1

33 3 3
                                    


"Ya, aku sudah selesai, aku akan segera pulang." Memutuskan sambungan telepon sepihak, Arsen memberikan beberapa lembar uang yang diminta, kepada seorang kasir Minimarket dan bergegas membawa pulang barang belanjaannya.

Waktu telah menunjukkan pukul tengah malam dan jalanan mulai sepi. Hanya ada beberapa pejalan kaki dan beberapa mobil yang lalu lalang. Arsen berjalan kaki menuju rumahnya dengan terburu-buru, ingin segera mengistirahatkan tubuhnya.

Saat melewati gang kecil dan gelap, samar-samar Arsen mendengar suara tangisan seorang perempuan. Bukannya merasa takut, ia justru sangat penasaran dengan suara tersebut. Tak tahu apa yang mendorongnya untuk melihat sesuatu yang ada disana, namun ia tetap melangkahkan kaki ke arah suara tersebut.

Waspada, ia berjalan dengan hati-hati menuju sumber suara. Disana, di dekat sebuah pembuangan sampah dengan pencahayaan yang minim, tertunduk seorang gadis kurus dengan boneka beruang lusuh dipelukannya.

Sempat terdiam beberapa saat, akhirnya Arsen memutuskan untuk mendekatinya. Ia ingin memastikan bahwa keadaan gadis itu tidak seburuk yang ia pikiran.

"Hey, siapa namamu?" Tanya Arsen jongkok beberapa sentimeter di hadapan gadis itu. Si gadis semakin mundur, terlihat ketakutan.

"Mengapa kau menangis ?" Tak ada jawaban. Menghela napas, Arsen berusaha sabar. Ia pun menyingkirkan beberapa helai rambut gadis tersebut, dan terlihatlah wajah yang lusuh dengan kedua mata yang sembab.

Tak tega meninggalkan gadis tersebut sendirian di gang yang gelap dan lembab, Arsen pun mengajaknya pulang. awalnya si gadis tidak mau, namun dengan sabar Arsen membujuknya.

Gadis yang mengenakan dress selutut berwarna merah muda itu berjalan sambil menundukkan kepalanya, sehingga beberapa helai rambut menutupi wajahnya. Si gadis sudah tidak menangis seperti sebelumnya.

Masih dengan boneka beruang lusuh dipelukannya, Arsen menggandenganya dengan hati-hati karena si gadis tidak memakai alas kaki.

Sesampainya di rumah, Arsen menempatkan gadis tersebut di kamar tamu yang kebetulaan saat itu sedang kosong. Karena biasanya kamar tersbeut ditempati oleh teman Anne saat berkunjung.

Arsen meminta bantuan Anne, kakak perempuannya, untuk mengurus gadis tersebut.

Dengan begitu Arsen mengetikkan nomor di telepon genggamnya dan melakukan panggilan.

"Jo, aku menemukan seorang gadis di gang sempit dekat dengan Minimarket. Aku akan membawanya ke Rumah Sakit besok untuk memastikan keadaannya." Kata Arsen pada seseorang di telepon.

"Tidak, saat aku menanyakan keadaannya, dia malah terus menangis"

"Ya, aku akan menyiapkan nanti, sampai jumpa" Tutupnya.

Hening.

Saat ini Arsen tengah terduduk melamun di kursi dapur, entah sesuatu apa yang sedang menganggunya. Arsen hanya memutar – mutar telepon gengamnya diantara ibu jari dan jari telunjuknya, tak tahu harus melakuan apa. Menenggelamkan kepalanya di antara kedua tangannya yang terlipat, Arsen merasa sangat lelah.

"Aku sudah memandikannya dan menggantikannnya baju, sekarang ia sedang tidur," kata seorang wanita yang muncul tiba-tiba.

"Bisakah kau tidak mengagetkanku, kak?" ucap Arsen berusaha mengatur detak jantungnya.

