Antartika School.
Bangunan itu berdiri megah di hadapannya meski baru menginjak usia tiga tahun.
Gadis itu menghela napas gugup. Ini adalah pengalaman pertamanya, bepergian sejauh ini bahkan dengan tujuan menetap. Jauh dari keluarga demi mengikuti kemauannya. Bahkan ia harus berdebat dengan penghuni rumah hanya karena keputusannya ini.
Hmm, mendadak saja Agnia menyesali keputusannya.
'Memangnya apa sih yang gue harapkan dari tempat ini? Nolep banget gue,' gumamnya."Kamu Agnia?" tanya seorang wanita yang baru saja keluar dari sekolah itu.
Agnia tersenyum kemudian menjabat tangan wanita itu.
"Iya kak. Aku Agnia Pramita.""Cantik banget. Yuk, masuk! Yang lain udah nungguin," ajak wanita itu yang memang menjadi owner di sekolah ini.
Mereka berjalan memasuki gedung sekolah itu. Melewati beberapa koridor yang Agnia yakin akan terlihat seram di malam hari.
"Teman-teman, yuk tenang bentar. Kita kedatangan teman baru nih," seru Tantri pada seisi kelas yang cukup riuh.
Suasana menjadi hening. Tatapan mereka terpusat pada Agnia yang berdiri di depan sambil mencengkeram erat roknya.
"Ayo Agnia silakan perkenalkan diri kamu!" pinta Tantri.
Sekali lagi, Agnia menghela napas gugup kemudian menyeka keringat dingin yang sudah membanjiri tubuhnya.
"Perkenalkan namaku Agnia Pramita. Umur 23 tahun. Aku dari Makassar."
Kelas yang awalnya hening kembali riuh oleh ocehan para siswa.
"Wow, gue kira junior gue."
"Astaga, lo 19 tahun? Kek 15 tahun."
"Wauuu, tuaan elo ternyata."
"Ihh imut masa ihh."
"Wahh, gue jadi dede emes di sini."
"Namanya keren."
"Aduh, tenang deh. Biasa aja kali," tegur seorang lelaki yang berpostur cukup jangkung di bangku kiri bagian depan.
Dengan tatapan mata yang tajam ia menatap Agnia, seakan gadis itu akan mengancam hidupnya."Udah, udah. Agnia kamu bisa duduk di dekat Sasya," jelas Tantri sambil menunjuk sebuah bangku yang terisi seorang gadis yang mengacungkan jari.
Agnia tersenyum dan mengangguk sopan kemudian berjalan ke arah bangku itu.
Bruk.
"Aww," pekik Agnia ketika ia terjungkal ke depan hingga tubuhnya sampai berlutut di lantai. Ia bahkan bisa merasakan jika lututnya sedikit tergores ubin retak.
Seisi kelas menjadi riuh kembali. Beberapa orang bahkan sudah berlari menghampiri Agnia dan hendak menolongnya.
"Ya Allah Ag, berdarah," pekik Tantri ketika melihat wajah lutut Agnia yang memerah.
Agnia hanya tersenyum tipis. Entah apa permainan dalam sekolah ini, ia hanya bisa mengikuti.
"Sorry," ucap lelaki itu datar.
Agnia yang mendengarnya hanya merungut dalam hati.
Dasar cowok sialan, pikirnya.
==
Agnia berjalan keluar kelas saat jam istirahat tiba.
Ia benar-benar butuh udara segar setelah menghabiskan waktu untuk berkenalan dengan teman-teman barunya.
Terlebih karena ia harus menghadapi satu-satunya cowok yang selalu saja menatapnya kesal."Ag," panggil Tantri.
Agnia menoleh dan menatap Tantri sembari tersenyum.
Tantri mendekat dan duduk di samping Agnia. Menatap asrama di depan sekolah.
"Gailan emang gitu orangnya."
Agnia menoleh. "Siapa Gailan?"
"Cowok tadi itu namanya Gailan, dia adikku. Dia memang agak jahil tapi baik kok."
Agni semakin menatap Tantri heran.
"Sikapnya selalu sama ke anggota baru?"Tantri menggeleng ragu. Seingatnya Gailan cuek terhadap orang yang tak dikenalnya.
"Terus tujuannya ke aku apa, kak? Ini hari pertamaku tapi dia seakan punya masalah yang sudah dia pendam sejak dulu."
Tantri menggenggam tangan Agnia menenangkan. "Dia cuman mau berteman mungkin. Tapi cara dia salah. Aku mewakili dia meminta maaf, yah. Jangan karena Gailan kamu jadi nggak betah di sini."
Agnia membalas genggaman Tantri. "Gailan bukan hal yang harus di khawatirkan. Dia bukan apa-apa kak. Dia cuman salah orang kalo mau main-main. Kak Tantri masuk aja. Jangan pikirkan aku."
Agnia merenung setelah kepergian Tantri. Jika Tantri mengira Gailan berpengaruh, maka ia salah. Agnia bukan orang yang gampang menyerah.
"Ngadu, yah?"
Agnia mendongak. Si wajah datar menatapnya dengan kedua tangan yang ia masukkan di saku.
Agnia memutar bola matanya jenuh.
"Kok diem? Bisu, yah?"
"Menjadi satu-satunya laki-laki di sekolah sebesar ini nggak membuat gue heran kenapa mulut lo selemes itu."
"Gue jadi ragu lo ini cowok tulen atau setengah jadi?" Lanjut Agnia sambil menyilangkan tangannya di depan dada."Ha? Lo bilang apa?"seru Gailan dengan suara yang terdengar kaget.
"Harus gue ulang, yah? Lo tuli atau lemot?"tanya Agni! kemudian berjalan santai ke asrama.
==
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah ANTARTIKA
Non-FictionBercita-cita menjadi seorang penulis, membuat Agnia, seorang Sarjana lulusan Sastra indonesia merantau ke luar kota untuk bergabung dalam sekolah menulis. Bertemu dengan teman-teman dari segala kalangan usia tak membuatnya gentar. Hingga ia bertemu...