Neighbor Complex

34 1 0
                                    

Untuk kamu Teman Masa Kecilku,

Maafkan aku yang hampir tidak pernah meresponmu,
Maafkan aku yang selalu tidak peduli apa yang kamu katakan,
Maafkan aku yang selalu saja menghindar ketika kita bertemu,
Maafkan aku yang selalu mengabaikan semua pesan darimu,
Maafkan aku yang secara tidak sengaja telah menolakmu mentah-mentah secara tidak langsung.

Kamu memang lebih tua setahun dariku, kamu dengan aku adalah tetangga,
Kamu dengan aku adalah teman masa kecil,
Kamu menganggapku sebagai adikmu,
Dan begitu pula dengan aku sebaliknya.

Aku dan kamu selalu bermain bersama,
Kita melakukan banyak hal yang sangat menyenangkan,
Saling membantu,
Tertawa akan lelucon yang aku dan kamu buat,
Kita memang seperti kakak dan adik,
Seperti sahabat masa kecil. Aku bahagia pada saat itu.

Hingga akhirnya,
Semua hal-hal menyenangkan itu lama-lama pudar seiring beranjak dewasanya kita.
Maksudku, aku belum melupakan semua hal itu, tapi mungkin kamu iya.

Jarak di antara kita semakin banyak, aku saja sampai kewalahan untuk menghapusnya.

Kamu sudah mempunyai banyak teman laki-laki, aku merasa seperti di lupakan.
Ya, mungkin kamu berpikir aku hanya gadis kecil yang sudah tidak pantas bermain denganmu lagi. Padahal dulu aku dan kamu sering bermain sepak bola bersama, aku tahu aku perempuan, tidak seharusnya aku suka permainan laki-laki. Tapi, saat aku bermain itu semua bersamamu itu terasa sangat menyenangkan.

Aku mulai merasa sangat kesepian, di saat aku mendengar suaramu di depan rumahku, aku hampir berlari keluar untuk mengajakmu bermain bersama tapi aku kurungkan niatku dan berhenti di depan pintu,
Yang aku dengar ternyata bukan hanya suaramu saja, tapi juga teman-teman barumu.
Aku selalu melihatmu di balik jendela rumahku, aku juga terkadang terpegoki olehmu saat sedang mengintipimu bermain,
Dan aku selalu saja cepat-cepat bersembunyi.

Orang-orang bilang aku itu tidak feminim, dengan kepribadianku yang seperti ini aku bisa dengan mudah bermain dengan laki-laki, kata mereka.

Tapi, tahukah kamu?
Karena mereka bilang seperti itu kepadaku, aku jadi sempat berpikir bahwa aku bisa ikut bergabung dengan duniamu yang sekarang.
Aku pikir itu akan sangat mudah, tapi sayangnya kenyataan tidak sesuai dengan ekspetasi.

Setiap kali aku ingin masuk ke dalam rumah dan ketika kamu dan teman-temanmu berada di depan rumahku, entah kenapa aku menjadi sangat malu dan ingin terus menghindar. Aku tidak tahu mengapa.

Yang mereka katakan tentang kepribadianku tadi ternyata bertolak belakang. Maksudku, aku tidak semudah itu berteman dengan laki-laki, yang ada aku menjadi sangat pemalu.

Aku seperti berada di planet lain yang berbeda denganmu. Kita semakin jauh, hampir tidak pernah saling tegur sapa.

Sampai akhirnya aku melupakan semua usahaku itu dan fokus kepada duniaku sendiri yang tidak memikirkanmu sama sekali lagi.

Entah apa yang membawamu kembali pada pikiranku lagi, bukan kamu tapi temanmu.
Maksudku setelah temanmu itu tetap kamu.

Pada saat itu, aku sedang bermain ponsel dan melihat foto profil LINE milikmu di tempat les, di sana ada tiga laki-laki yang saling merangkul, kamu yang berada di sebelah kiri. Tapi yang pertama kali aku lihat adalah laki-laki yang berada di tengah, aku seperti tertarik kepadanya.

Tanpa berpikir panjang aku langsung mengirimkanmu pesan untuk menanyakan siapa namanya, mungkin kamu terkejut karena aku yang tiba-tiba mengirimimu pesan. Tapi aku tidak bilang bahwa aku yang ingin tahu, aku bilang kepadamu bahwa temanku yang menanyakannya.

Tapi dengan mudahnya kamu menebak bahwa aku menyukainya,

"Kenapa? Kamu suka ya sama temen kakak?"

Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang