Kumandang adzan subuh membangunkanku dari tidur lelapku dan memanggilku untuk segera menunaikan kewajiban beribadah kepada sang pencipta alam semesta. Lalu aku bangun dari tempat tidur dan bergegas menuju ke kamar mandi untuk berwudhu. Aku memulai berwudhu dari berkumur sampai membasuh kedua kaki sebagai mana diajarkan Ibuku dulu.
Ketika berwudhu aku selalu teringat bagaimana Ibu mengajariku bagaimana caranya berwudhu yang baik dan benar. Ibu selalu memarahiku jika aku berwudhu tidak sesuai dengan apa yang dia ajarkan
“Kamu mau nanti disiksa di alam kubur” ucap Ibu Ketika Ibu mengetahui aku hanya membasuh muka saja ketika berwudhu.
Yang paling konyol adalah aku pernah ketahuan hanya berwudhu saja dan tidak shalat. Ibuku lalu menyubit perutku dengan sekuat tenaga sampai meninggalkan bekas biru mungkin bukan biru tapi biru keungu-unguan. Setelah kejadian itu Ibu menungguku sampai aku selesai shalat di kamarku, tapi dahulu aku selalu bersyukur memiliki perut yang buncit Karena perut ini sering menjadi tameng dari rasa sakit akibat cubitan Ibu.
Sampai saat ini perut buncit yang menjadi tameng serangan ibu ketika aku melakukan kesalahan ketika aku masih serumah dengannya terus aku pelihara bahkan mungkin bertambah buncit. Setelah berwudhu aku lalu menunaikan shalat subuh di kostanku Karena jarak antara kostanku dan masjid sangatlah jauh. Aku sering dimarahi oleh Bapak ketika Bapak menanyakan tentang shalat berjamaahku saat aku meneleponnya. Bapak mengatakan bahwa akhirat lebih utama dari segalanya dan shalat berjamaah adalah kunci agar kamu dapat kebaikan akhirat maupun dunia. Sampai Bapak mengancam akan membelikanku nukena atau alat shalat yang sering digunakan wanita jika aku tak mau shalat berjamaah.
Aku menggunakan kacamata agar tidak salah ketika mengetik pesan kepada Ibu, maklum saja ketika aku tidak menggunakan kacamata ibu-ibu penjual nasi kuning terlihat seperti Raisa. Tidak terasa sudah tiga tahun aku belum pulang ke Bandung.
Bukannya aku terlalu betah di kota orang, tapi belakangan ini aku sibuk sekali dengan pekerjaanku. Aku merasa sedih sekali jika mengingat lebaran idul fitri kemarin. Aku tidak bisa pulang Karena banyak pekerjaan yang harus diselesaikan. Meskipun aku sudah bergadang sampai lima hari berturut-turut sampai memiliki mata panda dengan tujuan menyelesaikan pekerjaanku dan bisa pulang ketika lebaran idul fitri, tapi pekerjaanku seperti tumpukan sampah yang terus terisi tanpa henti.
Aku hanya bisa meminta maaf kepada Ibu dan Bapak tidak bisa berlebaran disana. Setelah aku megirimkan pesan kepada Ibu bahwa aku akan ke Bandung. Lalu aku mengambil barang- barang yang sudah aku kemas dalam dua ransel yang siap aku bawa ke Bandung. Aku akan menggunakan pesawat menuju Bandung mungkin memakan waktu setengah sampai satu jam.
Pesawat pun mendarat di bandara Husein Sastra Negara bandara kembanggaan orang Bandung termasuk aku bahkan ada yang mengatakan bahwa bandara Husein Sastra Negara sama cantiknya dengan Chelsea Island.
Jarak antara bandara dengan rumahku lumayan dekat tapi tidak bisa ditempuh dengan jalan kaki. Aku menggunakan angkutan kota atau angkot untuk menuju ke rumahku. Tidak butuh waktu lama aku sudah sampai di rumahku. Rumahku terletak tidak jauh dari tempat angkutan kota atau angkot hilir-mudik mencari penumpang. Aku lalu mengetuk pintu kayu yang masih sama seperti sebelum aku pergi ke Jakarta.
“Assalamualaikum” ucapku sambil mengetuk pintu
“Waalaikumssalam” Jawab seorang wanita sambil membukakan pintu kayu tersebut.
Lalu aku mencium tangan wanita tersebut yang tak lain adalah Ibuku. Dari wangi bawang putih di tangannya sepertinya Ibu sedang memasak sesuatu. Ibu sangat hobi memasak beragam jenis masakan. Yang palingku suka dari semua masakan Ibu adalah sayur toge tahu. Sebenarnya Ibu jika masak apapun pasti enak meskipun itu hanya mie instan, tapi ketika Ibu memasak sayur toge tahu aku bisa makan sampai tiga piring.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kepala Ayam
Short StoryAku adalah seorang karyawan disalahsatu perusahaan swasta di Jakarta. Aku sering mengirimkan Kepala ayam mentah kepada Bapak yang berada di Bandung. Karena aku tahu Kepala ayam ini adalah makanan kesukaan Bapak dari sejak aku kecil. Tapi ketika ak...