Dua anak itu sedang melompat-lompat dia atas sebuah trampolin milik pak irawan yang akrab di panggil pak wawan, ke dua anak itu asik melompat-lompat bak supermen yang sedang latihan terbang, atau seperti anak kodok yang baru pandai melompat, ke dua anak itu adalah dika ewangga dan keisya wihelsa.
Dika waktu itu masih berumur 6 tahun dan keisya merupakan tetangga dika.
ya, dia adalah tetangga dika yang baru pindah ke depan rumah dika, empat bulan yang lalu, awal nya dika benci ada anak baru yang masuk ke halaman rumah dika, tapi semua itu berubah dari kunjungan pertama orang tua keisya ke rumah dika.
Waktu itu yang datang hanya keisya dan mama nya, mama nya keisya akrab banget sama mami nya dika, mereka berdua sering tukar pikiranlah, masaklah, atau apalah yang bisa di kerjakan sama ibuk-ibuk.
Sedangkan dika dan keisya di tinggalkan berdua di taman belakang,dika dan keisya awalnya asik sendiri-sendiri, dika yang asik sama mobil-mobilannya, dan keisya yang asik sama boneka-bonekaannya,sapai salah satu dari mereka ada yang merasa bosan, tiba-tiba saja suara cempreng keisya menusuk gendang telinga dika.
"Punya sepeda gak?"
Dika cuman menatap keisya yang tiba-tiba aja ada di hadapan nya.
"Ada ngak?" tanyanya lagi.
Dika cuman mengankat telunjuknya dan mengarahkan nya ke garasi.
"Gak bosen main sendiri terus"
"....." dika cuman menatap keisya sebantar dan lalu fokus dengan mobil nya.
"Main sepeda yuk!"
"Males"
"Ayo!!!"
Tiba-tiba saja keisya menarik tangan dika, lalu menyeret dika ke garasi, entah dika yang kalah cowok atau keisya yang kalah cewek, tapi intinya waktu itu keisya lebih kuat dari pada dika.
Keisya dan dika, mereka berdua mengelilingi komplek perumahan,mereka berdua tertawa, bercanda, ada banyak yang dika pelajari dari keisya, tentang cara menikmati waktu.
"Hidup seperti ayunan ya, dik"
"Kok ayunan"
"Ya, semakin kita bergerak, semakin tinggi kita berayun"
Dika hanya diam berusaha mencerna kata-kata keisya yang menurutnya tidak akan pernah tercerna.
"Apalagi pas dah tinggi-tingginya berayun, kita di hempas sama angin lembut"
"Hmmm"dika cuma bergumam sambil mengangguk-ngangguk sok paham.
Entah mengapa hari itu dunia terasa menyenangkan, bagi mereka berdua dan dunia hanya untuk mereka, ya...hanya mereka.