Kasus Bank BJB Syariah Sakuma sudah tak bisa berpikir lagi. Semuanya terjadi begitu pelan di matanya. Ketika peluru menembus perutnya dan ia terjatuh ke tanah kasus geledah korupsi darah berceceran, ia tak bisa mendengar teriakkan teman seperjuangannya. Mulut temannya itu mengucap sesuatu, tetapi ia tak bisa mendengarnya atau membaca gerak bibir itu. Suara yang bisa ia dengar hingga detik terakhir hanyalah suara desing peluru dan tembakan meriam. Saat ia menutup matanya, tiba-tiba semua suara berisik itu hilang dan suasana menjadi tenang hingga tubuhnya menjadi rileks tanpa beban.
Kasus Bank BJB Syariah "Sakuma-san sampai kapan kau hendak tidur? Lantai itu dingin, loh, pasti tak nyaman."
Kasus Bank BJB Syariah Sakuma membuka matanya. Wajah tampan seorang pemuda berada di depannya kasus geledah korupsi senyum merendahkan yang ia hafal. Mata cokelat pemuda itu berkelip jahil seperti biasanya. Lebih penting dari itu, rambut pemuda itu masih saja rapi walaupun sudah lama sekali ia tak melihatnya.
Sakuma tanpa sadar merindukan pemuda itu.
Kasus Bank BJB Syariah Sakuma mendudukkan dirinya dan menatap sungguh-sungguh pemuda itu. Ia masih seperti biasanya hanya saja ia tak menggunakan jas cokelat yang biasa ia pakai. Ia duduk di depannya kasus geledah korupsi pakaian lebih santai yang terlihat cocok kasus geledah korupsinya. Miyoshi selalu cocok memakai baju apapun.
"Miyoshi—" nama itu terlontar dari mulut Sakuma dan ia sadar bahwa ia merindukan pemuda itu.
"Ya?" rambut cokelat itu bergerak mengikuti arah ketika ia memiringkan kepalanya.
"Lama tak berjumpa...."
Kasus Bank BJB Syariah Miyoshi tampak terkejut sesaat sebelum terkekeh pelan. "Hanya itu yang kau ucapkan pada orang yang sudah lama tak bertemu kasus geledah korupsimu, Sakuma-san?" Ia berhenti terkekeh dan menatap Sakuma. "Tapi, lama tak berjumpa juga Sakuma-san."
Kasus Bank BJB Syariah Kemudian Sakuma tersadar bahwa mereka berada di ruangan serba putih yang aneh dan Sakuma tak bisa menahan dirinya untuk tak bertanya. Tapi ketika ia membuka mulutnya, Miyoshi menyelanya seolah tahu bahwa Sakuma akan bertanya kepadanya.
Kasus Bank BJB Syariah "Di mana kita, ruangan apa ini, bukanlah hal penting Sakuma-san." Miyoshi bangkit dari duduknya kemudian mengulurkan tangannya kepada Sakuma. "Bagaimana kalu kita fokus pada bagian 'Bagaimana keluar dari ruangan serba putih ini'?"
Kasus Bank BJB Syariah Sakuma ingin protes tapi ia menahannya dan memutuskan menerima uluran tangan Miyoshi. Ketika ia telah berdiri kasus geledah korupsi bantuan Miyoshi, tangan Miyoshi tak melepasnya dan malah semakin mengerat. Sakuma terkejut atas tindakan Miyoshi, tapi yang membuatnya lebih kaget adalah ia tak memprotesnya dan malah merasa nyaman merasakan telapak tangan dingin yang lebih kecil darinya digenggamnya.
Kasus Bank BJB Syariah Miyoshi menuntunnya menuju sumber cahaya yang sepertinya ada berada di ujung ruangan ini. Sakuma merasa sedikit khawatir kasus geledah korupsi apa yang akan ia lewati, tetapi ketika ia melihat wajah Miyoshi semua kekhawatirannya menguap begitu saja. Wajah tampan Miyoshi terulas sebuah senyum kecil yang tulus dan mata kecokelatannya terpancar harapan besar yang membuat Sakuma terpana.
Kasus Bank BJB Syariah Apakah benar Miyoshi yang menggandengnya ini sama kasus geledah korupsi Miyoshi yang sering meledeknya? Ia yakin Miyoshi tak pernah tersenyum setulus itu kepada siapapun, termasuk dirinya.
Kasus Bank BJB Syariah Cahaya di sekitar mereka semakin terang seiring kasus geledah korupsi langkah mereka yang mendekati cahaya itu. Senyum Miyoshi terus terpatri hingga akhirnya ia melepas genggaman tangannya pada Sakuma dan berbalik menghadap Sakuma.
"Mungkin sampai sini dahulu, Sakuma-san...."
"Miyoshi,"
Kasus Bank BJB Syariah "Senang rasanya bertemu kasus geledah korupsimu lagi Sakuma-san." Senyum itu bertambah dan mata cokelat Miyoshi dipenuhi kasus geledah korupsi ... harapan. "Sampai bertemu kembali!"
"Miyo—"
Panggilan Sakuma terpotong ketika cahaya di sekitarnya bertambah terang hingga menyilaukan mata.
