Chapter I - Berubah
Jalan mulai lengang. Rintik hujan yang turun rupanya membuat orang – orang enggan untuk bermacet – macetan ria di jalanan kota Bandung ini. Matahari semakin dekat meninggalkan bumi. Digantikan dengan pendar cahaya jingga di ufuk barat. Menandakan hari telah petang. Gadis ini, Ayudya Callista Maherta, tengah duduk di sebuah halte dengan memangku tasnya di depan. Ia merapalkan kata agar seseorang yang sedari tadi ditunggunya memunculkan batang hidungnya. Sudah hampir satu jam ia menunggu di halte itu semenjak kegiatan belajar mengajar telah selesai. Bahkan seragam putih abu abunya mulai basah terkenan percikan percikan air hujan.
Tak selang lama, akhirnya ia dapat bernapas lega. Sebuah mobil Mercedez Benz hitam tiba di depan halte sambil membunyikan klakson. Mengkode agar gadis itu segera memasuki mobil. Dengan menembus sedikit air hujan, gadis itu tiba di mobil. Dingin. Itulah yang dirasakannya ketika ia memasuki mobil dengan AC yang menyala. Bukan. Bukan karena suhu yang membuatnya tak nyaman. Tapi dia, yang duduk di belakang kemudi. Tanpa mengucap sepatah katapun. Mobil tersebut melaju menuju ke kediaman Ayu.
Oh ya, sosok dingin di belakang kemudi tadi. Laki laki berparas tampan dengan sejuta pesona. Adrian Arjuna Arsenio Tirta Pratama. Nama panjangnya cukup untuk menggambarkan sifat dan wataknya. Tampan dan gagah bak Arjuna. Dingin dan menghanyutkan seperti tirta. Dan jangan lupakan marga Pratama di belakang namanya. Cukup membuktikan bahwa ia bukan berasal dari keluarga biasa biasa saja. Perusahaan, rumah mewah, mobil, dan asisten yang siap membantunya sewaktu waktu. Semuanya dia miliki.
Arjuna Arsenio Tirta Pratama
Sayang, ia melupakan satu hal pelengkap kesempurnaannya. Kehangatan. Ia lupa bagaimana dekap hangat ibunya ketika ia masih bayi. Ia lupa hangat selimut ketika ia kedinginan. Ia lupa hangat mentari ketika pagi menyongsongnya untuk bangun. Sampai ia membangun dunianya sendiri. Membuat dinding es setebal dan setinggi mungkin. Merasa bahwa dingin dapat menyejukkannya. Namun kenyataannya salah.
Setelah sampai di kediaman Ayu, hanya ada keheningan. Hingga salah seorang diantara mereka berucap.
" Nggak mau mampir dulu, Ar ? Dari minggu lalu Mama nanyain kamu. Katanya kamu udah jarang kesini." Ucap Ayudya memecah suasana
" Aku langsung pulang. Salam buat tante Farah." Ucap Arjuna. Tangannya ia ulurkan mengusap puncak kepala sang gadis.
Usapan ini, gadis itu merindukan tangan kokoh nan halus yang seringkali memanjakannya. Sudah seminggu ini. Ayu merasa rindu. Rindu akan kata hangat yang selalu menjadi penyemangatnya. Rindu ucapan selamat malam, selamat pagi, selamat sore, atau sekedar pertanyaan apakah dirinya udah makan atau belum. Ia rindu semua yang ada pada diri Arjuna. Entah mengapa. Padahal Arjuna selalu menjemputnya ketika pagi lalu mengantarkannya ke sekolah. Kemudian mengantarnya pulang ke rumah ketika kegiatannya di sekolah telah usai. Ia hanya merasa tubuh yang selalu mendekapnya itu menjauh secara perlahan.
"Ma, Caca pulang!" ucap Ayu. Ia memang terbiasa dipanggil Caca di rumah.
"Mama di dapur, sayang." Teriak sang mama dari dapur.
Setelah memberitahukan bahwa ia telah tiba di rumah. Ia langsung melangkahkan kakinya menuju lantai atas. Ia meletakkan tasnya diatas kursi di kamarnya. Melepas atribut yang selalu ia pakai ketika sekolah. Kemudian bergegas untuk membersihkan diri di kamar mandi.
Gadis itu terlihat lebih segar dengan rambut yang masih basah dan celana pendek rumahan serta kaos biru dongker yang nampak kebesaran di tubuhnya. Tak lama, ia segera turun ke bawah setelah mendengar teriakan sang Mama yang mengatakan bahwa makan malam sudah siap.
Ketika sampai di ruang makan, ia melihat Daniel, kakak laki lakinya; Audya, adik kembarnya; dan tak lupa Mama nya yang sibuk menata hidangan yang telah selesai ia buat.
"De', kaos abang yang kemarin beli di mall, loe pake ya , ya?" Tanya Daniel
"Nggak, Ia' kali tuh yang pake" kata Ayudya
" Bukan, Ia kok yang pake " bela Audya karena merasa tidak melakukan apa yang dituduhkan padanya.
"Udah-udah, kalian ini udah pada gede masih aja berantem. Kemarin kaosnya Mas mama yang ambil. Mama kasih ke Arjuna kasihan basah basahan di teras. Mana nggak mau masuk rumah." Terang tante Farah – sang mama.
"Juna ngapain kesini, ma? Nyariin aku ?"
TBC
Hai! Gantung ya? Wkwkwks
It's the first time I write a story
Jadi, maklumin aja
YOU ARE READING
Don't Look Back ! It's Hurt
Teen FictionMampukah kau kembali ketika orang yang kau percayai mengkhianati ? Mampukah kau kembali di saat luka hatimu belum terobati ? Mampukah kau kembali di saat kau belum berhasil menata diri ? Mungkin, bagi seorang perempuan yang pernah merasakan luka yan...