one

2 0 0
                                    

Krisela

Aku menatap arloji putih yang melingkar di tangan kiriku. Aku menoleh kekiri dan kekanan. Sudah Hampir 30 menit aku berdiri diparkiran kampus dan Mobil Hitam itu tidak terlihat sama sekali. Apa dia membohongiku lagi?

ku ambil ponsel didalam tasku, dan mulai mencari kontak seseorang yang berjanji akan menjemputku. Aku menempelkan ponsel di telingaku menunggu sang penjawab menyahuti panggilan. Suara operator membuatku mendesah kesal, dia tak mengangkat panggilanku sama sekali.

Aku mengirimi dia pesan, bahwa dia tidak usah menjemputku karena aku akan pulang menggunakan Grab. Setelah itu, aku memasukan ponselku kedalam tas dan berjalan menuju minimarket di depan gerbang kampus.

Aku memasuki minimarket itu dan langsung berjalan menuju lemari Es yang terdapat berbagai macam minuman dingin. Aku mengambil salah satu botol kaleng yang bersoda sekaligus obat pereda panas dalam. Setelah itu aku berjalan menuju kasir untuk membayar minuman yang aku ambil.

Aku melihat seorang pria tengah kewalahan mencari sesuatu di dalam sakunya, bisa aku tebak dia sedang mencari dompetnya. Aku menatap raut wajah kasir yang sedang bertugas di minimarket itu, Wanita itu seperti tengah kesal, namun mencoba untuk seramah mungkin.

"bagaimana mas? Jadi beli ini atau tidak?"

Pria itu masih saja mencari barang itu. Aku melihat barang yang akan dia beli dan hanya sebungkus rokok. Di lihat dari penampilannya dia seseorang yang bekerja di kantoran, dan bisa kulihat sebuah mobil sedan mewah terparkir di depan minimarket itu, mustahil bila dia tidak mempunyai uang. Aku yakin dia pasti lupa membawa dompetnya.

Aku menyimpan barang yang kubeli di samping rokok pria itu, dan memberikannya pada kasir.

"Satukan dengan ini, aku yang bayar."

Pria itu terdiam, dan menatap ke arahku dengan Terkejut. Aku hanya meresponnya dengan senyuman. Aku melihat pria itu seperti kikuk padaku dan mengapa ekspresi seperti itu membuatnya menjadi sangat tampan. Baru ku sadari dia memang tampan. Sangat tampan.

Setelah membayar barang yang ku beli, aku memberikan rokok itu kepada Pria tersebut sembari berjalan keluar minimarket. Dia hanya mengambil barang itu dengan wajah yang tidak dapat ku artikan. Aku tau dia ingin mengatakan sesuatu tapi dia kebingungan.

"Aku tahu, kau lupa membawa dompet jadi aku bayar saja, dari pada nanti kau berdiri mati kutu disana."

"akan ku ganti."

"tidak usah, itu tidak membuat uang jajanku habis."

Pria itu mengambil satu batang rokok dan menyalakannya, kemudian dia menghisap rokok itu hingga mengeluarkan asap dari mulutnya.

"Mau ku antar?" Aku menoleh padanya dan menggeleng pelan.

"Tidak, Grab ku sudah menunggu. Jadi, Aku duluan." Aku melambaikan tanganku padanya, dan berjalan menuju Mobil Silver yang sudah menunggu di depan minimarket.

Pria itu hanya diam, tak merespon apapun. Bahkan saat aku memasuki mobil dia masih berdiri di samping mobilnya.Bisa kulihat Pria itu, pria tampan yang memiliki kepribadian angkuh dan dingin.

>>>

"mah, apa Daniel sudah pulang?"

Aku bertanya pada ibuku begitu sampai di depan Rumah. Daniel adalah Sepupuku, ia tinggal bersama Ayah dan ibuku karena dia sudah tidak memiliki orang tua lagi.

"Bukannya dia menjemputmu?"

"aku menunggunya hampir setengah jam, dan dia tidak menjemputku sama sekali. Jadi aku putuskan untuk pulang memakai Grab." Ujarku. Raut wajah ibu berubah menjadi Khawatir, ia langsung berjalan menuju ruang tamu yang aku yakini pasti ibu akan menelfon Daniel.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Feb 17, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

SerendipityWhere stories live. Discover now