1. Apakah Antipati itu?
2. Kerugian sifat Antipati dan keuntungan setelah memperbaikinya?
3. Apa yang dimaksud zona nyaman?
4. Apa saja perilaku orang sukses?
Bagaimana jika kita menemukan sebuah perkakas, yang ternyata dapat dipergunakan untuk berbagai hal? Bagaimana jika kita memliki satu jurus pamungkas untuk membantu kita terus menerus? Bagaimana jika kita punya kunci yang dapat membuka semua pintu?
Jika saya katakan Anti-Antipati adalah obat serba guna dan ajaibnya bisa menjadi senjata untuk hidup lebih baik, maka pertanyaannya: Apa sih Anti-Antipati itu?
Untuk menjelaskan ini, kita harus memahami dulu apa yang dimaksud Antipati bagi penulis. Beberapa penulis memiliki cara masing-masing untuk menjelaskan sesuatu, berharap menemukan metode yang mudah diserap oleh semua pembaca, bagi saya, saya hanya menemukan metode paling efektif dengan bentuk menyenangkan seperti Film, atau membuat cerita darinya.
Untuk sekedar informasi, penulis dominan menuliskan data hasil empiris, diposisi ini, saya sedang menyaksikan seorang anak menangis terhadap keinginan yang tidak dikabulkan ibunya yaitu segenggam es krim. Adanya skenario tersebut dan selanjutnya selain menginspirasi saya, juga memperkuat kesimpulan akhir dari topik yang sedang saya tulis ini.
Mengambil contoh cerita seorang pemuda bernama Diandra, yang mengaku tidak suka naik motor, entah dia pernah mengalami peristiwa traumatik seperti kecelakaan, atau hanya sekedar tidak suka mengendarai mesin roda dua, alasannya banyak sekali. Pemuda ini juga memiliki rasa pilih-pilih dalam menjalin pertemanan, sebagai contoh jika seseorang bersifat sedikit aneh saja baginya, ia memilih untuk menjauhi. Disebutkan pemuda ini memiliki bakat sebagai programmer, yang juga menjelaskan mengapa ia lebih suka menghabiskan waktu di kamarnya.
Diandra memiliki pola makan yang sangat tidak teratur, karena malasnya mencoba berlatih mengendarai motor, membuatnya sering menerima nasib perutnya begitu saja jika tidak ada makanan dirumahnya, oleh sebab ini, berat badannya tidak memadai untuk memenuhi syarat semua pekerjaan yang ia lamar, ditambah lagi beberapa kawannya menawarkan kerja sama dalam beberapa start up kecil namun ia sia-siakan hanya karena terdapat karakteristik yang ia tidak senangi pada salah satu individu di dalam bisnis tersebut, rekannya itu sering disebut Pria Feminine padahal tidak memiliki simpangan orientasi seksual, tapi, Diandra tetap ingin menjauhinya. Kesimpulannya, pemuda berbakat ini sering membatasi diri nya, antipati dapat menimbulkan pengaruh buruk di masa hidupnya, mulai dari penyakit, depresi, dan apa yang terjadi jika keterpurukannya mempengaruhi berbagai aspek kehidupan lainnya dimulai dari kurang percaya diri, cacian dari teman atau kerabat, frustrasi, hingga menyebabkan pikirian suicidal? Belum lagi membicarakan tentang karir dan pengetahuannya. Diandra tidak ingin kuliah karena dedikasi nya sebagai penikmat bidang software dan informatika, ia tidak ingin mengambil bidang lain yang tersedia di kampus terdekat dengan rumahnya.
Diandra menempatkan diri nya pada batasan yang dapat kita sebut Zona Nyaman, dan selama ia terus seperti itu, maka itu artinya ia sembunyi di Zona Nyaman nya.
Fathi Bawazier, penulis buku Lost In The USA pernah mengucapkan dan saya dengar secara langsung "Ciri orang sukses adalah selalu ingin berkembang", dan Yandi Yudhamara, senior Photography dan Videography sekaligus pengarah Film Independent di Karawang juga menyatakan "Sukses itu keluar dari Zona Nyaman". Kedua pria yang pernah hidup di masa pas-pasan tersebut mengajarkan saya tentang pentingnya langkah awal berhubungan dengan antipati, hapuslah batasan tersebut, keluarlah dari Zona Nyaman-mu. Kasarnya, Zona Nyaman buatan kita ini adalah Munafik.
Berlanjut dari kisah Diandra dan perkembangannya setelah menerapkan prinsip hidup untuk tidak lagi membatasi dirinya, tidak lagi Antipati. Perubahan kecil dimulai dari belajar mengendarai motor akhirnya ia laksanakan, 2 bulan kemudian, komentar dari teman temannya, khususnya perempuan, membubuhkan senyuman diwajah Diandra, hal ini disebabkan oleh perubahan penampilan fisik Diandra karena pola hidupnya yang lebih baik, sekarang ia selalu semangat mempersiapkan telur, roti, dan minimal mie instan untuk ia makan khusus setiap malam, ia percaya rutinitas makan malamnya ini sangat penting dimana pagi-siang-sore nya tetap mewajibkan makanan pokok lainnya. Selain itu, Diandra akhirnya memutuskan untuk berkuliah, jurusan Psikologi, meskipun major yang diambil tidak ada hubungannya dengan kredensial dia selama ini, Diandra berpikir bahwa kuliah itu perlu, ia berpendapat bahwa ilmu itu sangat penting darimanapun datangnya, hasil studi Diandra semester awal tercatat buruk, namun grafik pola belajarnya meningkat, contoh yang terlihat adalah bagaimana sejak awal Diandra tidak pernah kagum pada kemampuan hitung-hitungannya yang buruk, namun nilai mata kuliah statistika nya membaik, berkat rasa optimis kini menempel terus pada diri Diandra dan ia berpikir dirinya selalu terbukti mampu sejak ia belajar mengendarai motor saja, setelahnya terus menerus mendapati komentar dari orang disekitarnya bahwa ia bukan lagi bocah pada dulunya.