"Oh maafkan aku, tapi aku ingin menceritakan sesuatu padamu." Ujar Anne dengan nada serius. "Kau tau, aku sangat lelah sekarang?" jawab Arsen enggan.

"Aku tahu, tapi ini penting. Ini mengenai gadis yang baru saja kau bawa," Arsen mengangkat sebelah alisnya menyuruh Anne untuk melanjutkannya.

"Saat aku memandikannya, ia tidak mau menjauhkan bonekanya. Seakan-akan ia bisa mati jika boneka itu tidak berada di pelukannya," Terdiam sejenak, Anne memastika bahwa Arsen masih mendengarkannya.

Terlihat Arsen yang masih mendengarkan dengan serius. Sang kakak pun melanjutkan ceritanya."Namun disaat Kyra memintanya, ia reflek memberikannya."

"Tidak ada yang aneh dari semua itu, mungkin saja dia hanya menyukai anak-anak." jawab Arsen sambil mengendikkan bahu, lalu beranjak dari kursi meninggalkan kakaknya, menuju sebuah kamar.

Ia membuka pintu kamar yang ditempati gadis tersebut. Terlihat sesosok gadis kurus yang tertidur nyenyak dibalik selimut, membelakanginya.

Berjalan ke hadapan gadis itu, Arsen mengamati setiap inci wajah sang gadis. Tampak wajah yang manis dibawah sinar rembulan yang menembus dari balik jendela.

***

Suara gaduh yang berasal dari dapur memaksa Arsen untuk membuka matanya. Berniat menuju dapur, Arsen terdiam ketika melewati ruang tengah dan melihat Kyra sedang bermain dengan gadis asing yang di temuinya semalam.

Arsen heran melihat Kyra yang biasanya sangat pendiam kepada orang asing, namun sekarang terlihat sangat ceria bermain dengan orang asing yang bahkan sudah kehilangan akal.

Tak mau terlalu memusingkan diri, Arsen pun bergegas berjalan menuju dapur karena perutnya sudah tak tahan lagi untuk di isi.

"Oh Arsen, kau sudah bangun. Aku sudah siapkan makanan untukmu, makanlah." Ujar Anne sambil membereskan peralatan dapur.

Menarik kursi dan langsung mencomot selembar roti bakar yang terlihat enak. "Bagaimana keadaannya ?" Tanya Arsen dengan mulut yang penuh roti bakar.

Anne melirik kearah kyra. "Seperti yang kau lihat, dia tampak normal ketika bermain denga Kyra."

"Baiklah, aku akan membawanya ke rumah sakit nanti. Untuk memeriksakan keadaannya." Ujar Arsen sambil mengangguk, namun jauh di dalam kepalanya, ia masih berusaha mencerna setiap kata yang keluar dari mulut sang kakak.

"Uhm okay.. aku akan menyiapkan beberapa barang yang kau butuhkan,"

"Mom, Alice dan Fendy bilang kalau mereka lapar," Ujar Kyra yang muncul tiba-tiba.

"Siapa Fendy ?," Anne menatap Kyra bingung, begitu juga Arsen yang tengah menikmati sarapannya.

"Anak laki-laki seumuranku dengan sweater panjang warna-warni dan celana pendek." Jawab Kyra polos sambil menunjuk kearah kursi di hadapan Arsen.

Kyra mengajak Alice untuk duduk dan mulai memakan sarapannya, sementara Anne berusaha mengerti dengan apa yang baru saja anaknya katakan. pasalnya tidak ada anak laki-laki yang sedang berkunjung ke rumah saat ini.

Namun Arsen menyadari sesuatu, Kyra baru saja menyebut nama gadis itu.

"Alice..." Gadis itu melirik kearah Arsen saat namanya di bisikan.


TO BE CONTINUED !

Heyyy i'm back with another horror story ...

Terimakasih untuk yang sudah mau membaca :') xx

DifferentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang