Ketakutan Orang-orang Bodoh yang Duduk Dibelakang

60 9 3
                                    

Matematika adalah musuh sejuta umat. Layaknya mobil Ava*za dan *enia yang juga milik sejuta umat. Selip satu Ava*za bertemu Ava*za lain. Tengok kanan *enia tengok kiri *enia.

Kembali ke mtk.

Kalian ingat tentang Upacara Senin yang sempat aku singgung di chapter dua?--PJOK pembawa cacian?.  Setelah upacara, Senin kami diawali dengan mapel kehidupan, yakni matematika.

Jujur, aku adalah salah satu dari golongan manusia alam yang buta angka. Berbeda dengan Lala, Ica dan Nipe, mereka seakan selalu dikelilingi rumus dan angka-angka yang rumit.

Kebutaanku terhadap angka sudah terlihat sejak aku SD, aku tidak mengerti dengan apa yang guruku katakan. Memang nilai latihanku diatas KKM, tapi saat harus tutup buku alias ulangan, nilaiku tidak jauh dari ukuran sepatu.

Miris.

Biar aku perjelas. Mtk SD dan SMP masih bisa ditolerir. Bagi kalian yang masih SMP, buang jauh pemikiran 'Mtk SMA cuma ngulang pelajaran SMP aja'. Nihil.

Tolong, beri tahu aku dimana sekolah yang membuat pelajaran mtk menjadi mudah dalam sekali kedip.

Banyak yang mengatakan 'mtk wajib lebih gampang'. Ya, mungkin itu benar tapi maaf, jika kamu masuk sekolahku hal itu tidak akan terjadi selama Pak Kupang masih mengajar.

Beribu maaf aku sampaikan pada Pak Kupang, sungguh aku tidak bermaksud secara halus menginginkan bapak berhenti mengajar. Tapi kalau bisa, bapak mengajar kelas 12 saja.

Pak Kupang memiliki metode mengajar yang berbeda dari guru matematika pada umumnya. Beliau akan memberi kita soal UN untuk contoh soal dan juga soal latihan.
Masalah kami adalah, suara lembut Beliau dan metode mengajarnya yang mendukung kami ingin selalu menggebrak meja.

Sungguh, ini adalah masa dimana matematika benar-benar menjadi bencana. Terlebih lagi dengan aku, Vivi, Ica dan Lala, memang Lala dan Ica bersahabat dengan angka, tapi mohon diingat lagi kalau Pak Kupang ini memiliki metode yang berbeda sehingga semua angka itu terlihat seperti wajah anak songong yang selalu ngajak gelut.

Ketakutan terbesar manusia penghuni pojok kelas adalah ketika guru mtk secara random menyebut nomor absen untuk mengerjakan soal dipapan tulis. Mungkin akan mudah jika kalian memperhatikan, tapi kami berempat--aku, Lala, Ica dan Vivi-- tidak pernah--hampir tidak pernah-- memperhatikan Pak Kupang. Yang kami lakukan kemudian adalah berkerubung sambil bertanya pada satu sama lain apakah ada yang mengerti. Sial jika salah satu dari kami terpilih dan beruntung jika kami melewati jam mtk tanpa maju.

Oke,
Sekian dulu dari Juboji.

xoxo

Sesame ClassTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang