Raeun mengulum senyum pedihnya. Matanya sedikit menerawang menatap gelas tehnya yang sudah kosong.
“Kalau lo gak bisa jawab, gak papa. Gue gak maksa, ko--”
“Hm.” Raeun mengeratkan jaketnya yang kebesaran dan menggulung sedikit pada sikunya. “Dua bulan lalu awal semuanya.”
Jinyoung menatap Raeun seksama. Jinyoung jadi merasa bersalah karena menanyakan hal yang mungkin benar-benar berat untuk Raeun ceritakan. Terlebih, Jinyoung hanyalah stranger yang gak tau apa-apa.
“Serius, Ra. Kalau lo gak bisa cerita, ya gak pa--”
“Udah keputusan gue buat biarin lo bertanya. So, let me answer it.”
Kepala Raeun terangkat. Matanya menatap Jinyoung dalam. Bibir atasnya sedikit menggigit bibir yang bawah. Dan selanjutnya, cerita Raeun mengalir begitu saja.
“Dua bulan lalu, orangtua gue berantem hebat. Emang sih, setahun belakangan, mereka emang sering cek cok walaupun masalahnya bisa dikatakan kecil banget untuk dibesar-besarkan. Entah Mama yang gak sempat masak, atau pun Papa yang pulang kemaleman. Tapi, gue gak mau ambil pusing dan memilih untuk membiarkan orangtua gue menyelesaikan masalah mereka sendiri.”
“Tapi lo tau, Jin?” Jinyoung menggeleng dan Raeun tersenyum lemah. “Seminggu kemudian, Papa pulang sambil ngebawa surat cerai yang udah Beliau tanda tanganin. Bayangin Jin! Anak mana yang gak sakit hati ngelihat orangtuanya yang cerai?! Awalnya, gue pikir Mama bakalan nolak sambil marah dan berakhir merobek surat perceraian yang Papa bawa. Tapi, nyatanya apa? Mama ikut tanda tanganin, Jin!”
Jinyoung semakin tidak tega saat setetes kristal bening meluncur dari sudut mata Raeun. “Raeun...”
“Hak asuh gue jatuh ke Mama, Jin. Tapi gue nolak mentah-mentah untuk diasuh Mama ataupun Papa. Gue kabur dari rumah dan pergi ke rumah Tante Mela yang merupakan adik tiri yang paling Mama benci.
“Tante Mela yang kaget ngelihat gue langsung nyuruh gue masuk dan ngambilin teh hangat. Gue langsung nangis di pelukan Tante Mela sambil cerita masalah keluarga gue. Tante Mela juga gak maksa gue buat cerita, tapi gue milih buat ceritain semuanya.”
“Tante Mela diam dan langsung nyuruh gue tidur supaya gue tenang. Gue jadi nyesel pernah ikut-ikutan benci Tante Mela gara-gara Mama ceritain yang nggak-nggak tentang Beliau. Padahal nyatanya, Tante Mela yang paling peduli disaat Tante gue yang lain nolak keberadaan gue.”
“Ra, gue gak maksud.”
“Gakpapa, Jinyoung. Bukan salah lo.”
Raeun memang sudah tersenyum. Tapi sisa air mata yang mengucur deras membuat Jinyoung iba. Tanpa pikir panjang, Jinyoung berdiri dan menarik Raeun untuk bersandar pada dadanya.
“Jangan pikirin apa yang udah terjadi. Life must go on. Lo masih punya gue, Ra.”
Sudut bibir Raeun tidak bisa untuk tidak tertarik ke atas. Setidaknya, Raeun bisa menumpahkan keluh kesahnya selama dua bulan belakangan ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Since That Night: bjy
Teen FictionTentang Raeun yang mempercayakan kisahnya pada Bae Jinyoung──si stranger yang bahkan baru mengenalnya pada malam itu.