Bonnie and Clyde.

53 1 0
                                    

Catleya Baxter masih mengingat dengan jelas hari itu. Minggu ketiga musim gugur dimana angin bertiup dengan cukup kencang dan mungkin daun daun sedang berguguran memenuhi jalan jalan di desa kecil timur laut swiss bernama utwill. Ia sedang berdiri menatap ranting ranting dengan daun coklat dari balik jendela kayunya yg selalu saja berdebu. Tidak hanya jendela, tapi semua barang dikamar atap akan selalu mudah berdebu.

Langit sedikit gelap entah akan hujan atau tidak. Tapi beberapa orang diluar sana tampak sedang sedikit sibuk sambil membawa barang barang dari arah pantai. Mungkin air laut sedang naik, pikir leya tanpa benar benar memikirkannya.

Ia berbalik saat mendengar pintu kamarnya yang kecil diketuk. Ah, apakah sudah waktunya lagi? Batin leya sambil menghembuskan nafas berat.

"Nona baxter, buka pintunya."suara familiar sang pemilik panti terdengar. Leya berlari kecil kearah pintu dan segera membukanya hingga menimbulkan bunyi 'krieeet' yang panjang. Saat itu, bukanlah wajah nyonya cornell-pemilik panti- yang pertama kali dilihatnya. Melainkan sepasang mata hijau yang menawan. Lampu atap yang redup hampir padam seakan mendapat cahaya baru ketika mata hijau milik lelaki bernama Luzel Langford hadir diambang pintunya.

"Nona Catleya Baxter?"ujarnya pelan.

"Ya?"jawab leya gugup tanpa bisa mengalihkan pandangannya dari kedua mata hijau itu.

Ia tesenyum samar, benar benar samar lalu berkata,"Mulai hari ini, kau akan ikut bersamaku."

'Hah?' adalah satu satunya kata yang dapat diucapkan leya saat mendengar ucapan lelaki dihadapannya.

~~~

Seorang Catleya Baxter tidak akan pernah menyangka sekalipun dalam hidupnya bahwa ia akan menikah dengan cara seperti ini. Tidak romantis dan tanpa cinta. Sejenak ia sempat berpikir bahwa dirinya bak putri rapunzel yang diselamatkan oleh pangeran berkuda putih yang mencintai rapunzel dengan tulus. Namun nyatanya ia jauh, benar benar jauh dari keyantaan itu. Yah, luzel memang membawanya pergi dari kamar atap berdebu yang sempit itu, ia juga tampan dan kaya seperti pangeran. Tapi sayangnya, pria itu bukanlah lelaki yang mencintainya.

Untuk beberapa saat leya sempat berpikir bahwa dirinya gila karena langsung saja menerima tawaran pria asing yang baru pertama kali dijumpainya. Bagaimana jika laki laki ini berniat jahat padanya? Menjual dirinya misalnya. Atau akan menjual organnya satu persatu mungkin? Tapi semua pemikiran itu bahkan tak muncul dikepalanya karena entah kenapa, hatinya malah merasa yakin saat luzel mengatakan untuk ikut dengannya. Sangat terlampau yakin malah.

"Kalau dipikir pikir, aku belum memperkenalkan diriku dengan baik padamu."tukas luzel sesaat setelah mobil mulai melaju membelah jalanan desa.

Aku menatapnya ragu sejenak sebelum mengangguk pelan.

"Namaku Luzel Langford. Panggilanku Luz. Umurku 27 tahun."jelasnya lalu melihat leya sekilas."Sekarang giliranmu."

"Namaku... Catleya Baxter. Panggilanku Leya dan... umurku 24 tahun."ujarnya gugup.

"Aku tahu kau masih merasa sedikit takut."sahut luzel karena sadar akan nada gugup wanita disampingnya."Tapi terimakasih karena sudah langsung mempercayaiku. Aku tadi sempat berpikir bahwa aku perlu membujukmu selama berhari-hari."

"Seharusnya aku yang berterimakasih padamu, karena telah membawaku keluar dari sana, tuan."jawab leya pelan. Benar benar pelan.

"Kalau begitu anggap saja kita impas."ujar luzel sambil kembali melirik leya lalu berkata lagi,"Dan tolong jangan panggil aku tuan. Itu terdengar sedikit tua bagiku."

"Ah, maaf."gumam leya lalu suasana hening beberapa detik.

"Kau..."

"Aku..."

Capital LettersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang