" Anak-anak, kita kedatangan murid baru." , kata bu Wati, guru kimia kami.
Pagi itu adalah pagi paling menakutkan setelah ku pikir-pikir. Karena pagi itu, tepatnya karena kedatangan orang lain, semuanya berantakan.
" Tipe lo banget, Seth. Pasti duduk di sebelah lo", ujar Julian.
" Udah tancap gas aja sekarang. Cewe kayak dia masa dibiarin aja?", bisik Alexander.
Seth Abel Tanuredja menatap murid baru itu dengan seksama. Sampai kapan kawan-kawannya terus mengejek dia seperti ini? Hanya satu yang tersisa yang sama sekali belum mengucapkan sepatah katapun sejak tadi pagi. Dengan sedikit jengkel, dia berkata,
" Kenapa lo ga duduk di sebelah gue?"....
" Halo boleh aku duduk sini? Tempat lain sepertinya kosong."
Nah, itu jelas bukan aku. Dari cara bicaranya, aku yakin kita semua tau dia adalah si murid baru, Vanesaa Darius.
Seth menatap temannya yang diam saja itu dengan marah. Sedikit dipaksakan, dia mempersilahkan Vanessa duduk di kursi sebelahnya.
Ketika lonceng istirahat berbunyi dan semua orang meninggalkan kelas kecuali Seth dan si dia,
" Lo ga jawab gue daritadi. Kenapa ga lo yang duduk di sebelah gue?"Denisa Aldren Reynaldi tertawa dan berkata,
" You know, there's a reason why we keep that seat vacant. "" Kemaren-kemaren, lo duduk di sebelah gue. Why now? "
" Yah kan kamaren-kemaren kita ga kedatangan murid baru."
" Really, Denise? Out of all answers?"
" Gue ga bohong, Abel."
" Because the last time I checked, kita baik-baik saja".
" Yang bilang kita ga baik-baik aja siapa Seth?"
Seth menatap Denisa dengan tegas dan berkata,
" Good."-----------
" Maaf atas sikapku tadi. We haven't properly met. Seth Abel Tanuredja."Vanessa menatap lelaki sebelahnya dengan tatapan terpana. Siapa yang tidak bisa jatuh cinta pada pandangan pertama dengannya? Vanessa mengulurkan tangannya untuk menerima jabatan tangan Seth.
" Vanessa".
Kelas terakhir pada hari itu adalah Bahasa Indonesia oleh Pak Mandegra.
" Buku tugas gue mana?"
Denise dengan gugup sedang menyontek jawaban Seth karena ia benar-benar lupa hari ini ada PR Bahasa Indonesia.
" Anak-anak, kumpul PR yang minggu lalu saya berikan!"
" Sabar ih, lo tau kan gue lupa!" bisik Denisa yang tinggal 1 nomor lagi selesai.
Akhirnya Denisa selesai dan ketika dia hendak mengumpul, Alex mengambil bukunya dan mengumpulkan bukunya.
" Biar gue kumpul."
Vanessa menatap teman-teman di sekelilingnya dengan canggung.
" PR Bahasa halaman 208 Latihan A. Kalau lo ga ngerti, lo bisa tanya cowo di sebelah lo. Jenius dia. Ya nggak, Abel?"Vanessa hanya tersenyum halus dan menahan malu mendengar celotehan Denisa.
" Bisa tolong ajarin gue?" , tanya Vanessa kepada Seth.
Mereka berdua akrab dengan cepat. Sedangkan di belakangnya, Denisa diam-diam menatap layar ponselnya dengan nanar." Lo semalam pulang ke rumah?"
Itu Julian Kertanegara tengah berbisik dengannya.
Denisa memberikan senyuman pahitnya." Lo tau lah. Kayak gue punya rumah lain aja." jawab Denisa.
" Adik lo? Lo kan bisa tinggal sama dia di rumah grandma Del."
Denisa berhenti sejenak sebelum menjawab,
" Gue pikir bakal lebih baik, Jul".Bel pulang sekolah berbunyi. Semua murid di kelas sudah keluar menyisakan Seth dan Denisa berdua di ruang kelas. Denisa bisa merasakan keheningan yang luar biasa di antara mereka berdua. Lelaki itu tetap menatapnya dari tadi sembari ia merapikan buku-bukunya. Perasaanya kacau. Sungguh, ia tak bermkasud membuat mood lelaki itu jelek hari ini dengan berbagai kebohongan yang dibuatnya. Dia hanya.. Entahlah, apa yang harus disembunyikannya?
Saat Denisa hendak melangkah keluar dari ruangan, Seth menarik tangannya.
" Mau kemana? "Denisa hanya ingin meringankan beban di kepalanya sekarang. Ia frustasi. Orang yang paling dekat dengannya adalah Seth. Tuhan tau ia tak bisa menyembunyikan apapun darinya, terlebih ketika lelaki itu menatapnya dengan tajam.
" Lepas tangan gue. Gue mau berenang. Plis, jangan ikutin gue Abel."
Seth merasakan ada yang salah. Perempuan ini tidak mempunyai kelas berenang hari ini. Hanya ada alasan lain. Dia stress.
" Fine. Go. "
----------