Wish

62.4K 1.1K 70
                                    

Author's Note :

Ada flash backnya ya, jangan lupa untuk melihatnya! Biar gak salah pengertian. Selamat membaca!!

***

Hamparan hijau menjadi objek utama yang ditangkap oleh retina sosok yang tengah duduk pada bangku kayu mahoni goyang dengan satu cangkir Vanilla latte dalam genggaman kedua tangannya. Beberapa kilasan memori beberapa tahun lalu masih membekas dalam pikirannya sampai saat ini. Menjalani kehidupan dalam bayang-bayang harapan yang sangat kecil kemungkinannya terjadi-tapi itu bukanlah hal yang patut untuk dipermasalahkan. Yah, setidaknya sekarang!

"aku ingin kita berpisah". Suara lembut itu terdengar lancar ketika bibir semerah cherry itu melontarkan kata-kata yang sangat menyakitkan untuk seseorang yang menatapnya dengan ekspresi terkejut.

"tapi kenapa?".

"kau lebih tahu alasannya, cho. Lalu kenapa bertanya?".

"Autumn, beritahu aku dimana letak kesalahannya. Demi tuhan, aku tidak mengerti apa yang tengah kau katakan!".

"maaf". Gadis itu berdiri dari duduknya dan berjalan sedikit tertatih ketika kaki-yang sangat digilai oleh pria itu- tersandung oleh batu kecil membuatnya sedikit oleng.

"sialan!". Umpatan yang terdengar tidak cukup keras itu keluar begitu saja saat Marcus melihat gadis itu berjalan menjauh dari tempatnya tegak saat ini. Apa yang salah dari semua ini? lalu, apa maksudnya dengan perpisahan?

***

"ibu, kenapa semua temanku selalu berbicara tentang ayah mereka?". Suara anak kecil yang selalu menenangkan hatinya kini terasa menusuk kedalam jantungnya hingga untuk sesaat sosok itu berhenti bernafas dan memejamkan matanya. Oh tuhan, ia lupa ada malaikat kecilnya yang selalu bertanya tentang keberadaan ayahnya-yang bahkan jelas sangat nyata adanya didekat mereka tapi mereka seolah tidak dapat merasakan kehadiran itu. Tidak hanya dirinya saja yang diam-diam selalu mengharapkan keberadaan pria itu tapi putra mereka juga. Putra mereka? Apakah masih pantas sebutan itu ia berikan disaat semua pengkhianatan yang telah dilakukan oleh pria itu padanya?

Ia ingin melupakan semua kesakitan itu, rasa benci itu tapi rasa sakit yang pria itu berikan tidak hanya satu, tidak hanya sedikit begitu banyak dan meluas hingga hatinya sudah tidak ada tempat lagi untuk pria itu menggoreskan luka disana. Kesakitan yang selalu pria itu berikan meski tidak pernah ia mau untuk mengakuinya begitu banyak luka namun pria itu selalu menyangkal semua yang telah menyebabnya terluka. Bagaimana mungkin gadis itu tidak terluka ketika mengetahui sosok yang selama delapan tahun ini menemaninya yang sudah mengucapkan janji dihadapan tuhan bahwa akan menjaga dan melindunginya tapi menyakitinya dengan bermain dengan wanita lain dibelakangnya, dan pria itu selalu mengatakan bahwa dia tidak pernah melakukannya. Itu bohong!

"kau juga bisa menceritakan tentang ayahmu pada mereka, Joon". Kembali suara lembut wanita itu menyapa indra pendengar putranya, berbalik dan menatap tubuh kecil putranya tengah berdiri dengan tatapan polos menatap kearahnya.

"aku tidak tahu cara menceritakannya pada mereka, bu".

"apanya yang tidak tau, hum?". Usapan sayang diatas kepala putranya membuat wanita itu menatap putranya dengan raut yang bertanya.

"bagaimana aku menceritakan pada mereka sementara aku dan ayah tidak dekat, ayah selalu bersama Jun, mereka bermain bersama dan meninggalkan aku sendiri dibalik kaca yang hanya menatap kearah mereka. Ibu, apa ayah tidak menyukaiku? Maaf jika ibu dan ayah terbebani dengan kehadiranku".

Oh tuhan, putranya yang berusia tujuh tahun itu sudah mengerti bagaimana bersikapnya orang dewasa. Maafkan ibu, Joon. Kau seperti ini karena ibu, tidak seharusnya ibu bertahan disisi ayahmu setelah ia memutuskan menikah dengan wanita lain dan mengingkari perjanjian kami berdua dihadapan tuhan yang mengatakan untuk hidup berdua saling mencintai dan menyayangi sampai akhir, nyatanya itu sudah ternodai oleh tinta hitam yang sampai kapanpun tidak pernah bisa terhapus. Setelah pengkianatan yang pria itu lakukan dan memutuskan menikahi wanita lain membuat Autumn hanya terdiam menahan sakit yang entah kenapa lebih dari ketika goresan pisau tajam mengiris pergelangan tanganmu. Tidak hanya itu pria itu selalu tidak mengindahkan kehadiran Joon disisinya, ia tahu itu. Marcus tidak pernah memperhatikan Joon sebagai mana pria itu memperhatikan anak wanita yang ia nikahi setelah dirinya. Tuhan, dosa apa yang telah ia lakukan dimasa lalu hingga rumah tangga yang awalnya tenang menjadi suram untuk ia tinggali bersama putranya. Pada akhirnya Joon merasakan imbas dari kelakuan Marcus terhadapnya. Entah dimana letak kesalahannya hingga pria itu berbuat seperti ini padanya. Mengacuhkannya dan terlebih lagi ia mengabaikan Joon buah hati mereka. Joon maafkan ibu, sayang.

Wish..Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang