hm

454 40 13
                                    

Dinda Kirana. Gadis itu masih asik merenungi diri didalam kamar sederhananya, menunggu hujan berhenti. Sesekali Dinda melirik jam yang terpakai ditangan sebelah kirinya sembari menghembuskan napas pasrah akan keterlambatannya untuk bekerja. padahal sejak tadi pakaian kerja sudah terpakai rapih didalam tubuh Indah miliknya dan bahkan sudah mempersiapkan segalanya untuk berangkat kerja.

Ya, bekerja disalah satu restoran terbaik di Jakarta membuat Dinda merasa bangga dengan berbekal ijazah SMP, seperti yang orang-orang tahu, gadis manis itu hanya lulusan sekolah menengah pertama dan itu membuatnya sangat sulit untuk mendapat pekerjaan yang baik. Ada banyak pula yang memandang dirinya sebelah mata.

Tapi karna berbekal ke uletan dan telaten kini Dinda bisa bekerja di Restoran mewah sebagai pelayan Restoran yang derajatnya hampir sama dengan orang-orang yang lulusan SMA.

Selain itu, Dinda terkenal sangat penyayang terhadap kucing-kucing jalanan terbukti setiap saat Dinda menyisihkan beberapa rupiah untuk membekali kucing jalanan itu dengan roti atau beberapa makanan lainnya.

Kegiatannya itu terus berulang sampai suatu ketika Rizky, pemuda yang tanpa sengaja selalu melihat dan memperhatikan Dinda pada suatu sore. 

Rizky tersenyum bangga saat menyaksikan langsung gadis itu memberikan sepotong roti pada anak kucing yang terbuang oleh induknya di tepi jalan Raya, Dinda tak segan untuk mengangkat kucing-kucing itu untuk diamankan ke bawah pohon rindang. Rasanya tidak percaya saat ini masih ada orang-orang yang memperhatikan kucing jalanan seperti Dinda. Sejak saat itulah, Rizky bahkan sempat membuntuti kemana Dinda pergi setelah Ia mengakhiri membagi makanan pada kucing-kucing jalanan.

Memiliki hobby yang sama membuat Rizky mempunyai perasaan aneh yang bersemi begitu saja untuk seorang yang biasa seperti Dinda. Berniat untuk mengetahui semua tentang Dinda.

Rizky tertawa renyah saat menyaksikan langsung Dinda terkena cakaran kucing-kucing liar itu ketika hendak memberi makan.

Skip..

Tanpa sadar, beberapa panggilan masuk melalui ponsel sederhananya terabaikan begitu saja. Dinda menatap layar ponsel berharap-harap cemas siapa gerangan yang menelfon itu, dan benar saja salah seorang leader tempat Ia bekerja kini tak hentinya melakukan panggilan ke nomor Dinda.

Gadis itu menghela napas pelan yang berusaha mengatur nafas agar tidak gugup saat Ia harus menjawab telfon dari salah satu orang yang berperan penting di tempat Ia bekerja.

"Halo Pak."

"Kemana saja Kamu? Ini sudah jam berapa? Kamu gak masuk kerja hari ini? Kamu tau kan hari ini banyak pesanan?". suara itu sontak membuat Dinda harus menelan ludahnya kasar karna menerima makian dari Pria itu.

"Maaf Pak, Saya telat karna ujannya gak reda."

"Kamu pikir Saya masuk kerja ini gak ujan-ujan? Kalau kamu gak mau menerima surat peringatan itu, kamu harus segera ke resto saat ini juga!." tuuuttt tuuuttt..

Dinda memanyunkan bibirnya tidak jelas, memikirkan tingkah seorang Leader yang tidak bisa mengerti kondisinya. Padahal jika Ia harus menghitung seberapa loyal dirinya mungkin keloyalitasnya tidak bisa akan 2 kali lipat gaji yang harus diterimanya.

"Kenapa sih telat sebentar saja sudah marah-marah. Sedangkan kalau Aku pulang telat gak dihitung sama sekali." Dinda bergumam, dan segera meraih tas ransel mungilnya yang tergeletak diatas kasur, setelahnya Ia pun melangkah keluar meski keadaan diluar masih tidak memungkinkan untuk seorang pejalan kaki sepertinya.

Hey Nona I Love youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang