Jahil

53 0 0
                                    


Gua pun lanjut jalan meninggalkan pemandangan menyedihka tadi. Ketika sampai di kelas, situasi tambah memburuk. Gimana tidak, Bu Nelly, guru paling killer, sudah berada di dalam kelas gua. Gua lupa, kalo sekarang jamnya dia.

" Asep Haryadi ! Dari mana saja kamu kok telat datang nya ?!" bentak Bu Nelly.

"Abis dari kamar kecil bu." jawab gua ketakutan.

"Terus, mana Ferli ? Biasanya bareng kamu." lanjut Bu Nelly dengan merendahkan nadanya.

"Dipanggil Pak Tono di ruangannya, bu." jawab gua.

Bu Nelly pun tak berkata lagi setelah gua jawab begitu. Gua pun jalan dengan santainya menuju bangku gua.

Bangku samping gua terasa sepi. Karena, Ferli ada di Ruangan Kepala Yayasan. Pikiran gua sangat terganggu mengingat kejadian tadi. Mata airnya berkucuran, matanya memerah, dan suaranya sampai terdengar. Gua lelah memikirkannya sampain tertidur.

"Cep." suara lembut itu membangunkan ku. "Bangun, dilihatin Bu Nelly tuh dari tadi." lanjutnya.

"Ya, Bu. Maaf sudah tertidur di kelas nya ibu." sontak gua bereaksi seperti itu.

Tidak ada blasan, hening. Gua pun sadar. Bahwa sebenarnya kelas masih pelajaran. Dan, Bu Nelly tidak menatap ku tadi. Baru setelah aku mengatakan hal tadi, beliau baru menatap ku dengan pandangan menakutkan, seperti akan memakan sesuatu.

"Asep Haryadi !!!" teriak Bu Nelly. "Keluar kelas sekarng juga !!!" lanjutnya.

Seluruh kelas tertawa. Termasuk si manis, Ferli, dia sudah terlihat tidak sedih lagi. Sungguh, perasaan ku tercampur aduk adntara senang dan gondok.

"Gua mina maaf ya, Cep. Tadi gua cuma bercanda doang." kata Ferli dengan nada bersalah.

"Kagak apa." jawab gua santai.

Sebenarnya sih, ada rasa dongkol di hati. Tapi, mengingat yang gangguin gua tadi Ferli, gua hilangin rasa dongkol itu.

"Fer." kata gua.

"Apa ?" jawabnya.

"Tadi, lu nangis ya ?" tanya gua.

"Nggak kok. Kata siapa lu ?" jawab Ferli dengan ketawanya.

"Gua lihat tadi." kata gua.

"Hehe. Iya, emang gua nangis." akhirnya dia mengaku. "Jangan lu kasih tahu Babe sama Lobab, oke ?" lanjutnya.

"Hmmmm. Kalo gua kagak ngasih tahu, gua dapat apaan ? " tanya gua dengan ekspresi yang genit.

"Lu bakal dapat ciuman dari sang putri yang akan menjadi pengusaha yang sukses." jawabnya. Seketika pipinya memerah.

Dan pipi gua juga.

"Serius ?" tanya gua menyakinkan.

"Ya nggak lah !" jawabnya dengan tawa. Dia memang suka mengerjai temannya. Tapi kali ini berbeda. Seperti ada sebuah kebohongan dalam perkataanya tadi.

"Ya udah. Gua pulang dulu ya." kata gua.

"Eh, gua ikut dong." pintanya.

"Seorang putri tidak akan jalan bersama pangeran yang bukan miliknya." kata gua sambil meninggalkannya.

Wajahnya yang menggemaskan masih terlihat di sepionnya Kecoa Tempur. Dia cemberut dan kali in menekan HP-nyai. Mungkin sedang memesan ojek online.

Hari ini sepertinya akan merubah perjalanan hidup kami berdua.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Feb 09, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Kamu Adalah Inspirasiku, CintaWhere stories live. Discover now