It's HURT "Interested"

106 13 7
                                    


Sudah hampir 1 bulan Namjoo merasa semakin berat beban yang harus ia jalani terus saja pulang malam karena banyaknya pekerjaan yang harus dikerjakan, Jiyeon yang kembali meminta uang padanya, dan ditambah lagi tetangga barunya yang terus saja menghampirinya dan berusaha akrab dengannya.

Namun semakin sering Jimin berusaha dekat dengannya Namjoo merasa semakin terganggu, seperti yang saat ini Namjoo rasakan.

Ia merasa begitu terganggu dengan ketukan-ketukan kecil dipintunya yang ia yakini itu adalah Jimin, ya meskipun hanya ketukan kecil namun Namjoo tetap merasa terganggu karna ini masih jam 9.

Dan jam 9 di hari Minggu adalah waktu ia masih tidur. Dengan berat hati ia membuka pintunya sedikit dan hanya menampilkan kepalanya saja yang masih muka bantal dengan rambut acak-acakan.

"good morning" sapa Jimin dengan senyuman khasnya sambil membawa sebuah nampan berisi makanan di tangannya.

"mwo? Kenapa pagi-pagi sudah menggangguku hah?" Jawab Namjoo yang sudah berdiri tegak dengan pintu terbuka cukup lebar, ya cukup lebar untuk Jimin nyerobot masuk ke dalam.

"untuk sarapan bersama" ucap Jimin sambil berjalan masuk ke arah dapur Namjoo, dan Namjoo yang melihat itu hanya bisa terbengong sebelum ia sadar kembali dan mengikuti Jimin.

"yah kau pikir apa yang kau lakukan, apa kau tak tau ini hari apa? Hari Minggu, tau apa artinya? Artinya ini waktuku untuk istirahat seharian" ucap Namjoo panjang lebar tapi tak dihiraukan Jimin yang masih sibuk menata makanannya di meja.

"Yah apa kau tak mendengar?!" ucap Namjoo sedikit keras sekarang.

"aish ne aku mendengarmu dan aku tau ini hari liburmu tapi setidaknya mari sarapan dulu lalu kau bisa lanjutkan tidurmu, tapi sebelumnya,,, cuci muka dan gosok gigimu dulu lalu mari sarapan bersama" ucap Jimin sambil mendorong Namjoo ke kamarnya.

**Namjoo POV*

"eoh aku mendengarmu dan aku tau ini hari liburmu tapi setidaknya mari sarapan dulu lalu kau bisa lanjutkan tidurmu, tapi sebelumnya,,, cuci muka dan gosok gigimu dulu lalu mari sarapan bersama" ucap Jimin sambil mendorongku ke kamarku.

Ish apa-apaan dia itu, dia pikir dia siapa bisa seenaknya seperti itu, namun meski dengan sedikit gusar aku tetap mencuci muka dan menggosok gigiku lalu bergabung dengannya di meja makan.

Ia sudah menyiapkan semua bahkan mangkukku juga disiapkan, aku duduk dan menatapnya dengan death glare-ku karna aku benar-benar tak suka hari Mingguku diganggu.

"yah berhentilah menatapku dengan death glare-mu itu dan mari makan, igo makan, itu bagus untuk kesehatan" ucapnya sambil menaruh sayur di mangkukku yang sudah terisi nasi.

Cih apa-apaan dia, dia pikir dia ibuku? Sejak pertama dia datang aku tak pernah mendapatkan minggu yang tenang, bahkan hari-hariku pun selalu diganggu.

"yah cepatlah makan sebelum dingin, setelah ini kau bisa lanjut tidur dan aku berjanji akan pulang" ucapnya sambil makan.

Dengan sedikit kasar aku mengambil sumpit di depanku dan mulai makan, heol ini benar-benar enak, ini kedua kalinya aku makan masakannya dan tetap saja enak.

Disela-sela makanku, kulihat dia sudah selesai makan.
"yah kau, Park Jimin benarkan?" tanyaku dengan mulut masig terisi makanan.

"hhh wah akhirnya kau menyebut namaku juga Namjoo-ya" jawabnya deselingi dengan tawa.

"ya hentikan tawamu dan jangan memanggilku dengan panggilan Namjoo-ya kita bahkan tidak dekat sama sekali jadi jangan sok akrab" ucapku lalu menghentikan makanku.

"kau, Park Jimin-ssi kenapa terus menggangguku, kenapa setiap hari kau harus datang mengetuk pintuku dan menggangguku, bukankah sudah kukatakan untuk tak menggangguku?" tanyaku serius

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 21, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

It's HURTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang