3. Kompas

33 4 0
                                    

Sudah berapa hari ini, kehidupan Karel penuh dengan Pesan Whatsapp dari Ardan, entah itu sekedar bertanya, atau bahkan bercerita hal yang tak masuk akal, dari situ Karel tahu bahwa Ardan lebih tua satu tahun darinya, bahkan Karel juga tahu Ardan bersekolah dimana, tinggal dimana meski hanya tahu alamat, dan itu semua sudah jelas Ardan yang bercerita padahal Karel tak pernah bertanya ataupun membalas semua pesan Ardan, bukan sombong tetapi Karel masih ragu, tentang sejelas apa sebenarnya hubungan mereka, teman? atau korban kecelakaan?

Hari ini, sepulang sekolah Karel melihat Ardan lagi, yang menungguinya didekat gerbang, laki-laki itu bahkan masih berpakaian seragam sekolahnya, yang bermotif celana hijau kotak kotak dan kemeja putih dan kancing atas yang sengaja dibuka, dan entah kemana perginya dasi sekolah Ardan

" kamu ngapain disini? " tanya Karel yang sudah berdiri didepan Ardan, Karel melirik ke sekelilingnya, Banyak siswi yang terpesona dengan ketampanan Ardan, bahkan ada yang heboh sendiri hanya dengan dikedipkan Mata oleh Ardan, dasar perempuan!

" gue mau tanya" ucap Ardan santai, Karel mengernyit bingung "apa? "

"Kenapa semalam lo ada dimimpi gue? " Karel makin dibuat heran dengan pertanyaan Ardan, mana tau ia ada dimimpi Ardan, ia saja tak ingat semalam bermimpi apa

"Mungkin Aku lagi nyasar, dan gak sengaja mampir dimimpi kamu" jawab Karel asal, Ardan mengangguk-angguk sambil tersenyum "yaudah" Ardan berjalan pergi, Karel membeku ditempat, ada apa dengan manusia satu ini, mengapa repot-repot datang hanya untuk bertanya, dasar manusia aneh.

Malamnya Karel mendapat Pesan lagi dari Ardan, kali ini Pesan itu membuat mata Karel membulat, Ardan sudah ada didepan rumah Karel katanya, Karel melirik jam dinding dirumahnya, WHAT! 22.30!!!! Karel mengintip dijendela kamar untuk memastikan dan benar! Ardan sudah berdiri didepan gerbang rumahnya sambil membawa sebuah bungkusan kecil, Karel membuka pintu gerbang perlahan, takut Ayah dan bundanya bangun

"Ada apa? " tanya karel sedikit berbisik, Ardan menyerahkan bungkusan yang ia bawa

"Ini apa? " tanya nya

"Kompas " jawab Ardan , karel mengerutkan dahinya "buat? "

"Bawa kalau mau tidur, biar gak kesesat dimimpi orang lain, udah gue atur arahnya, kesesat dimimpi gue ajah "

Sepertinya malam ini, Karel akan susah tidur

***
Disekolah, Karel melamun sambil melihat kompas pemberian Ardan, ia mengingat seorang anak kecil yang juga memberinya Kompas, sedangkan Nindya mengehela nafas berat melihat Karel yang melamun sejak pagi, bahkan saat jam istirahat Karel lebih memilih diam dikelas dan masih terus melihat Kompas yang digenggamnya, saat bel Pulang berbunyi, Karel segera merapihkan bukunya, lalu secepat kilat karel sudah berlari keluar kelas

"Lah seharian gue dicuekin, sekarang pulang maen nyelonong ajah" cibir Nindya kesal

Karel berjalan pelan ketika melihat Ardan yang sudah berada didepan sekolahnya, padahal Karel sengaja buru-buru pulang cepat agar tak bertemu Ardan, namun sepertinya takdir berkata lain

"Tumben langsung pulang, takut ketemu gue? "

Karel hanya tersenyum canggung, bagaimana bisa tebakannya benar, apa ia cenayang?

"Kenapa? Lo benci banget sama gue? " Karel menggeleng, bukan itu maksudnya

" Takut sama gue? Gue bukan orang jahat kok, kan udah gue bilang, kemarin gak sengaja "

"Bukan kok, cuma nggak nyaman kamu jemput setiap hari, aku udah maafin kamu, jadi kamu gak perlu kaya gini, permisi " ucap Karel sambil berlalu pergi, namun langkahnya terhenti ketika mendengar perkataan Ardan

Tell Me, ArdanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang