Maica Safira Permata,alias Caca. Seorang gadis remaja yang sejak kecil dibesarkan oleh bunda, dan ayah, tetapi sejak Caca kelas 3 sekolah dasar, ayahnya memutuskan untuk bekerja diluar kota dan hanya pulang 2 minggu sekali sehingga dia lebih dekat dengan bundanya yang sangat dia sayangi itu.
Oh iya, ada Bang Vian, kakak laki-laki Caca yang ia anggap menyebalkan, lengkapnya bernama Alviano Pramuditya, tetapi lebih akrab disapa Bang Vian. Meskipun mereka sering bertengkar, tetapi mereka saling sayang kok.
Usia Vian dan Caca hanya berbeda satu tahun. Tepat hari ini Vian akan memasuki SMA kelas 11, dan Caca akan memasuki bangku SMA untuk yang pertama kalinya, yaitu kelas 10.
***Jarum jam menunjukkan pukul 05.00,suara alarm handphone Caca mulai mengganggu tidur pulasnya.Tangannya segera meraba benda tersebut dan mematikannya.
"Caca sayang... ayo bangun nak,hari ini kamu udah masuk sekolah lagi kan..."
Suara lembut Bunda terdengar dari balik pintu kamar.Ya hari ini memang hari pertamanya sekolah setelah libur akhir semester.
"Iya Bun,Caca udah bangun kok..." jawabnya.
"Ya udah,cepet mandi ya,jangan kelamaan,jam setengah enam langsung turun sarapan,Bunda udah siapin semuanya..." sambung Bunda.
"Siapp Bun..." ucap Caca.
Ia pun segera menyambar handuk menuju kamar mandi, dan segera bersiap. Waktu tepat pukul setengah enam,Caca bergegas turun menghampiri sepiring nasi goreng masakan Bundanya.
"Ca ntar lo pulang sama Pak Arif duluan ya" Ujar Bang Vian seraya menyantap sarapannya.
"Emang lo mau ngapain Bang?" tanya Caca.
"Ntar mau maen ke rumah temen, " jawab abangnya.
"Yaelah Bang,baru juga masuk,udah ada acara maen maen aja,huu... " dengus Caca.
"Serahh gue lahh,hidup hidup gue,lo yang ngatur ngatur,lagian Bunda juga udah ngijinin,ya kan Bun?" sahut Vian sembari memastikan ijin Bunda.
"Iyaa,udah udah ayo pada berangkat, udah ditunggu Pak Arif tuh" kata Bunda sambil menengok ke luar rumah.
Pak Arif adalah sopir yang diminta Ayah untuk bekerja dirumah agar bisa mengantar jemput Caca dan Vian.
***
Sampailah mereka di gerbang sekolah bertuliskan "SMA TUNAS NEGERI 3". Kedua kakak beradik itu memang bersekolah di tempat yang sama, bunda sengaja mendaftarkan Caca di sekolah yang sama dengan abangnya, dengan tujuan mempermudah Pak Arif untuk mengantar jemput mereka.
Setelah sampai, mereka segera turun dari mobil, Vian pun bergegas menuju kelasnya. Sedangkan Caca, karena baru pertama masuk SMA, dia masih bingung, dan grogi ketika menginjakkan kakinya di lapangan sekolah barunya itu.
"Eh kemaren kan murid baru suruh langsung ke aula, aula sebelah mana nihh, duhh mampus lo Caa, mana gaada temen yang kenal, Bang Vian juga ihh malah langsung masuk kelas lagi, uda tau adeknya baru masuk SMA, dibantuin kek, dipandu kan gue gatau aula sebelah manaa, dasar abang kampret" gerutu Caca dalam hati.
Caca kebingungan saat itu, apalagi dia itu tipe anak yang paling gengsi dan kaku buat ngomong duluan ke orang yang ngga dikenal, tapi sekalinya deket sama orang, lahh mulutnya gabisa di rem, cerewet pisan.
Mata Caca seakan menyapu halaman sekolah, ia berharap bisa bertemu orang yang bisa membantunya. Seketika ia melihat sosok anak laki-laki yang kira-kira sedikit lebih tinggi dari dia, dan berseragam biru putih sama sepertinya.
"Wah sama sama murid baru tuhh, kali aja dia mau ke aula, samperin deh, paling ga kan gue bisa ngikutin dia buat ke aula," batinnya.
Ia pun segera melangkahkan kakinya mendekati anak laki-laki itu.
