[EDITED]
***
Jam sudah menunjukan pukul dua lewat tiga puluh delapan menit di siang hari. Udara panas menyengat menyelimuti kelas seni musik yang sunyi itu. Tak seperti minggu lalu, cuaca hari ini memang terlihat sangat tidak bersahabat. Tak ada satu pun mahasiswa yang fokus mendengarkan dosen yang berdiri di depan mereka.
Tidak. Ini bukan karena cuacanya. Kelas seni musik merupakan kelas yang selalu ditunggu-tunggu oleh para mahasiswanya. Biasanya, kelas akan dibagi menjadi beberapa kelompok secara acak, membuat sebuah penampilan yang mereka siapkan dalam waktu singkat dan mereka akan menampilkan sesuatu tersebut dalam jangka waktu yang sudah ditentukan. Untuk melatih kreatifitas, kata dosennya.
Namun hari ini merupakan hari yang tidak biasa. Karena dosen yang mengajar mereka memiliki sebuah urusan yang harus dikerjakan sehingga mereka diserahkan kepada asisten dosen Song.
Asisten dosen Song adalah salah satu dari sekian banyak dosen yang tidak disukai mahasiswanya lantaran metode belajarnya yang dianggap kuno. Asisten dosen Song rela berceramah tentang teori-teori yang bahkan tidak ada hubungannya dengan subjek mereka yang sesungguhnya.
Sangat membosankan bagi mahasiswa untuk yang lahir di era sekarang. Termasuk mahasiswa yang duduk di barisan paling pinggir di sebelah jendela. Myoui Mina namanya. Jika saja handphone nya tidak mati karena kehabisan baterai, mungkin ia tidak akan sebosan ini jadinya.
Mina hanya membutuhkan waktu sekitar dua menit kurang sampai ia bisa keluar dari tempat ia berada kini. Berbeda dengan mahasiswa lainnya, Mina tidak pernah tertarik dengan kelas ini. Ia bahkan tidak pernah tertarik dengan jurusan yang diambilnya sekarang ini.
Semua terjadi karena orang tuanya memaksa dirinya untuk masuk ke dalam jurusan ini. Sejak kecil Mina dibesarkan oleh keluarga yang sangat mencintai seni. Ayahnya merupakan seorang maestro terkenal yang sudah melakukan konser sampai ke luar negeri. Ibunya merupakan seorang penari balet yang tak kalah terkenal dari ayahnya. Ibunya bahkan pernah memenangkan perlombaan balet internasional sebanyak 3 kali berturut-turut pada masanya.
Hal ini pula yang membuat orang tuanya ingin Mina mengambil jurusan yang memiliki keterkaitan antara dirinya dengan orang tuanya.
"Baiklah," Ucap asdos Song seraya bertepuk tangan. Kini jam sudah menunjukkan pukul dua lewat empat puluh lima menit. "Saya rasa sampai di sini perjumpaan kita, jika ada pertanyaan silakan bertanya. Tidak perlu sungkan untuk bertanya bahkan jika kita bertemu di luar kelas. Untuk dosen kalian,..." Jarum jam terus berdetak namun sang asdos tetap melanjutkan pidato penutupannya.
Terdengar desahan para mahasiswa yang sudah tidak tahan untuk meninggalkan kelas mereka.
"Baiklah itu saja untuk saat ini." Tambahnya lagi sebagai kalimat penutup. Hampir terdengar suara gemuruh bahagia anak kelas ketika asdos Song mengakhiri perkuliahan mereka.
"Prof. Song!" seorang mahasiswa yang duduk di sudut ruangan menunjuk tangan seakan-akan ingin bertanya kepada asdos tersebut. Membuat anak yang lainnya menggerutu.
Mina mengerutkan keningnya melihat orang tersebut. Ia tidak pernah merasa bahwa ia pernah melihat orang ini sebelumnya. Namun ia mengedikkan bahunya. Toh tak ada hubungannya sama sekali dengan dirinya.
Prof. Song berhenti dengan mengangkat kedua alis matanya ke arah mahasiswa tadi.
"Terimakasih atas pelajarannya hari ini. Kami sangat menikmatinya." Ucapnya sambil berusaha menahan tawanya yang dibalas anggukan singkat oleh sang asdos.
Tepat setelah sang asdos keluar, suara riuh kembali terdengar. Beberapa orang meregangkan tubuhnya yang penat.
Myoui Mina memasukan perlatan tulisnya ke dalam tasnya, menyelempangkan tasnya ke bahunya lalu beranjak dari kursinya. Berniat untuk meninggalkan kebisingan kelas itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Apology | June x Mina
Fanfiction"I'm sorry I couldn't protect you." °°°°° Myoui Mina. Seorang mahasiswi seni tahun 2 yang mengecap pendidikannya di negeri tetangga dan ditemani oleh sepupunya. Berada jauh dari orang tuanya membuat Mina menjadi seseorang yang mandiri dan tahan bant...