BAB I - BAYI TAK BERDOSA ITU DIBUANG DI STASIUN KERETA

268 5 0
                                    


Catatan : Novel ini berupa trilogi (Pada-Mu Aku Bersimpuh, Biarkan Aku Jadi Milikmu, Tempatku di Sisi-Nya) diterbitkan MIZAN tahun 2000. Kemudian disatukan jadi satu buku berjudul "Cinta-Mu Seluas Samudra). Pada 2002 Indika Entertainment memproduksi jadi sinetron ramadhan di RCTI, diperankan Iis Dahlia, Gito Rollies, Inneke Koesherawati, Cok Simbara, Gunawan. Selamat membaca.


 1.


"Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan

dalam menghadapi musibah dengan sikap tabah

dan mengerjakan sholat. Sesungguhnya Allah

bersama orang yang sabar." (QS AL Baqarah : 153)

***

Pantai Anyer tahun 1975.

Senja sudah berlalu. Bola matahari berwarna jingga itu menggelincir masuk ke batas cakrawala. Beberapa gelintir turis yang beruntung menyaksikan peristiwa ajaib itu berdecak kagum.

Masyarakat di sepanjang pantai selat Sunda saat itu masih bisa merasakan, bahwa berlalunya senja adalah suatu anugrah dari Allah SWT yang patut mereka syukuri, karena setelah itu mereka akan menyambut malam dengan penuh gairah. Mereka bisa dengan leluasa berlari menyeberangi jalan raya menuju pantai untuk segera melaut tanpa perlu minta permisi pada para penjaga hotel atau resort. Tentu sangat berbeda dengan kondisi selat Sunda sekarang, dimana pantainya sudah dipatok-patok dan dimiliki secara pribadi atau diklaim oleh sebuah perusahaan swasta tanpa mempedulikan garis sepadan pantai sejauh 200 meter!

Anak-anak nelayannya juga bisa mandi dengan bebas di laut. Bisa bergulingan di pasir putih sambil tertawa-tawa. Mereka betul-betul bergembira. Mereka seperti takut kehilangan lembutnya pasir putih dan air laut yang jernih. Mereka seperti sudah bisa membaca masa depan, bahwa pantai Anyer – Carita yang mereka miliki ini pada tahun 2000 akan dijejali hotel atau resort! Akan dicemari oleh limbah pabrik kimia; yang menyesaki sepanjang pantai utara di desa Bojonegara sampai ke barat di Cigading!

Setelah puas mandi di laut, mereka tidak langsung pulang ke rumah, walaupun ibu mereka berteriak-teriak menyuruh pulang. Tetapi mereka ikut ramai-ramai mendorong perahu ayah mereka agar bisa menembus ombak dan melaju ke laut lepas. Mereka bersorak-sorai dengan gembira jika berhasil membantu perahu ayah mereka melaut!

"Ayo, Pak! Dayung perahunya!" teriak seorang anak.

"Bawa ikan yang banyak, Pak!" seru yang lain.

Setelah yakin perahu ayah mereka berada di laut lepas, anak-anak nelayan yang hidupnya selalu dililit kemiskinan itu pun pulang dengan wajah gembira; menuju rumah-rumah yang terbuat dari dinding bambu. Dada mereka terbusung penuh rasa bangga, karena merasa sudah ikut terlibat dengan pergulatan ayah mereka dalam mencari nafkah. Dan mereka akan tertidur serta bermimpi memeluk seekor ikan besar keesokan harinya, yang akan mereka makan dengan nasi sekedarnya!

Kemudian langit di pantai selat Sunda semakin gelap. Angin berkesiur kencang. Batang-batang pohon kelapa bergoyang-goyang seperti mau roboh. Pelepah daunnya saling beradu dan menimbulkan suara-suara aneh; suara setan jahanam yang membisiki manusia-manusia tidak beriman di hotel berbintang, agar berbuat maksiat. Dan kelak setan akan tertawa, karena makin banyak keturunan Adam yang mengikutinya ke neraka!

Kini hujan jatuh dengan deras memukuli pasir putih. Menghantam lautan. Menghajar satu-satunya hotel di pantai Anyer saat itu. Garis-garis air hujan itu memukuli jendela sebuah hotel. Gordennya tersingkap dan melambai-lambai ibarat jari-jari iblis laknat yang memanggili Adam dan Hawa supaya memakan buah Kuldi.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Feb 03, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Cinta-Mu Seluas SamudraWhere stories live. Discover now