2%

1.6K 233 30
                                    

"Minjem penghapus dong!"

"Pulpen gue abis, Lis!"

"Elah, nih pensil kenapa tumpul lagi?! Minjem serutan sini."

"Liat catetan barusan dong, gue ketinggalan nih."

"Penghapus lagi, Lis."

"Sini pulpen lo, punya gue macet."

"Mana tadi penghapus?"

"Gue minjem pensil lo."

"Penghapus lagi!"

"Aanjir, salah lagi. Mana penghapus? Minjem lagi dong."

"Pulpen, Lis---"

"HEH UPIL BADAK! BISA GAK SIH LO DIEM SEHARI AJA?!"

Hanbin berkedip beberapa kali, syok.

Bu Hayi, di depannya hanya geleng-geleng kepala.

Udah biasa.

"Hanbin, kamu masih belum beli alat tulis?" Tanyanya.

Yang ditanya hanya nyengir.

Hayi menggelengkan kepalanya lagi.

Hanbin itu anak punya sekolah, kenapa gak kebeli pulpen sama pensil dan teman-temanya coba? Heran.

"Minggu depan kamu harus udah beli, ya. Biar pas pelajaran saya gak ribut kaya gini."

"Baik, Bu."

Hayi lalu kembali fokus pada papan tulis.

"Simple past tense---"

Lisa menatap Hanbin dengan tajam. Cewek itu nyimpen loket alat tulisnya di depan meja.

"Lo.kalo.mau.pinjem.tinggal.bawa.jangan.ngomong.sama.gue."

Hanbin ngangguk. Dia liat mata cewek di sampingnya.

Fyi, mereka sebangku.

Mata Lisa menatapnya dengan tajam.

Setajam silet, eaaaa

Hanbin ngeliat ke depan. Bu Hayi lagi nerangin tentang simple past apa gitu. Hanbin kagak ngerti.

Cowok itu fokus.

Bukan, fokus sama papan tulis.

Tapi, fokus sama dada Bu Hayi. Kkk

"Jangan jelalatan lu!"

***

Punya lu juga harus besar, Lis. Biar Hanbin gak liat punya cewek lain. 😂

BEST FRIEND - HANLISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang