahayu memberengut kesal. "Salah Papi juga manjain dia dari kecil. Mami mah biasa aja," sungut Rahayu. Tangisnya mulai reda.

"Masalahnya anak kita sekarang bener-bener kehilangan jejak, Yu." Rahayu mengangkat bahu. Dalam hati terdalam seorang ibu pasti khawatir, ia punya rencana sendiri untuk mencari Acilia anaknya.

Sinyal JodohTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang