Mila Diananta, itu aku. Siswa SMA yang pindah dari Yogya ke Jakarta.
Dikala dinginnya senja, aku mulai beranjak dari kasur dengan malas - malasan. Waktu itu masih menunjukkan pukul empat pagi hari. Hentakan kaki penghuni rumah sudah mulai terdengar kesana kemari. Tentu, hari ini pertama kalinya aku masuk sekolah yang baru di Jakarta tentunya.
"Ma, aku berangkat sekolah! Assalamualaikum!" Pamitku
"Hati - hati dijalan Mila! Minum susu sama makannya jangan lupa! Waalaikumsalam!" Serunya.Aku mengangguk sambil senyum kepadanya sambil menghentikan angkot yang lewat.
Berhentilah angkot itu hingga sekolahan ku yang baru. Gang nya agak sempit, sehingga angkot tidak bisa masuk. Bahkan, kita harus jalan sepanjang 500 meter.
Seseorang menyenggolku entah sengaja, atau disengaja.
'Eh?' Batinku. "Maafkan aku, kamu Mila kan?" Tanya nya. Aku mengangguk sambil menunjukkan wajah dingin ku. Dia tersenyum.
"Mau bareng?" Tanya nya. "Gausah, makasih". Tolakku dengan cuek. Dia hanya tersenyum.
Karena aku siswa baru disini, tidak banyak anak yang mengenaliku. Aku hanya punya tiga teman yang akrab. Ya siapa lagi kalau bukan Hani, Rachel dan Hamdi. Aku mencoba menceritakan apa yang aku alami tadi waktu berangkat. Kalau saja, mereka tahu siapa dia.
"Oh, dia? Namanya Arghata. Anak geng Soultiva ketahui lah, itu geng HQQ banget njir. Sadis bener sumpah. Dia se geng sama Nawara". Jawab Hani. Aku hanya terdiam.
Tet!
Upacara hari ini agak aneh, bagaimana tidak?Mataku perlahan mencari dia yang menegur sapa dikala senja.
Dia menampakkan senyumannya yang manis dihadapan ku,
Namun, kubalas dengan senyuman pelik"Mil! Mila!! Lu liatin apa?" Teriakan Rachel mengagetkan ku secara tidak sengaja.
Kemana Arghata?
Mataku tertuju pada anak berpakaian lusuh, rambut lurus dan tatapannya tajam kepadaku.
Dia, Arghata.
Aku agak malu dan salah tingkah saat ia melihatku. Senyumannya masih saja membuatku malu dan akhirnya salah tingkah.
"Dia badboy ya chel?" Bisikku pada Rachel yang ada di samping ku. "Iya, kamu kemana aja?" Jawabnya. Aku mengabaikan guyonannya. Aku terus menatap heran Arghata.
Saatnya kembali ke kelas, usai melihat dia terciduk tidak ikut upacara dan memakai pakaian lusuh tidak rapi sama sekali.
Tok! Tok!
"Permisi, mau nge ambil bolpoin bu," Katanya. Aku menatap lelaki yang tadi heran.
'Eh? Pinjem bolpoin doang sampe ke kelas sebelah?' Batinku.
"Terima kasih, Bu". Ucapnya.
Aku tetap melanjutkan menulis pelajaran yang di berikan dan tetap memasang muka datar ke dia.
Bel pulang berbunyi, mungkin kali ini Arghata menawariku pulang bersamanya.
"Pulang sama siapa?" Tanya Arghata saat aku menunggu siapa di luar gerbang. Hamdi juga satu geng dengan Arghata. Hanya Hamdi yang tahu semuanya, dan juga dia satu satunya lelaki yang akrab denganku. "Sama... gatau". Kataku pelan. Arghata tersenyum, "Bareng aku aja ayo, aku anter ke rumah kamu". Tawarnya. Aku menolak dengan nada rendah, "Gausah deh, makasih banyak". Dia tersenyum. "Naik bemo?" Tanya nya. Aku mengangguk. "Udah, ayo gue anter sampe rumah kok," Dia terus berbicara seperti itu. Namun, sumpah. Aku tetap menolaknya dengan segala cara.
Dia mendahului ku, dengan motor ninja kesayangannya. Mungkin, saat itu juga. Aku mulai mengenalinya lebih dekat.
- - -
Kali ini, berbeda dengan yang lain. Belajarku terganggu. Entah apa yang menggangguku. Aku tak faham dengan gelombang sunyi asmara ini.
Dia menelepon ku
Tetap saja, tidak ku angkat. Tetap saja, dia terus menelepon hingga akhirnya, dia mengirimi sebuah pesan padaku.
+62 8134556xxxx : Hai, Mila. Malem, semangat belajarnya, -arghata🖤
Aku hanya memandang sebuah chat darinya, dan ujungnya tidak ku balas. Lagian, jadian aja belum ngapain dikasih emot love hm.
+62 8134556xxxx is calling.
Apaan lagi? Telpon?
Belajar ku semalaman terganggu. Itu penyebab aku begadang, namun dia terus menyemangatiku. Sikapku padanya? Acuh tak acuh.
Akhirnya, dia tidak chat. Dan aku agak tidak terganggu.
Sudahlah. Malam ini aku tidur diawali dengan senyuman mengherankan. Biasanya, aku tidak pernah seperti ini.
Menunggu hari esok, menanti senja menyapa bulan dan melihat langit berubah biru.