Kesalahan

874 98 19
                                    

Sial.. sial.. sial.. sial..

Kenapa aku tak memikirkannya dulu? Dasar bodoh!

Kenapa juga aku harus keluar rumah? Kenapa tak menyuruh anak buah ayahku saja?

Lagipula hikikomori sepertiku kenapa harus nekat keluar rumah? Benar-benar bodoh.

Hhh... kalau sudah begini tak ada jalan lain, yang harus kulakukan hanya masuk ke dalam minimarket itu, mengambil beberapa bahan makanan untuk satu minggu kedepan, membayarnya dengan uang pas dan segera pulang.

Tenang saja, ini hanya sementara, tenang saja, ini hanya sementara...

Anak itu terus mengulangi kalimat yang sama dalam hatinya. Ia melakukan itu untuk menenangkan pikirannya.

Tanpa ia sadari, sejak tadi ia menarik perhatian para pejalan kaki di sekelilingnya.

Posisi wajah yang terus menghadap ke bawah, mulut yang terus bergumam sehingga menghasilkan suara-suara bisikan yang terus keluar dari mulutnya.

Kepala yang ditutupi dengan tudung jaket berwarna dongker, ditambah lagi penampilannya yang acak-acakan.

Siapapun yang melihatnya pasti sudah tahu kalau anak itu adalah seorang anti-sosial yang tengah menantang diri dengan berkeliaran di kerumunan orang banyak.

Sesekali anak itu menyenggol pejalan kaki yang lain. Tapi bukannya meminta maaf, anak itu hanya mengabaikannya.

Tanpa menoleh sekali pun anak itu terus berjalan seperti hanya dialah satu-satunya manusia yang tengah berjalan di jalanan yang ramai itu.

-

Setelah berjalan sekitar 10 menit dari rumahnya, anak itu pun sampai di minimarket tujuannya.

Seperti yang ia rencanakan...

Masuk ke dalam minimarket, mengambil bahan-bahan makanan untuk kebutuhannya selama seminggu, membayarnya dengan uang pas dan kembali pulang.

Ya, setidaknya itu berjalan mulus sampai ia keluar dari minimarket.

Baru saja ia berjalan beberapa langkah dari pintu minimarket, tiba-tiba seseorang menyambarnya dan membuat ia terpental ke bawah.

Seketika matanya langsung bertatapan dengan perempuan yang juga jatuh terduduk di depannya.

Perempuan itu segera berdiri dan berulang kali membungkukkan badannya untuk meminta maaf.

"Tidak apa-apa, aku tidak terluka, ini juga salahku yang tidak melihat jalan." Anak itu mencoba menenangkan sang perempuan sambil kembali berdiri.

Sekilas anak itu melihat perempuan yang menabraknya tengah memegang sekantong besar berwarna hitam.

'Pekerja paruh waktu yang sedang terburu-buru untuk membuang sampah.'

Anak itu mencoba menebak dalam hatinya.

'Dari wajah yang terlihat muda dan tingkahnya yang terlihat sangat gugup, ditambah semangatnya dan pekerjaannya yang terlalu terburu-buru, pasti dia baru pertama kali bekerja di tempat yang ramai.'

Anak itu mulai memikirkan segala kemungkinan yang terlintas di kepalanya.

'Ngomong-ngomong seragam yang dia pakai itu.. seragam berwarna merah dengan motif kuning di lengan kanan, dan topi berwarna merah dengan gambar burger di depannya. Tidak salah lagi, aku sekarang ada di depan restoran burger tempat aku menghabiskan waktu dulu.'

'Entah kenapa aku jadi lapar..,"

Sesaat anak itu melupakan fakta bahwa ia adalah seorang hikikomori, tanpa sadar ia langsung menatap ke dalam restoran yang tampak sangat ramai.

Ia perlahan melangkah maju, entah karena perutnya yang sudah sangat lapar atau karena bau masakan restoran yang terus menari di hidungnya.

Tapi langkahnya seketika terhenti saat ia sudah berdiri tepat di pintu restoran, matanya membelalak.

Seluruh tubuhnya merinding, ketakutan mulai menyebar kembali dalam pikirannya, ia melihat sesuatu yang seharusnya tidak ia lihat.

Sesuatu yang sampai sekarang terus menerornya.

Itu adalah kesalahannya, seharusnya dia tidak mengangkat kepalanya ketika berada di luar rumah.

Tidak, bahkan seharusnya ia tidak pernah keluar dari rumahnya.

Dengan sigap anak itu kembali menunduk dan membalikkan badannya.

Anak itu langsung mengambil langkah cepat, sesegera mungkin dia ingin pulang kerumah dan kembali mengunci dirinya dari dalam.

"Aku tidak melihatnya, aku tidak melihatnya." Anak itu terus bergumam untuk menenangkan pikirannya.

"Kau bisa melihatku, kan?"

Suara itu tiba-tiba terdengar di telinganya bersamaan dengan seseorang yang mencegatnya dari depan.

"Aku tidak melihatnya, aku tidak melihatnya." Anak itu masih saja terus bergumam dan tetap melangkah maju.

"Kau bisa melihatku, kan?"

Sekali lagi suara itu kembali terdengar di telinganya.

Namun anak itu tetap mengabaikan suara yang ia dengar.

"Kau bisa melihatku, kan?"

"AKU TIDAK MELIHATMU!!" teriak anak itu tanpa sadar.

Teriakannya membuat asal suara misterius itu tersenyum. Senyuman yang misterius dan mencekam.

 Senyuman yang misterius dan mencekam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jadi benar kau bisa melihatku...,"

"APA YANG KAU INGINKAN?! AKU TIDAK TAHU APA-APA!"

"Kau pasti tahu, lakukanlah sesuatu! Jika tidak nyawa perempuan itu akan berakhir."

'Sial, seharusnya aku tidak pernah keluar dari rumahku..,"

###

*hikikomori : maknanya hampir sama dengan introvert, tapi biasanya si Hikikomori ini tidak pernah keluar dari rumahnya selama berbulan-bulan, bahkan dalam tingkatan terparah mereka tidak pernah beraktivitas selain di dalam rumah atau kamar mereka.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 11, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

An Introverted Boy (Help Me!!)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang