Bab 1

9 0 0
                                    

"Maaf, nona muda. Ada seseorang mencari anda." Ujar pelayan pribadiku. Aku memang memiliki pelayan pribadi yang bernama yamazaki yuki.

"Siapa?" tanyaku sambil tetap memejamkan mataku.

"Seorang pria, nona."

"Namanya??" tanyaku lagi.

"Mmmm... beliau menyebut dirinya watanabe ichi, nona muda."

"Hmmm... wakarimashita." Ujarku sambil beranjak dari tidurku. Kemudian, aku pun berjalan keluar diikuti oleh yuu-kun. Sebenarnya umurku dan umur yuu-kun terpaut cukup jauh, yaitu 5 tahun.

Saat kami sudah sampai di ruang tamu, aku melihat cowok tersebut dari ujung kepala sampai ujung kaki.

"Kamu watanabe ichi??" tanyaku dingin.

"Iya. Perkenalkan nama saya watanabe ichi. Hari ini kita ada janji kan?" tanyanya sok akrab.

"Ya. Aku tau. Tapi aku tidak ingin pergi kemanapun saat ini. Yuki, apa jadwalku setelah ini?" tanyaku.

"Mmmm... jadwal anda hari ini anda ada pertemuan juga dengan 2 orang lagi, nona muda."

"Cancel semua. Aku tidak ingin melakukan apapun hari ini."

"Tapi, nona muda..."

"Tidak ada tapi-tapian yuki!" ujarku sambil beranjak meninggalkan ruang tamu.

"Mmm... baik, nona muda. Maaf, tuan muda watanabe, secara tidak langsung, nona muda telah menolak anda. Atas nama nona muda eriko hayashi, saya minta maaf." Ujarnya sambil membungkukkan badan ke arah watanabe ichi dan pergi meninggalkannya sendiri.

Sementara itu, aku kembali ke ruang mawarku. Watanabe ichi adalah orang yang dijodohkan denganku. Selain dia, ada beberapa orang lagi yang dijodohkan denganku, tetapi, aku menolak mereka semua. Jika aku sudah di tempat ini, para pelayanku tidak akan berani menggangguku. Hanya yuki saja yang berani menggangguku.

Orangtuaku memperkerjakan yuki saat umurnya baru menginjak 17 tahun. Orang tuaku menyuruhnya untuk menjagaku karena sudah banyak pelayan yang aku pecat. Pada awalnya, aku tidak mau menerima yuki sebagai pelayan pribadiku. Aku pun mengerahkan segala cara untuk mengeluarkannya dari rumahku. Tapi segala usahaku sia-sia. Orang tuaku malah semakin menyukainya. Hingga akhirnya aku berhenti dan mencoba mulai menerimanya. Dan yah.. beginilah akhirnya.

"Apa yang anda pikirkan, nona muda?" Tanya yuki.

"Eh.. yuki... sejak kapan ada disini??" tanyaku kaget.

"Sejak tadi, nona muda." Ujarnya.

"Kenapa kamu ada di sini??"

"Tidak ada apa-apa. Saya hanya penasaran, kenapa anda menolak semua laki-laki itu?"

"Haruskah aku memberitahumu?"

"Tidak."

"Baguslah kalau kamu mengerti batasanmu." Ujarku kembali berbaring.

"Nona muda.."

"Iya, apa lagi??" tanyaku sambil memejamkan mataku.

"Mmm... sebaiknya anda tidur di kamar." Ujarnya.

"Gak. Aku gak mau. Aku lebih suka disini. Keluarlah, yuki. Aku lagi gak mau diganggu."

"Hmmm... baiklah kalau memang itu yang anda mau. Saya permisi." Ujarnya sambil membungkukkan badan memberi hormat padaku.

Sepeninggalnya, aku pun tertidur. Setelah beberapa saat, aku pun terbangun. Saat aku terbangun, aku mendapati ada yuki di sampingku sedang melihatku.

"Ah.. anda sudah bangun, nona muda?"

"I-iya... kenapa kamu disini?? Dan ini?? Bukannya tadi aku udah nyuruh kamu buat keluar dari sini kan..."

"Karena saya mengkhawatirkan anda."

"Hmmm... sou ka(begitu)..." ujarku sambil merenggangkan badan. Lalu, aku berdiri. Yuki hanya mengikutiku dengan terdiam.

Aku berjalan keluar dari ruangan tersebut. Lagi-lagi, yuki hanya mengikutiku tanpa bicara.

"Apa jadwalku setelah ini??" ujarku sambil membenarkan rambutku yang kusut.

"Mmmm... jadwal anda malam ini :

Pukul 19.00 : anda ada makan malam dengan keluarga besar hasegawa group.

Pukul 20.00 : anda berjalan-jalan dengan tuan muda hasegawa chiaki.

Pukul 20.30 : anda akan berbincang dengan keluarga beliau.."

"Baiklah, baiklah... aku mengerti." Ujarku sambil menghembuskan nafas berat.

XXXXXXXXXXXXXXXXX

Aku pun ke kamarku. Saat itu masih pukul 5 sore. Begitu sampai di kamar, aku langsung membanting tubuhku ke atas kasur. Aku mulai memejamkan mataku lagi. Aku pun kembali tertidur. Tidak terasa sudah 2 jam aku tertidur dan waktunya untuk bergegas. Tapi aku tak kunjung bangun. Yuki pun membangunkanku dan mengetuk pintu kamarku berulang kali. Namun aku tak kunjung bangun. Akhirnya, ia pun masuk ke kamarku yang memang hampir tidak pernah aku kunci. Ia melihatku yang sedang tertidur. Sebenarnya ia tidak tega membangunkanku, tapi tugasnya mewajibkannya untuk membangunkanku.

"Nona muda... nona muda... sudah saatnya anda bangun..." ujarnya membangunkanku.

Aku samar-samar mendengar suaranya, "Mmmm... nngg... jam berapa sekarang?" tanyaku setengah terbangun.

"Jam 7 malam, nona. Sudah waktunya nona menghadiri.."

"Iya.. iya.. aku mengerti. Apa kakak dan orang tuaku ada disana juga?" tanyaku sambil berjalan menuju kamar mandi.

"Tidak. Saya mendapat laporan bahwa yang akan menemani anda dalam makan malam kali ini hanya tuan muda jun, nona."

"Hmmm.. begitu.." ujarku sambil masuk ke dalam kamar mandi.

Tidak berapa lama kemudian, aku pun keluar hanya berbalut handuk saja, meskipun didalam kamarku ada yuki.

"Saya sudah menyiapkan baju anda untuk dikenakan malam ini, nona muda."

"Terima kasih."

"Kalau begitu, saya permisi dulu. Saya akan memanggilkan pelayan untuk membantu anda."

"Tetaplah disini. Aku hanya ingin dibantu olehmu."

"Tapi, nona muda..."

"Gak ada tapi-tapian, yuki!! Aku gak mau dibantu orang lain!!" ujarku murung.

Saat aku selesai berpakaian, dia membantuku untuk menyisir rambut. Tapi, entah kenapa saat dia selesai membantuku, aku langsung menerjangnya dan memeluknya.

"Tolong, tolong biarkan aku seperti ini sebentar saja.. aku.. aku gak mau ke sana.." ujarku mulai terisak.

Lagi-lagi ia terkejut. Tapi, ia tidak mengatakan apapun. Dan tanpa aku duga, ia membalas pelukanku. Aku cukup terkejut dibuatnya.

"Aku tau. Meskipun aku ingin mengatakan hal seperti itu, tapi aku gak bisa." Ujarnya mengeratkan pelukannya. "Anda harus bergegas, nona muda." Lanjutnya sambil melepaskan pelukanku. Tapi, aku semakin mengeratkan pelukanku.

"Nona muda... saya mohon... saya tau, nona muda tidak ingin pergi, tapi anda harus pergi.. saya mohon.." ujarnya memohon.

"Baiklah, aku akan pergi, tapi kamu harus selalu ada disampingku. Ini perintah!! Berjanjilah padaku!" ujarku sambil melepaskan pelukanku.

"Tapi, nona muda..."

"Gak ada tapi-tapian!" potongku.

"Hmmmm... baiklah.." ujarnya terpaksa.

Kemudian, aku pun bergegas membenahi dandananku. Setelah beberapa saat, aku pun sudah menyelesaikan semuanya. Lalu, kami pun berangkat. Saat itu, jam sudah menunjukkan jam 7.15 malam. 

The Princess and The ButlerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang