"Hyung ayo berpisah."
Untuk kesekian kalinya, hari ini Daniel ingin menangis. Bagaimana bisa Jihoon mengatakannya dengan tersenyum seolah kata berpisah bukan apa-apa.
Daniel sudah merasa sesak dengan segala masalah yang mencekiknya dan Jihoon...
Bagaimana daniel mengatakannya? dia seakan membuat Daniel adalah kubangan sampah yang layak untuk dijauhi bahkan dihindari.
"Ji jangan bercanda." Daniel memejamkan mata sesaat ketika mengucapkannya.
"Aku tidak."
"Dia bukan siapapun." Jawab Daniel cepat.
"Aku tahu." Jihoon tersenyum melihat Daniel.
Daniel mengacak rambut kesal, dia ingin menangis tapi gengsinya tinggi. Ingin berteriak tapi malu. Daniel hanya bisa membuang nafas kesal.
"Hyung kau tampak semakin kacau." Jihoon terkekeh ketika mengucapkannya. Daniel membelalakkan mata terkejut mendengarnya.
Park Jihoon kau bercanda bukan?
Jam istirahat kantor berakhir dan mau tak mau Daniel harus kembali ke meja kerjanya. Dia bahkan terlalu malas untuk melirik segudang perkerjaan yang memanggil untuk segera diselesaikan.
Daniel bisa melihat diujung matanya, Jihoon tampak baik-baik saja bahkan tertawa dengan rekan kerjanya yang lain padahal dia baru saja meminta putus.
"Apa yang dilakukan Lai sialan Guanlin itu? Berani sekali kau merangkul Jihoonku?"
"Oh Bae brengsek Jinyoung kau juga berani menyentuh pipi Jihoonku?"
"Baik akan ku habisi mereka setelah ini!"
"Jihoon manisku kenapa kau tertawa bersama mereka?"
"Tidakkah kau tahu aku sedang sekarat saat ini."
"Jihoon kau benar-benar..."
Bisikan Daniel terhenti ketika Jihoon berbalik meliriknya sembari tersenyum sebelum kembali mengobrol dengan Guanlin dan Jinyoung.
Kenapa hanya dia yang tersiksa di sini?
Daniel rasanya ingin berguling kesana-kemari saat ini. Bagaimana mungkin berita tentang kandasnya hubungannya dengan Jihoon menyebar cepat sampai ke seluruh penjuru kantor.
Itu baru saja terjadi kemarin, dan Daniel belum sepenuhnya setuju dengan keinginan Jihoon.
Tapi melihat bagaimana laki-laki manis itu terus menghindarinya setelah mengatakan keinginannya, Daniel merasa keinginan Jihoon untuk berpisah bukan main-main.
"Hei man, kau tampak kacau."
Minhyun berhenti tepat di depan meja Daniel ketika laki-laki itu masih sibuk mengacak-ngacak rambutnya.
"Berhenti bertanya." Ini masih pagi tapi Daniel sudah siap untuk mengamuk.
"Putus cinta memang menyeramkan." Minhyun membuat gesture mengunci mulut ketika Daniel menatapnya tajam.
"Oh apakah ini selebriti kita yang sedang menjadi topik panas gosip kantor?"
Daniel menghembuskan nafas kesal, hidupnya tidak setenang itu.
Chanyeol menghampiri mereka. Minhyun langsung membungkuk hormat meskipun mereka dekat, Chanyeol adalah atasan mereka. Sedangkan Daniel? Dia hanya peduli dengan hati dan pikirannya yang semakin kacau.
"Melihat keadaanmu, kau benar-benar putus dengan adikku? Wow!"
"Hyung ayolah!" Daniel merengek.
"Oke aku akan berhenti, tapi bagaimana kalau makan malam bersama sebagai perayaan status jomblomu?"
"Hyung!!!" Minhyun dan Chanyeol tertawa terbahak-bahak melihat reaksi Daniel.
Skandal kencan memang berat.
"Daniel..."
Ditengah kemelut kisah cinta juga pekerjaan, Jisung datang dengan segelas kopi untuknya.
"Thanks hyung." Daniel tersenyum kecut menerimanya.
"Ayo bicara." Daniel mengganguk, mengekor Jisung yang berjalan di depannya bahkan terlalu malas untuk bertanya.
Setelah membawa Daniel menuju taman roftoop Jisung masih diam, berpikir merangkai kata yang cocok dengan kondisi Daniel saat ini.
"Hyung"
"Ya?"
"Ada apa?"
"Soal Jihoon." Daniel menelan ludah pahit, perasaannya mengatakan hal buruk.
"Turuti keinginannya."
Benar.
Daniel akhirnya menangis.
"Hey kau menangis?" jisung mengusap punggung lebar Daniel yang tertunduk menangis.
"Kenapa berat sekali?" Bisik Daniel.
"Kau memang harus menangis Daniel." Jisung menanggapinya tenang.
"Hyung!" Daniel kembali merengek kesekian kalinya untuk hari ini.
"Bagaimana bisa kau?"
Daniel membuang muka, dia benar-benar sebal dengan Jisung saat ini.
Jisung menghela nafas, tidak tega melihat Daniel menangis disisinya. Setelah scandal kencan masa lalunya menjadi bahan gosip seisi kantor dan sekarang kisah cintanya pun kandas ditengah jalan.
"Kau tahu kenapa Jihoon meminta berpisah?"
Daniel menggeleng lemah.
"Aku benar-benar harus meminta maaf pada Jihoon setelah ini, dia sebenarnya melarangku untuk mengatakannya. Dia pikir kau harus menyadari kesalahanmu sendiri."
Daniel menghapus air matanya, dan berbalik menatap Jisung yang tampak bingung.
"Apa masalah scandal kencanku?"
"No!"
Daniel masih menunggu Jisung melanjutkan ceritanya, tapi Jisung masih diam berpikir.
"Hyung ayo katakan!"
"Tapi.."
"Aku janji tidak akan mengatakan apapun pada Jihoon."
Jisung akhirnya menyerah.
"Itu karena kau tampak baik-baik saja ketika semua orang membicarakan scandalmu. Jihoon kesal dengan kenyataan itu."
"Dia cemburu?"
"Ya! Tentu saja bodoh!" Daniel mengerang karena Jisung memukul kepalanya.
"Tapi dia selalu tersenyum, dia bahkan tidak mengatakan apapun ketika semua orang membicarakannya."
"Oh si bodoh Daniel ini."
"Jihoon diam karena dia menunggumu untuk menceritakan yang sesungguhnya, dia tersenyum karena tidak mau semakin menekanmu. Tapi si bodoh ini tidak mengerti dan tidak melakukan apapun. Dia malah memberikan penjelasan pada orang lain sedangkan dia melupakan perasaan kekasihnya sendiri."
"Kalau aku jadi Jihoon, aku akan langsung menendang milikmu." Jisung menghela nafas kesal ketika selesai mengatakannya.
Daniel diam.
Jadi?
Betapa bodohnya dia.
Hasil keisengan semata hehe.

YOU ARE READING
Jihoon oneshoot
Short StoryKumpulan oneshoot Park Jihoon jika diinginkan. Hehehe. Allxwink. BxB