Bianglala. 1

43 5 6
                                    

Satu persatu tetesan air langit jatuh secara bersamaan.

yap! hujan

sial sekali

"lo gila!"
Mataku membulat melihat seseorang mengejutkanku dari belakang

itu Alden
"lo gila apa?! hujan malah diliatin, berteduh!"

Alden menarik tanganku ke depan halte dengan beberapa pohon yang teduh di sekitarnya.

"lo disini?" dua kata ku katakan dan mataku masih membulat karena kaget

"gue liat lo bertengkar sama Neo"
"semuanya"

aku terdiam.

"gue bilang juga apa ndra! cowo cupu begitu lo pertahanin! gue disini care sama lo gue sayang sama lo ndra"

"gue tau lo al, satu tahun kita sekelas, gue tau persis lo kaya gimana"

"maksud lo?"

"gue tau lo kaya apa sama cewe, gue tau lo kaya gini ga sama gue doang, lo ga pernah cukup satu cewe, lo.."

"stop ndra, gue tersinggung, gue emang awalnya ga deket sama satu cewe, tapi sekarang engga, gue pengen lo, lo doang ndra" jelas Alden dengan sedikit membentak

"bacot" sahut Andra simple

Telapak tangan Alden yang sempat mengepal kini melemas dan menyipitkan matanya lalu meninggalkanku di halte sendirian

Semakin jauh Alden berjalan, semakin deras hujan yang Alden arungi.

Aku tidak mengerti

Hujan tak kunjung mereda, satu persatu ku lihat sepeda motor menembus hujan dengan lajunya, hingga aku melihat seseorang dengan payung berjalan menghampiriku

Neo

"kau belum pulang?" tanya Neo dengan nada datar
"aku membawakan payung untukmu"
aku kembali tak mengerti, Neo yang tadinya bertengkar hebat denganku kini memberiku payung polos berwarna navy

"kakak pulang juga? aku kira masih sibuk" jawab Andra

"aku masih sibuk, aku harus kembali"
Neo mengepalkan payung padaku lalu kembali ke sekolah

Neo tidak pernah memberiku tugas apapun, dia selalu menanggung tugas wakil ketos yang seharusnya menjadi tugasku.

Apa itu pertanda Neo mencintaiku? atau sekedar pencitraan karna aku wanitanya?

Aku tak mengerti lagi.

tiiiiiddddddd

Suara klakson membuyarkan lamunanku

Seseorang keluar dari mobil membawa payung menghampiriku

"ndra ayo pulang" Alden tampaknya senang membuat mataku membulat

"kenapa balik lagi?"

"gue ga bisa cuekin lo, gue ga tenang kalo lo pulang sendirian" jawab Alden
"sebrengsek brengsek nya gue, gue ga bisa biarin cewe yang gue sayang pulang sendirian sore sore, apalagi kehujanan"

"gue bisa pulang sendiri, gue bawa payung"

"simpan aja, gue tau itu payung dari Neo"

"gamau, yang pacar gue Neo bukan lo al"

Alden menarik tanganku dan mambawaku ke dalam mobilnya.
Dia melempar jaketnya ke wajahku dengan kesal
"pake! lo pasti kedinginan"

Setelah sampe di pinggir jalan depan rumahku, Alden keluar membawa payung pemberian Neo lalu membuka pintu mobilnya untukku

"Andra ini siapa? pacar ketua osis kamu?"

"bukan, kenalin bun, ini Alden temen sekelas Andra"

Alden mencium tangan bunda

"tante maaf ya Andra nya kehujanan dikit"

"gapapa nak, terimakasih sudah mengantar anak bunda pulang ya, ayo masuk dulu ganti pakaiannya basah"

"gausah tante gapapa"

"ayo jangan sungkan, ada pakaian kakaknya Andra, ayo masuk"

setelah berganti pakaian, bunda menyodorkan teh manis hangat pada Alden

Tak lama setelah itu Alden berpamitan untuk pulang, aku mengantarnya sampai pintu depan

"gue pulang ya, senang bisa ketemu bunda lo"
"oh ya ini buat lo"
Alden memberiku dua saset tolak angin yang ia keluarkan dari saku jeans nya.

"thanks ya al"

"my pleasure"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 25, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Tujuh Janji BIANGLALATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang