Alunan lagu ' Rindu sendiri' mengakhiri film Dilan1990, Nadia tak hentinya tersenyum sendiri mengenang adegan demi adegan dalam film itu, sosok Dilan dalam film itu benar-benar mirip dengan seseorang, sesosok pemuda yang pernah mengisi relung hatinya dalam masa putih abu-abu. Nadia sudah lama sekali tak berjumpa dengan pemuda itu. dimana Dia sekarang ?
" gila..keren banget akting si Iqbal.... peran Dilan membuat Dia jadi dewasa banget, Aku kaya' bukan ngelihat iqbal tapi ngelihat Dilan...", komentar Kayla, membuyarkan lamunan Nadia.
" iya, bikin baper deh..", ujar Nadia, pipinya bersemu merah. Pikirannya campur aduk. Film barusan membuatnya hanyut dalam nostalgia masa lalu.
" yuk, keluar...", ujar Kayla, menyadari tinggal Mereka yang belum keluar dari dalam studio.
*******
Sabtu pagi, Nadia meringkuk dalam selimut lebih lama karena libur kerja. Sedari tadi alunan lagu 'rindu sendiri' mengalun dari speaker laptopnya. Nadia lalu meraih ponselnya, mencari nama pemuda itu dalam list pertemanan di facebook, Ganendra Irvinsyah, nama pemuda itu. Dia melihat postingan terakhir Ganendra, Ganendra berfoto selfie bersama seorang rekan kerja wanitanya, Mereka tampak mesra dalam foto itu, ada suatu 'chemistry' dalam gestur dan rona mata Mereka. Nadia menghela nafas kecewa. Ganendra telah banyak berubah. Mereka memang telah lama putus komunikasi sejak tamat SMA. Ditambah Nadia yang merantau ke Jakarta membuat Mereka semakin susah bertemu, terakhir kali ketemu sewaktu reuni SMA 2 tahun lalu. Itupun tak ada obrolan yang serius, pertemuan terakhir 2 tahun lalu tak lebih dari sekedar pertemuan antar teman lama. Nadia mengenang kembali kisah Mereka waktu itu, begitu konyol, begitu manis, begitu polos, persis seperti perlakuan Dilan pada Milea. Nadia kemudian beranjak dari ranjang, melangkah ke kamar mandi dengan gontai, air shower mungkin bisa mengembalikan mood. Pikirnya.
*******
Halte Busway Blok M pagi ini tampak ramai oleh rombongan keluarga serta sejumlah pasangan yang ingin pergi ke kota tua. Sementara Nadia seorang diri. Dia belum memutuskan hendak turun di halte mana. Dia hanya ingin melepaskan kegalauan dihatinya, berharap dapat bertemu cowok di tengah jalan, cowok pengganti Ganendra. 2018, era emansipasi. Benak Nadia bersemangat. Nadia bekerja di kantor redaksi majalah wanita, populasi pria muda di kantornya bisa dihitung jari. Itupun tak ada yang sesuai kriterianya. Itulah sebabnya Nadia memutuskan bergerilya mencari partner hidup mulai hari ini, karena hatinya telah lama kosong, motivasinya adalah film tadi malam, serta Ganendra, pemuda menyebalkan itu. Nadia sengaja tak mengajak Kayla, Para Pria mungkin bakal lebih kepincut pada Kayla yang lebih 'berisi' dibandingkan dirinya. Nadia cemburu akan kesempurnaan Kayla, Gadis yang memiliki banyak gebetan itu.
Nadia kemudian segera bergegas memasuki bus transjakarta rute blok M – kota Tua. Penumpang cukup ramai namun Nadia berhasil mendapatkan bangku, Dia sengaja duduk di barisan belakang, tempat duduk para laki-laki. Nadia merasa jengah karena Cuma Dia sendirian cewe yang nyempil disitu. Nadia memandang kaum adam disekelilingnya, terdapat enam orang remaja usia SMP, tiga orang bapak-bapak paruh baya, serta sepasang pria yang kompakan memakai baju warna pink sedang berangkulan mesra, ewww...Nadia meringis geli. sementara kursi disebelahnya masih kosong. Nadia lantas memandang ke jendela, Bus Trans Jakarta yang Mereka tumpangi kini sedang melewati kawasan Gelora bung karno, tak lama bus kemudian berhenti di halte GBK. Sejumlah penumpang naik, seorang pemuda memakai sweater biru, mengalungkan kamera Polaroid dileher, serta berambut spike kemudian duduk disebelah Nadia. Nadia mencium aroma parfum Bvlgari dari tubuh pemuda itu, membuatnya merasa nyaman. Ekor mata Nadia memperhatikan detail wajah pria itu, wajahnya kuning langsat, bersih dari jerawat, hidungnya bangur, kumisnya tipis serta bibirnya merah kecokelatan. Pemuda tampan ! Nadia memperkirakan Pemuda itu sepantaran dirinya. Pemuda itu tadi sempat mengulas senyum tipis kepadanya ketika hendak duduk disebelahnya. Senyuman yang cukup manis. Pemuda itu kemudian memasang headset ke kupingnya, mendengarkan musik. Nadia menghela nafas kecewa, Pemuda yang cuek. Nadia berharap Pemuda itu inisiatif mengajaknya mengobrol duluan karena Nadia gengsi buat memulai. Nadia kemudian membuka cokelat silver queen yang Dia beli di minimarket tadi, Nadia menggigit cokelat itu dan mengulumnya. Cokelat membangkitkan hormon endorphin dalam sel otaknya, membuatnya mengantuk.
YOU ARE READING
RINDU SENDIRI
Short StoryAlunan lagu ' Rindu sendiri' mengakhiri film Dilan1990, Nadia tak hentinya tersenyum sendiri mengenang adegan demi adegan dalam film itu, sosok Dilan dalam film itu benar-benar mirip dengan seseorang, sesosok pemuda yang pernah mengisi relung hatiny...