Masa SMA adalah masa yang tak terlupakan. Banyak hal-hal baru yang akan ditemui di bangku SMA. Bahkan suatu perasaan asing muncul di sela-sela periode ini. Lalu, apakah itu?
♣♣♣♣♣
Fina kembali mencoba untuk melepaskannya. Tapi, belum ada tanda-tanda akan berhasil. Hal yang sangat dibenci olehnya jika berpergian jauh menggunakan motor. Pengait helmnya sulit dilepaskan. Dan ini waktu yang sangat tidak tepat untuk bermanja-manja dengan helm miliknya. Fina sudah terlambat. Berulang kali dia memandang jam tangan hitam yang melelat di pergelangan tangan kirinya dengan kesal.
Fina sudah berada di ujung perjuangannya. Sungguh kali ini kenapa tak bersahabat saja si helm. Terasa sebuah tangan menyentuh pundak kiri Fina, lalu membalik tubuh Fina 180°. Tanpa perintah, pemilik tangan itu berjalan maju lebih dekat ke Fina. Mereka berhadapan dalam jarak yang cukup dekat. Seperti baru menyadari sosok di hadapannya, Fina terperanjat. Namun, hanya matanya yang melebar yang menyatakan keterkejutan. Di hadapannya sekarang adalah seorang laki-laki dengan seragam yang sama dengan yang Fina kenakan.
Fina semakin melebarkan matanya ketika kedua tangan dari makhluk yang ada di hadapannya mengarah ke wajah Fina, bukan, ke pengait helm yang bersarang di kepala Fina!
Tindakannya sudah cukup jelas, untuk membantu Fina melepas helmnya. Tapi, tidak bagi Fina ketika matanya saling bertemu di sela adegan pelepasan pengait helm yang cukup dramatis ini. Tatap matanya seolah menghantam tepat pada sepasang mata Fina. Fina merasakan tubuhnya panas-dingin. Suhu pada tubuhnya berubah drastis. Kulit tubuhnya mengeras, kaku. Tapi, tulang yang ada di dalamnya seakan melemas. Sedangkan, di balik dadanya ada sesuatu yang berdetak tak beraturan.
Laki-laki di hadapannya itu kini telah melepaskan tangannya lalu meluncurkan senyum. Pertanda bahwa pengait helmnya sudah terlepas. Fina merasa lega. Tetapi apa-apa yang ada di tubuhnya belum kembali normal. Hingga sosok di hadapannya berlalu, Fina masih tetap dalam posisi semula. Hanya saja matanya yang tetap bekerja. Fina sempat melihat badge di seragam orang yang baru saja meninggalkan posisi di depan Fina itu dengan tulisan "XII". Kakak kelas!
♣♣♣♣♣
Hari ini Fina bisa lebih santai. Tak perlu terlalu khawatir kalaupun helmnya berulah lagi. Hari ini ada pertunjukan vocal group dari perwakilan setiap kelas dalam rangka ulang tahun sekolah Fina. Yang artinya tidak ada mata pelajaran yang diajarkan sejak pagi. Fina pun hanya bertindak sebagai penonton di aula sekolah nantinya.
"Ayo kita ke aula sekarang!" ajak Tiara, teman Fina.
"Iya, iya, bentar. Palingan juga belum mulai," Jawab Fina penuh kesantaian.
"Yaa, biar dapet tempat duduk depan. Ayolah!" Fina hanya mampu menurut. Toh tidak ada ruginya datang duluan dan mendapat tempat duduk depan.
Pertunjukan pun sedang berlangsung. Dari dua puluh tujuh kelas masih sebelas penampil yang telah selesai. Fina mulai bosan. Sedangkan, kelas Fina menjadi penampil diurutan pertama tadi. Sebenarnya, tak ada alasan lagi bagi Fina bertahan lebih lama. Sayangnya dia tak dapat menolak keinginan Tiara untuk menonton hingga akhir penampilan seluruh kelas.
Penampilan ke duabelas. Seluruh anggota grup yang akan tampil menaiki panggung aula dan mengambil posisinya masing-masing.
DEG!!
Tak mungkin! Mata itu . . . .
Fina menatap tak percaya ke arah depan. Sesekali mengalihkan pandangan dan mengerjap-ngerjapkan mata. Mencoba menghilangkan apa-apa yang ditangkap oleh matanya barusan. Lalu, kembali menatap ke depan sana. Berharap dia salah.
Fina terus memperhatikan. Fina mampu mengenali sepasang mata dari sosok yang berada di posisi tengah di atas panggung sana. Walau hanya seperkian detik yang telah lalu, Fina sangat yakin. Pemilik mata yang berbinar itu adalah orang yang sama dengan yang membantu Fina melepas pengait helm di tempat parkir beberapa hari yang lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNKNOWN
Teen FictionMungkin kau tak pernah tahu. Tapi, cinta merasakannya. Fina akan menemukan jawabannya.