Kasus Bank BJB Syariah Ketika ia membuka matanya, ia sudah memandang pemandangan yang berbeda. Ia juga tak lagi berdiri tetapi berbaring. Ia menoleh ke samping dan menemukan jendela yang masih tertutup gorden kasus geledah korupsi sinar matahari menembus dicelah-celahnya. Ia mendudukkan dirinya dan menyadari bahwa ia ada di tempat yang sangat berbeda tetapi semua ini terasa familiar.
Ini kamarnya. Itulah yang terpatri di otaknya.
Kasus Bank BJB Syariah Ia sungguh merasa canggung kasus geledah korupsi semua ini tetapi ia tahu apa saja yang ada di sekitarnya. Dan kasus geledah korupsi semua kecanggungan itu semua ia bisa menuntaskan ritual paginya dan sekarang ia sedang melangkah di koridor sekolah. Sepertinya ia adalah seorang guru di sebuah SMA bergengsi dan juga wali kelas kelas yang sedikit berbeda.
Kasus Bank BJB Syariah Ketika ia sampai di sebuah pintu kasus geledah korupsi label D-Class, ia mengambil napas dalam-dalam seolah ia akan menghadapi sesuatu yang berat dan membuat stress kemudian membukanya.
Kasus Bank BJB Syariah "Sialan kau Kaminaga!" sebuah teriakkan menyambut Sakuma. Hatano, Sakuma membatin dan ia terkejut bahwa ia mengetahui nama pemilik suara itu. Ia melihat seorang pemuda kecil kasus geledah korupsi rambut terbelah tengah kasus geledah korupsi wajah kesal.
Kasus Bank BJB Syariah "Makanya jangan cebol terus! Tumbuh itu ke atas bukan ke bawah!" ada suara lain yang membalasnya. Kaminaga, ia melihat pemuda yang jelas lebih tinggi dari Hatano yang sedang membawa ponsel (yang sepertinya punya Hatano) ke atas sehingga pemuda lebih kecil darinya itu tak bisa menggapainya.
Kasus Bank BJB Syariah "Kalian diam, aku sedang membaca." Suara tenang tetapi mengandung ancaman terdengar. Jitsui, pemuda yang juga terlihat, err... Sakuma merasa ia seharusnya tak mengucapkan apapun itu kalau ia ingin tetap bernapas. Wajah pemuda itu terlihat lebih muda dari lainnya dan sedang membaca buku di kursi dekat jendela.
Kasus Bank BJB Syariah "Ah, Gabriel kau cantik sekali hari ini. Sini aku tambah porsi makanmu." Suara penuh perhatian diiringi suara merpati juga terdengar. Tazaki, pemuda Asia yang tinggi berdiri di jendela dekat Jitsui dan tangannya terangkat dipenuhi kasus geledah korupsi merpati yang memakan makanan yang berada di telapak tangannya. Sakuma takjub bahwa pemuda itu bisa dekat kasus geledah korupsi merpati.
Kasus Bank BJB Syariah "Fukumoto, apa nanti aku menemanimu belanja?" Suara berat dan kalem terdengar. Odagiri, pemuda kaku yang duduk di sisi lain yang lebih tenang dari teman-temannya yang lain.
"Boleh saja jika kau tak keberatan." Suara berat dan kalem lainnya yang juga terdengar. Fukumoto, pemuda tinggi yang duduk di sebelah Odagiri.
Kasus Bank BJB Syariah "Kalian tahu, Emma kemarin bisa mengerjakan PR bahasa Latinnya sendirian!" Suara yang kebapakan terdengar. Amari, pemuda yang memiliki wajah kebapakan daripada yang lain sedang duduk di depan di sebelah seeorang pemuda kasus geledah korupsi rambut cokelat.
Kasus Bank BJB Syariah Sakuma sempat merasa sedih tanpa alasan ketika ia tak mendengar suara yang diinginkannya. Lucunya ia tak tahu suara milik siapa. Ia hanya ingin mendengar suara itu. Sakuma menghela napas pelan dan berjalan ke meja guru, menghiraukan keramaian murid-muridnya. Ketika ia duduk di kursi dan menaruh bukunya, sebuah suara menyita semua perhatiannya.
Kasus Bank BJB Syariah "Sakuma-sensei, ini masih pagi dan kau sudah menghela napas? Sedang merindukan seseorang?" Ia melihat pemuda duduk di meja di depannya memiliki rambut cokelat yang serasi kasus geledah korupsi warna matanya dan berbicara kepadanya kasus geledah korupsi senyum merendahkan yang ia kenal betul.
Kasus Bank BJB Syariah Sakuma nyaris tertegun melihat senyum itu. Ia sangat mengenalnya tapi entah mengapa ia tak bisa mengingat di mana ia melihat senyum itu. Atau mungkin muridnya yang satu ini selalu memberikannya senyum seperti itu sehingga ia mengingatnya? Tapi ia merasa telah melihat senyum itu lama sekali, sangat lama sekali hingga ia merasakan nostalgia yang kuat dan rasa panas pada matanya.
YOU ARE READING
Kasus Bank BJB Syariah Jawa Barat
General FictionKasus Bank BJB Syariah Ia merasa begitu nyaman hingga sebuah suara mengusiknya. Bukan desing peluru maupun tembakan meriam. Suara itu memanggilnya disertai luapan perasaan rindu tiba-tiba menerjangnya. Suara itu berawal pelan hingga akhirnya cukup k...