1.Seorang Ardan

53 6 2
                                    

Disebuah gedung perusahaan, semua orang menatap takut laki laki yang kini berjalan dengan tatapan tajamnya, ia Ardana Arkham Guntoro, Putra bungsu dari keluarga Guntoro yang mempunyai sifat amat dingin, kini laki laki itu sudah berdiri didepan sebuah ruangan, yang tertulis didepan pintunya "CEO ROOM" ,ia melirik wanita yang berdiri didepan meja resepsionis dengan pandangan yang tajam hingga membuat wanita itu enggan menatap balik seorang Ardan

"Ayah didalam? " tanya Ardan tegas

"I, ii, iya,tapi..." belum sempat wanita itu bicara Ardan sudah dahulu masuk tanpa mengetuk

"Ayah! Mau Ayah apa si?! " Bentak Ardan, sedangkan yang dibentak nampak biasa saja melihat kemarahan Ardan, mungkin sudah biasa dan terlalu sering ia melihatnya. Guntoro, Laki laki yang dipanggil ayah oleh Ardan berdiri dari bangku kebesarannya, ia kemudian berjalan menghampiri Ardan yang kini menatapnya marah.

"Mau Ayah kamu berubah! " ucap Guntoro santai namun terdengar tegas

"Dengan batalin kuliah aku di USA? " ucap Ardan

"Iya! Disini ajah kamu buat masalah terus, apalagi disana yang jauh, mau bikin ayah mati berdiri! "

"Kuliah juga buat masa depan Ardan yah! "

"Ayah yang nentuin masa depan kamu! Contoh Abang kamu,dia kuliah dengan usaha nya sendiri! " bentak guntoro

"Ayah! Abang sama Ardan beda yah! Ardan ya Ardan!" balas Ardan kesal

"Iya kalian Beda! Abang kamu Pintar dan kamu bodoh! "

kata-kata menyakitkan Ayahnya mampu membuat Ardan Terdiam, lagi dan lagi ia di beda-bedakan dengan Abangnya dan Ardan sangat membenci itu

"Ayah sibuk! Sekarang kamu pulang! " usir guntoro yang sudah tak tahan dengan Ardan, sedangkan Ardan masih kekeuh berdiri ditempatnya tadi

"Mau ayah panggilin security? "

Dengan kesal Ardan langsung keluar dan tak lupa membanting pintu.

Dengan perasaan kalut, Ardan mengendarai mobilnya dengan kecepatan penuh, rasa sakit seorang anak yang dituntut bisa segalanya, Ardan merasa hanya dia yang merasakannya, dari dulu sejak kecil sudah sering kali ia menahan diri saat ayahnya memarahinya, andai ada seseorang yang membela nya, seperti sosok IBU, ah seandainya ada sosok ibu mungkin ia tak sesakit ini.

kini pikirannya benar benar kacau, sampai tak sadar kalau lampu hijau berubah menjadi merah, berniat menghindari kecelakaan Ardan banting stir ke kiri, namun justru Ardan malah menabrak Seorang yang sedang menyebrang,
Ardan shock, tubuhnya menegang, lama terdiam Ardan perlahan turun memeriksa keadaan orang yang ditabraknya, seorang gadis yang kini sudah tergeletak pingsan, orang orang-orang disekitar mulai menghampirinya, Ardan mengusap mukanya kasar

"Ahh sial! "

***
Dirumah sakit, kini Ardan sudah berhadapan lagi dengan Ayahnya yang menatapnya dengan pandangan penuh emosi, Ardan hanya bisa menundukkan kepalanya, pupus sudah harapannya bersenang-senang di USA dengan bebas tanpa ada omelan dari ayahnya.

"Kamu buat masalah lagi kan! " bentak Guntoro dengan Emosi tingkat tinggi

"Mau sampai kapan kamu buat Ayah shock setiap hari?! " ucapnya lagi

Ardan hanya terdiam, yang ia pikirkan gadis yang ia tabrak tadi, Ardan merasa familiar dengan wajahnya.

"Sekarang kamu berani ngabaikan ayah! "

"Yah! Mau sampai kapan Ayah terus bentak Ardan, Ardan tau kok Ardan salah! "

Saat Guntoro ingin membalas ucapan anaknya, seorang dokter menghampiri keduanya.

Tell Me, ArdanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang