"Kayaknya gue belum siap deh ninggalin akang Louis gue," curhat Tarra, beberapa menit yang lalu mereka sampai di bandara. Mereka bersiap menuju Indonesia. Aku datang Ayah, kata batin Diana. Sepertinya ia merindukan Evans. Tarra tak begitu sedih meninggalkan ini, ia juga merindukan kekasihnya di sana, ya, bukan kekasihnya juga sih, bisa dibilang calon pacar. Tapi ia juga sedikit menyesal sebab ia tidak ada bicara pada Louis, Diana sudah terlalu muak. "Bahkan tadi gak ada ciuman perpisahan" tutur Tarra, tubuhnya hingga merosot di kursi tunggu. Diana tak mendengarnya karena earphone yang menyumpal telinga nya namun ia menoleh setelah Tarra membenarkan posisi duduknya. Tarra menggeram menatapnya lalu menyambar earphone.
"Sialan, kenapa sih?", pekik Diana, tidak terima. Tarra mendengus lalu berpaling padanya.
Diana kembali memasang earphone nya memutar Ready To Run untuk ketiga kalinya dan sesekali memejamkan matanya. Mereka menunggu pemberitahuan selanjutnya mengenai pesawat menuju Indonesia. Tarra bersenandung Half A Heart, terasa begitu menghayati sampai membuat pria paruh baya di depannya menoleh, mungkin memastikan siapa yang sedang patah hati saat ini.
"Baik-baik saja?"
"Ya-a", Tarra gugup, ia tidak mengira senandungannya terdengar keras.
***
The Boys turun dari panggung setelah Drag Me Down selesai, para fan masih bergemuruh di luar namun mereka butuh istirahat sejenak. Liam pergi ke toilet, Niall melanjutkan cemilannya yang tertunda. Harry menenggak air mineral yang sebelumnya berada di genggaman Louis.
"Dia itu kenapa sih?, gerutu Louis pada Niall setelah mendaratkan bokong di kursi.
"Mana ku tahu, dia kan kekasihmu" tutur Niall santai, perhatiannya terbagi dengan ponsel, ia sibuk mem-followback fangirl nya.
"Fuck you- Harry!" niat hati ingin mengumpat pada Niall jadi berubah haluan, Harry baru saja melempar botol air mineral tepat di depannya. Niall tak goyah, ia bertahan pada chips nya. Lalu Harry pergi, meninggalkan ruangan. Jenn terlihat kebingungan mencari Liam, ia ke toilet tapi tidak kunjung kembali. Ia melihat Harry berjalan mendekatinya.
"Nah, Harry-" Pria itu menyalip kaliamt Jenn.
"Dimana gadis itu?" Jenn mengernyit sesaat, sebelum alisnya kembali normal.
"Kembali."
"Kemana?"
"Kembali ke negara nya lah."
***
"Aku mencintai mu, Diana" tutur Michael, membuat mereka terperengah. Terutama, Tarra.
Diana hampir tergelak. Ini bocah ngelawak ya, pikir Diana. Kemudian ia melirik Tarra disebelahnya, nampak santai dan tak ada gerak tubuh menunjukkan tekanan. Kemudian berpaling pada Bryan dan Albin, sedikit mengernyit saat melihat wajah serius Michael. Serius nih, pikir Diana. Gadis itu tertawa memecah keheningan.
"Sangat lucu Mike, terima kasih" tutur Diana santai, Michael nampak tak puas dengan jawaban Diana. Entah mengapa, Bryan menghela nafasnya. Albin menoleh padanya, lalu Bry menggeleng sebagai jawaban.
Bagaimana ini terjadi, padahal Tarra yang menginginkannya. Tarra berusaha santai tanpa tekanan, ia berpikir bahwa masih ada Kalvin di Indonesia, ia bisa bahagia bersamanya. Tapi Kalvin bukan bule maupun keturunan, ia menyesali bagian itu.