Kini Caca berada tepat di belakangnya, karena dilihatnya orang itu diam saja, akhirnya Caca memberanikan diri untuk bertanya lebih dulu."Permisi, sama-sama baru masuk ya, emm..., aula nya sebelah mana sih, hehe?" tanya Caca.
Anak laki-laki itu pun menoleh ke arah Caca, dan membuatnya terkejut.
Caca terdiam seketika, dadanya berdebar, matanya membulat melihat wajah anak laki-laki itu.Tak hanya Caca yang terkejut, sosok anak laki-laki yang berada tepat di hadapannya pun tampak terkejut. Mereka sama-sama terdiam.
Ternyata sosok itu adalah Bagas, cowo dingin bahkan lebih dingin dari salju sekalipun. Ia adalah teman sekaligus gebetan Caca sejak kelas 7 SMP. Caca memang sudah jatuh hati pada Bagas sejak pandangan pertama. Tetapi Caca tak pernah berani mengungkapkan perasaannya yang kurang lebih sudah 3 tahun terkubur di palung hatinya. Jangankan menyatakan perasaan, berbicara biasa layaknya seorang teman pun dia tak mampu, mendengar namanya saja tubuhnya sudah terasa gemetar.
---
"Eh, mmm, lo sekolah di... disini... ju... juga Gas?" ucap Caca, dengan suara yang gemetar.
Benar benar baru kali ini Caca berbicara pada Bagas tepat dihadapannya. Perasaan terkejut, bahagia, dan tegang berkecamuk dalam dirinya. Tubuhnya mulai lemas seakan tak berdaya untuk berdiri.
Meskipun sudah 3 tahun berada di satu sekolah yang sama, bahkan di kelas yang sama, tetapi Caca memang sangat jarang berbicara pada Bagas, bahkan bisa dibilang nyaris tidak pernah. Mungkin karena Bagas yang terlalu dingin dan Caca yang terlalu kaku untuk bertatap muka dengan Bagas.
"Mmm, gue dulu... duluan ya" sambung Caca, seraya meninggalkan Bagas.
Belum sampai Bagas menjawab pertanyaannya, Caca sudah pergi begitu saja.Dirinya sengaja segera menghindar dari Bagas karena Caca terlalu takut Bagas akan menjawab pertanyaannya dengan ketus, atau Bagas akan tetap terdiam seakan tak ada yang bicara padanya.
Caca berjalan secepat mungkin tanpa memikirkan kemana dirinya akan pergi, tak ada yang dipikirkan selain Bagas dan dan perasaannya itu, sampai akhirnya terdengar ada orang yang memanggilnya.
"Hei, dek, kamu siswi baru kan? Langsung ke aula aja ya dek, ini kamu tinggal naik tangga aja, ntar langsung ketemu kok aulanya," ujar seseorang yang menurut Caca adalah kakak pengurus OSIS yang bertugas memandu siswa siswi baru.
"Makasih kak..." jawab Caca.
Caca pun mulai bergegas menaiki tangga, sampai akhirnya ia bisa duduk dengan tenang di dalam aula.
Tanpa ia sadari, keningnya telah dicucuri oleh keringat, tangannya pun basah berkeringat, dan dadanya terus berdebar.***
"Aduhh,mimpi apaa gue semalem bisa satu sekolah lagi sama Bagas, jodoh kali ya" batin Caca sembari tersenyum senyum sendiri,seakan salah tingkah.
"Ehh, ngga ngga, ayolahh Caa, jangan ngayal woii, lo siapa? Dia illfeel kali sama lo pliss, jangan berharap tinggi-tinggi, kemaren liburan gue udah lupa sama dia juga, duhh, gimana kalo ntar dia disini punya pacar, terus tiap hari gue harus liatin mereka berduaan" batin Caca lagi.
Jelas Caca tidak berani mengungkapkan perasaannya , bahkan untuk menaruh harapan saja dirinya terlalu takut. Tetapi tidak bisa dipungkiri, harapan itu selalu saja tumbuh dalam benak Caca. Harapan untuk bisa bersama dengan Bagas, pria idamannya sejak tiga tahun lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
WAITING
Teen FictionTentang Caca,si cewe yang lebih suka berharap dan menunggu dalam diam daripada mengungkapkan langsung.Butuh waktu bertahun tahun ngumpulin nyali buat ngungkapin perasaannya. "Gue gatau cara buat ngejar lo, tapi gue tau cara buat nunggu lo" - Caca