Epilog
"Ah sibuknya sibuknya." Bibir Naruto terus meracau sembari mondar – mandir dari lantai satu ke lantai dua dengan barang yang memenuhi tangannya.
"Berhenti meracau." Desis Sasuke tajam karena ia mulai lelah mendengar racauan kekasihnya itu.
"Yang benar saja. Aku merasa jadi pesurus sekarang." Protesnya.
"Sudahlah Naru-chan. Ini adalah hari bahagia Ino-nee. Ini kali terakhir kau menjadi pesuruhnya."
"Itu tidak mungkin Sakura. Ino bilang ia ingin tetap tinggal bersama Kaa-chan di sini. Setelah jadi pesuruh mungkin aku akan menjadi baby siter." Pikiran Naruto sudah melayang kemana – mana. Membayangkan dirinya jika memiliki keponakan nanti. "Tapi tak apalah. Aku turut senang akhirnya Ino-nee menikah dengan pria yang ia cintai." Naruto tersenyum.
Yap, kediaman Uzumaki sedang mempersiapkan acara pernikahan Yamanaka Ino. Sedari kecil Ino adalah yatim piatu dan Kushinalah yang merawat Ino wajar saja jika Ino di perlakukan layaknya anak sendiri oleh Kushina. Bahkan pesta pernikahan Ino Kushina yang mengaturnya.
"Ah aku juga tidak menyangka jika Ino-nee akan menikah dengan pria itu. Bukankah pria itu yang selalu dia ceritakan bukan?." Karin menatap Naruto penuh tanya.
"Ya begitulah. Teman semasa kuliahnya yang sering ia ceritakan dulu." Naruto membenarkan. "Ya berhenti berbicara lebih baik kita dengan cepat membawa barang – barang ini ke aula pernikahan. Mereka ingin segera menggunakan ini sebagai dekorasi." Naruto dan yang lainnya bergegas menuju mobil di luar rumah yang sudah menanti barang yang mereka bawa.
"Sakura, Karin, Sasuke kalian pergilah ke aula terlebih dahulu. Aku akan menyusul." Pinta Naruto.
"Eh kenapa?." Tanya Sakura. Seharusnya mereka pergi bersama ke aula sekarang.
"Ada sesuatu yang harus aku lakukan." Naruto menggaruk pipinya yang tidak gatal.
"Aku ikut denganmu." Timpal Sasuke. "Kalian pergilah dahulu. Aku dan Naruto akan menyusul." Sakura dan Karin mengangguk paham. Mereka pun menaiki mobil yang membawa barang dan menuju aula dengan mobil itu.
"Apa kau yakin ingin ikut, Sas?" Naruto memiringkan kepalanya.
"Hn. Kau mau kemana?."
"Makam."
"Hah?."
"Aku ingin kemakamku. Walau pun aku ada di sini. Tetap saja aku sudah mati sebelumnya Sasuke." Naruto menatap Sasuke pernuh arti.
"Tapi.."
"Yang tahu kondisiku sekarang hanya kalian orang terdekatku. Selebihnya tidak tahu bukan? Aku tetap akan menjadi Naruko dimuka publik. Aku hanya menjadi Naruto jika di depan kalian."
"Aku mengerti." Sasuke mengangguk paham. Hanya sedikit yang mengetahui kondisi Naruto saat ini. Mengenai hubungannya sekarang dengan Naruto tentunya akan segera terdengar oleh kedua orang tuanya di Inggris sana, atau mungkin mereka sudah mengetahuinya.
.
.
.
Naruto mencabuti rumput panjang yang tumbuh di makamnya setelah itu menaburi bunga di atasnya. "Benar – benar tidak masuk akal bukan?." Ujar Naruto yang di balas keheningan oleh Sasuke. "Siapa yang terbaring di sana? Dan siapa yang masih hidup di sini?."
"Naru.."
"Sasuke." Ucapan Sasuke terpotong oleh panggilan seseorang.
"Aniki?." Mata Sasuke terbelalak kaget ketika melihat Kakak, Ayah dan Ibunya berada di sini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Futatabime no Chansu (Second Chance)
FanfictionSumary: Kematian Naruto adalah mimpi terburuk yang pernah Sasuke alami selama hidupnya. Membuat Sasuke menginginkan kesempatan kedua untuk menyingkirkan penyesalan di hatinya - sequel My Heart