Cerita Amel dan Nasi

14 1 0
                                    

"Amel, sarapan dulu. Itu mama sudah siapkan masakan kesukaanmu," kata Bu Rudi ketika melihat Amel keluar dari kamarnya.

Gadis berusia enam belas tahun itu dan baru duduk di kelas sepuluh ini langsung menuju meja makan. Ketika dia mengambil nasi, mamanya mengomentari, "Ingat, ambil nasinya sesuai kebutuhan saja. Kalau masih lapar, baru ambil lagi."

"Oke, Ma. Siap." Amel makan dengan lahap. Karena masih lapar, dia ambil nasi lagi. Tetapi baru beberapa kunyah, dia langsung meletakkan sendoknya.

"Kenapa, Mel? Sudah kenyang?" tanya Pak Rudi yang sejak tadi memperhatikan anaknya makan.

"Iya, Pa. Ternyata perut Amel sudah tidak kuat lagi," kata Amel sambil memegangi dan mengusap-usap perut.

"Amel, tadi kan mama sudah bilang, kalau ambil nasi secukupnya saja. Tetapi apa, tiap kali makan kamu pasti tidak menghabiskan makananmu. Kasian nasinya, Mel. Apa kamu tidak kasihan sama para petani? Untuk bisa menghasilkan beras yang bagus, mereka bekerja keras dengan peluh bercucuran. Selain itu juga banyak masyarakat Indonesia yang hidup di bawah garis kemiskinan. Untuk makan nasi saja, mereka tidak kuat membelinya. Eh, kamu yang bisa makan nasi malah membuang-buang nasi," nasehat Bu Rudi panjang lebar.

"Alah, Ma. Begitu saja dipikirin. Nanti kalau berasnya habis kan bisa beli lagi. Tinggal nyuruh Bi Ijah belanja. Beres. Sudah ah, Amel mau berangkat dulu. Gara-gara nasi Amel jadi telat ini," sahut Amel dengan bersungut-sungut sambil berlari keluar rumah menuju Pak Amir, sopirnya.

Pak Rudi dan istrinya hanya bisa geleng-geleng kepala melihat tingkah polah Amel. Sudah berulang kali mereka menasehati Amel, tetapi dia belum berubah. Dulu mereka tidak begitu memperhatikan Amel, karena kesibukan bekerja. Yang penting bagi mereka, segala kebutuhan Amel, sandang, pangan dan papan, dipenuhi. Sejak Amel duduk di bangku Sekolah Menengah Umum, Bu Rudi memutuskan berhenti bekerja di perusahaan. Dan sekarang baru mereka menyadari kalau anaknya begitu menyepelekan hal-hal kecil. Dia selalu saja menyisakan makanan. Jika harus berkata keras kepada Amel, mereka tidak tega melakukannya. Maklum Amel adalah anak tunggal yang kehadirannya ditunggu selama sepuluh tahun. Mereka berharap ada suatu kejadian yang bisa menyadarkan Amel.

"Kenapa Non Amel, pagi-pagi kok sudah cemberut begitu," tanya Pak Amir sambil menghidupkan mobil.

"Biasa, Pak. Gara-gara nasi saja, papa dan mama tidak ada habis-habisnya menasehati."

"Memang benar kata orang tua Non Amel. Kalau kita tidak menghabiskan nasi yang kita makan, nasi itu akan menangis, Non. Itu perbuatan mubazir."

"Aduh, Pak. Jangan aneh-aneh gitu. Masak nasi bisa menangis? Tidak masuk akal, Pak. Sudah, tidak usah bapak perpanjang lagi pembicaraan soal nasi. Saya malas mendengarnya. Mending Pak Amir percepat saja laju mobilnya, biar cepat sampai sekolah," kata Amel sambil mengeluarkan ponsel dan memasang headset untuk mendengarkan lagu kesukaannya.

"Anak sekarang dinasehati yang benar, malah membantah," gumam Pak Amir.

*****

"Ayo, Mel, Kita ke kantin. Waktunya istirahat dan makan siang," ajak Lusi, salah satu sahabat Amel. Akhirnya Amel, Lusi dan Icha pergi ke kantin bersama-sama. Ketiga gadis ini mulai bersahabat sejak masuk di Sekolah Menengah Umum. Mereka selalu kompak. Tiba di kantin mereka duduk di pojok kemudian memesan makanan kesukaan masing-masing. Dan seperti biasanya, Amel tidak menghabiskan nasinya.

"Mel, kok tidak dihabiskan nasinya?" tanya Icha ketika melihat Amel sudah meletakkan sendok. Dia melihat masih banyak sisa nasi dan lauk di piring Amel.

"Iya, nih. Amel selalu begitu. Hati-hati lho, Mel. Nanti kalau nasinya menangis dan marah sama kamu, baru tahu rasa," sahut Lusi kemudian.

"Ada-ada saja kamu ini. Nasi kok bisa menangis dan marah?! Tapi kenapa sih, dari tadi pagi orang-orang ribut masalah nasi. Di rumah tadi orang tuaku menasehati itu, di mobil sopirku juga menasehati, sekarang sahabatku yang menasehati. Memang kalian bekerjasama dengan orang tuaku dan sopirku, ya untuk ngomong ini?'

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Feb 19, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Cerita Amel dan NasiWhere stories live. Discover now