Prinsip Diandra yang kuat ini terus dipegang, tidak lagi antipati pada suatu hal yang bisa saja merupakan manfaat baik untuknya, pemuda itu mulai terbuka dengan semua orang, kini ia berpikir bahwa jika seandainya ia pergi meninggalkan suatu tempat hanya karena ada orang ataupun hal yang tidak ia sukai, bukan berarti ditempat lain ia tidak akan menjumpai kisah serupa, jadi, dirinyalah yang harus berubah, dirinyalah yang harus diperbaiki. Sejak itu, Diandra sering mengikuti banyak komunitas independen, seminar bisnis, bahkan melebarkan keterbukaannya pada perkumpulan seni lainnya seperti fotografi, design animasi, dan musik, meskipun jaraknya jauh tidak masalah karena ia sekarang sudah bisa bepergian kemanapun.
Prinsip serupa juga diterapkan oleh Fathi Bawazier, di dalam bukunya, Lost In The USA, (hal), tertulis bahwa pria tersebut selalu teguh mengambil posisi pekerjaan apapun di negara asing yang ia tidak tau apa-apa tentang culture dan peraturannya, hal ini sering membuatnya terjebak dalam situasi genting tidak terkira, menjerumuskannya pada masalah, namun ia percaya Allah SWT tidak pernah memberikan jalan yang tidak bermanfaat untuknya, dan selalu melindunginya. Buku yang berisi pengalaman Fathi Bawazier itu banyak mencontohkan definisi keluar dari Zona Nyaman, dimana kita harus berhenti membatasi diri, sekali atau dua kali saja kita berhasil membuktikannya, cara yang sama akan kita ulangi di aspek kehidupan kita yang lainnya.
Bentuk lainnya antipati adalah bohong, bohong pada diri sendiri, berkata tidak mampu padahal tidak mau. Saya tidak pernah hebat berbicara di depan umum, saya tidak bisa berbahasa inggris walaupun sudah coba, saya malas menulis, saya dari dulu begini, begitu. Bukankah sama dengan awal pengalaman Diandra? Coba tanyakan pada diri sendiri apakah Tidak Bisa mu bukan berartikan Malas atau Takut Mencoba?
Tahukah ada seorang International Motivator yang hidup tanpa kaki dan tangan? Nick Vujicic namanya, saya yakin semua orang merinding ketika Nick melancangkan kata-katanya di depan umum diatas panggung dan direkam sebelum akhirnya berlayar di internet: "It's a lie to think you're not good enough. It's a lie to think you're not worth anything". Maka, Anti-Antipati sangat cocok bagi remaja yang sering mengeluh, atau downer yang merasa dirinya tidak punya kemampuan apa-apa.
Kunci sukses Anti-Antipati telah didapatkan oleh Diandra, seakan mempunyai pegangan ajaib dan universal, Diandra tidak lagi terjebak dalam Zona Nyaman, tidak ada lagi sumber Ilmu yang tidak bermanfaat baginya. Orang, tempat, dan karya seni, semua diterima sebagai sumber positif untuk masa depannya, misalnya saja sebuah tontonan film, Dandra menganggap semua film yang ada di dunia pasti mengandung hal positif meski itu film berdasar negatifity, tergantung kemampuan filter penontonnya.
Dengan apa yang dimiliki pemuda pada kisah tersebut, Diandra, kita mungkin tidak bisa memastikan bahwa Diandra adalah orang yang pasti sukses, namun kita tahu bahwa pemuda itu tidak akan berhenti untuk menuju sukses, seperti virus baik yang menyebar ditubuhnya, tanaman abadi seumur hidupnya, ia memiliki perilaku orang sukses. Perilaku tersebut tentu saja bersumber dan disetujui langsung dari pendapat orang-orang yang sekarang sudah meraih sukses, jadi, saya tegaskan pula. Perilaku orang sukses adalah mau berkembang.
Terlepas dari itu, seorang anak yang tadi diceritakan menangis ingin es krim menekankan kesimpulan nasib Diandra dengan masa depan karirnya, seorang ibu tidak akan pernah memberikan es krim pada anaknya jika anaknya itu masih pilek, ia akan memberikannya setelah anak tersebut sudah berhak. Begitu pula cara Allah SWT yang memberikan rezeki pada kita pada the right time, right place, and right opportunity, kita adalah ciptaan-Nya, barangkali dunia diciptakan begitu berat namun manusia diciptakan mampu menghadapinya.
YOU ARE READING
Bagaimana Anti - Antipati Menyelamatkan Hidup?
Non-FictionTulisan ini bukan cerita fantasy ataupun skenario petualangan dan aksi seperti biasa yang saya tulis. Melainkan hanya sebuah expression dan point of view yang ingin saya bagikan. Sukses adalah tujuan utama dalam kehidupan semua individu. Kita memili...