"Aku tak mau menyesal jika aku tak melakukan ini, aku tahu ini terlalu cepat tapi siapa yang tahu apa yang hati mau, bahkan aku tak pernah merencanakannya dan aku serius dengan perkataan ku. Aku mencintai mu. Tak perlu menjawabnya karena dari awal aku hanya ingin menyampaikannya lagi pula aku tak mau membebanimu, kau tahu?. Eum, itu saja. Selamat tinggal" Michael berbalik pergi meninggalkan mereka dengan sejuta pertanyaan. Bahkan jantung Tarra lebih berdebar ketimbang Diana. Tarra menghela nafas nya lembut, seakan membuat tegar dirinya sendiri. Diana melirik Bryan dan Albin bergeming, bahkan tak ada pergerakan sedikitpun.
"Ada apa ini, Bry? Katakan padaku!? Albin!?" pekik Diana, membuat Bryan terkejut.
"A..a..aku tidak tahu, Albin?" batin Albin menggeram pada Bry yang mengoper pertanyaan itu padanya.
"Aish.. Mana ku tahu, lagipula seharusnya cinta tak dipertanyakan".
Diana lantas melihat Tarra, ada sesuatu isyarat yang menjawab pertanyaan Diana, ia mengangguk sembari mengulas senyum. Diana menghentak pada kedua pria itu lalu pergi menyusul Michael.
***
Sesampai dirumah, Bryan dan Albin segera berlari menyusul Michael. Mereka penasaran dengan keterkejutan ini. Penuh tantangan, pikir Bryan. Mereka begitu penasaran apa yang dibicarakan tadi sebelum Diana dan Tarra pergi, mereka telah terbang menuju Indonesia. Dan saat itu juga Michael terlihat lesu, seperti tak ada semangat hidup. Namun Albin tahu, ini takkan lama karena Michael telah melakukannya.
"Apa? Apa yang kalian bicarakan? Apa kalian telah berciuman?" todong Bryan saat Michael mendaratkan bokong di sofa tamu. Sedetik kemudian Albin memukul kepala Bryan hingga terdengar bunyi pukulan, Bryan pun meringis. "Baiklah maafkan aku, lalu apa yang terjadi," Michael masih menatap sesuatu di depannya dengan kosong. "Ayolah-" mereka berdua tersentak dengan suara tangis mengerikan yang dihasilkan Michael. Bryan sampai mengelus dadanya.
"Dia pergi, dan mungkin saja takkan kembali"
***
Tarra ingin berdiam sejenak, menunggu Diana mengatakan sesuatu padanya karena ia tahu pasti ia akan mengatakannya, ia dapat melihatnya. Hanya saja Diana sedang menyusun kalimatnya. Mereka telah di pesawat beberapa menit yang lalu, terbang menuju Indonesia sebagai tanah kelahiran mereka. Tarra bersenandung If I Could Fly, kali ini sangat kecil dan hanya dia yang bisa mendengar suaranya.
"Apa aku jahat, Tar?" Nah! Bentar apa maksudnya dah?, batin Tarra.
"Maksudnya?" Diana berdesis perlahan lalu ada jeda sejenak, mungkin saja ia lupa.
"Gue bilang 'aku belum mencintaimu'" Tarra mengangguk paham.
"Berarti akan ya 'kan,?" Diana meliriknya lalu mengangkat kedua bahu, "terus," Diana mengerutkan dahi, "yeee lanjutin cerita lu dong!."
"Lalu dia menciumku-" Tarra yang sedikit fokus dengannya sontak menoleh dengan wajah tolol terkejutnya, "dan gue janji kembali buat dia."
"Woah, berarti Bryan buat gue dong!"
Jadi gini yaudah.....
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
Tamat.Yah gblg, end ing macam apa ini. Burn it! Burn!
But.....
Alhamdulillah, terimakasih yang sudah turut baca dan vote.
Semoga bisa jadi penulis yang baik dan benar. Dan sesungguhnya diriku juga masih belajar.Cayo! Kalo bersedia nunggu, walau menunggu itu sakit. Ya, doa in aja buat karya yang selanjutnya.
Ku kepikiran mau bikin cerita tentang Si Diana dari Jakarta atau Si Olivia dari Mulligar. Menurut kalian bagaimana?
Gak ada yg mau mah good for me wkwk
....

KAMU SEDANG MEMBACA
Dreams, One Direction [COMPLETED]
FanfictionKisah dua remaja Indonesia bertemu idola serta sesama teman fangirl nya. Terjadi sangat singkat tapi berulangkali dan menjumpai cinta yang tak terduga. Itu yang terjadi pada Diana Evan. #89 - dreams 110718