Inginku, Ragumu

61 0 0
                                    

        “Ketika inginku menjadi ragumu, aku tak peduli sama sekali.” – Annisa R.A

        Sang fajar kembali ke peraduannya, menjemput rembulan dan bintang-bintang yang telah menanti menggantikan tugasnya, meninggalkan jejak-jejak jingga yang kontras dengan warna langit yang sebenarnya. Annisa masih saja berdiri di tempatnya, mematung memandangi langit sore di ufuk barat yang luar biasa menakjubkan, dalam benaknya ia terus memanjatkan syukur karena telah diizinkan berpijak di dunia ini dan menikmati semua keindahan karya Sang Pencipta, termasuk senja. Senja adalah teman favorite gadis berkacamata itu. Warna jingga yang terpancar seakan memanjakan matanya. Entah sejak kapan ia senang menikmati senja, setiap melihatnya ia selalu jatuh cinta. Andai saja hidupnya seindah pesona sinar senja.

         Annisa tak selalu seceria yang terlihat, senyumnya kadang kala menyimpan begitu banyak beban, dan kesedihan. Ia juga tak setegar yang orang-orang pikirkan, tubuhnya kadang tak sanggup menahan kerasnya kehidupan, walau begitu, ia memilih untuk tetap bertahan di hidupnya yang menyedihkan, demi satu harapan, demi secercah sinar jingga. Karena ia yakin, tak selamanya ia akan terus seperti ini, cepat atau lambat kebahagiaan pasti datang menghampirinya. Inilah sekilas, di balik kisah hidup Annisa.

         Annisa adalah gadis yang penuh tanda tanya, kadang ia pun tak mengerti dengan dirinya sendiri, tak mengerti dengan jalan pikirannya yang berbelit-belit, hidupnya seakan-akan selalu dihujani dengan perasaan bingung. Walau begitu, Annisa juga gadis yang penuh dengan impian, sekacau-kacau bagaimanapun ia, Annisa juga punya mimpi. Annisa tak bermimpi menjadi penguasa yang bisa memperbudak semua orang, juga tak bermimpi menjadi Ratu Elizabeth yang bergelimang harta, apalagi bermimpi menjadi seseorang yang memiliki kasta tertinggi di dunia. Mimpinya sederhana, mampu menaklukkan penggila buku dengan tulisan-tulisannya, seperti senja yang mampu menghipnotisnya dengan pancaran sinar jingganya itu. Senja yang mampu menyadarkan ia betapa Tuhan memang pencipta yang luar biasa.

        Sejak menimbah ilmu di bangku Sekolah Dasar (SD) Annisa sangat gemar menulis, sebagian besar perasaan dan pengalamannya ia tuangkan dalam tulisan, meski hanya dalam catatan-catatan kecil. Kegemarannya itu berlanjut hingga saat ini, saat dimana ia telah duduk di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA). Ia tak pernah merasa bosan ketika menulis, juga tak pernah ada niat untuk berhenti menulis. Ada kesenangan yang ia rasakan ketika menulis. Baginya, tulisannya adalah sejarahnya, rekaman perjalanan hidupnya. Tak tahu kapan pastinya, Annisa ingin sekali menjadi penulis. Jika teman-temannya ditanya ingin menjadi apa, banyak di antara mereka yang menjawab, ingin menjadi dokter, polisi, ataupun guru, seperti cita-cita pada umumnya. Namun jika Annisa ditanya ingin menjadi apa, ia dengan yakin akan menjawab “Saya ingin menjadi penulis !”.

        Selain gemar menulis, Annisa juga gemar membaca. Di rumahnya yang sederhana ia memiliki koleksi novel, setiap kali keluar kota ia selalu menyempatkan untuk ke toko buku, maklum saja toko buku di kotanya masih terbilang sedikit, hanya ada satu dua toko saja, itupun tak banyak orang yang tahu. Sebenarnya, kegemerannya ini berawal dari saudara sepupunya yang juga sangat gemar membaca namun genre (jenis) bacaannya berbeda. Saudara sepupunya menyukai hal-hal yang berkaitan dengan Negeri Ginseng, Korea, namun Annisa tak memiliki ketertarikan sedikit pun akan hal itu. Kegemarannya mengoleksi novel kadang kala membuat kakak perempuannya risih, kakaknya kadang tak senang jika Annisa, adik perempuannya rela menghabiskan uangnya demi memenuhi hasratnya berbelanja buku.

         Berkat kegemarannya membaca, Annisa mendapat banyak inspirasi, dan motivasi menulis, ia  banyak mengambil contoh dari buku-buku yang pernah ia baca. Apa yang ia tulis terkadang bercermin pada kisahnya sendiri, juga pada kisah orang lain. Mimpinya menjadi penulis rasanya semakin nyata. Sebenarnya ada satu sosok yang juga berpengaruh dengan impian Annisa, Dika Angkasaputra Moerwani Nasution yang oleh penggemarnya lebih akrab di sapa Bang Raditya Dika. Raditya Dika adalah seorang penulis ber-genre komedi sekaligus aktor, dan sutradara film. Annisa banyak belajar dari Raditya Dika, ia banyak bercermin dari kisah-kisah idolanya itu. Dari situlah Annisa mendapat lebih banyak dorongan lagi, hingga ia semakin semangat mengejar impiannya menjadi penulis.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 05, 2014 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Inginku, RagumuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang