Menangis adalah satu cara seseorang mengungkapkan bagaimana terlukanya hati saat mulut tak sanggup berucap. Inilah yang dilakukan Aghata sekarang. Duduk dibawah wastafel sambil menutupi mulutnya agar isakannya tak terdengar orang lain. Satu tangannya meremas dada mencoba membuang rasa sakit didalamnya. Dengan kasar dihapusnya jejak air mata dan mencoba mengontrol emosinya. Dilain ruang, seorang laki-laki bernama Wildan dan kekasihnya tengah membagikan kegembiraan mereka
“wah selamat ya” seru salah seorang temannya “jangan lupa sebar undangannya” celetuk laki-laki berkacamata yang duduk disofa “tenang aja, aku sebar disepanjang jalan raya” ujar Wildan kemudian tertawa.
Aghata, perempuan tadi berjalan kearah Wildan sambil menyunggingkan senyumnya. Aghata langsung mengalungkan kedua tangannya pada leher Wildan yang membuat semua orang terdiam “selamat, bentar lagi kamu nikah” ujar Aghata memadatkan suaranya agar tak gemetar. Aghata melepaskan pelukannya kemudian duduk disofa “gimana kalau kita rayain ini dengan sebuah permainan?” celetuk kekasih Wildan
“setuju!!” seru yang lainnya.
Malam ini semua orang terlihat senang merayakan kegembiraan kecil mereka. Tapi berbeda dengan Aghata yang terlihat terpaksa tersenyum. Aghata mengambil jaket jins dan tasnya kemudian berjalan keluar. Sementara laki-laki berkacamata yang sedari tadi duduk dibelakang Aghata menatap kepergiannya dengan pertanyaan yang menggantung diwajahnya. Laki-laki itu menghabiskan minumannya kemudian mengikuti Aghata keluar
“ikut aku dan jangan banyak tanya” Takhim langsung menarik tangan Aghata.
Mereka berhenti disebuah taman yang agak ramai orang “ngapain kamu ngajak aku kesini?” tanya Aghata sinis “udah gak usah banyak nanya” laki-laki itu menarik tangan Aghata seenaknya kemudian mendudukkannya dianak tangga. Ini memang belum terlalu malam, jadi orang-orang masih asik menikmati anak-anak kecil yang berlarian bermain ditambah ini malam minggu. Dan ada juga pasangan-pasangan yang menghabiskan waktu bersama
“nih!”
Aghata menoleh keatas mendapati Takhim, nama laki-laki berkacamata itu menyodorkan minuman padanya. Laki-laki itu duduk disamping Aghata
“biasanya kalau lagi sedih, aku sering kesini menghibur diri” ujar Takhim menjelaskan alasannya mengajak Aghata ketempat itu.
Aghata hanya melihat sekeliling dan merasa sedikit bisa bernapas lega. Rasa sedih yang mengganjal tadi kini hilang ketika melihat tawa anak kecil yang bermain dihamparan rumput. Takhim ikut tersenyum melihat Aghata tersenyum ceria
“makasih udah menghiburku”
“siapa yang bilang aku ngajak kamu kesini buat ngibur kamu? Aku ngajak kamu buat nemenin aku”
mendengar penuturan Takhim, wajah Aghata langsung masam ditambah mulut yang mengumpat “makasih buat minumannya” ujar Aghata datar kemudian berjalan turun sambil terus mengumpat tak jelas. Takhim tersenyum jahil mengikuti Aghata dibelakangnya. Laki-laki itu terlihat senang dengan reaksi Aghata sekarang. Pandangannya beralih pada bola yang melayang menuju Aghata.
Dengan sigap ditariknya lengan perempuan itu untuk menghindari bola. Aghata yang terkejut membulatkan matanya saat wajahnya berhadapan dengan dada Takhim.
Perasaan seperti degupan kecil dirasakannya “ada bola yang mengarah padamu” ujar Takhim menjelaskan.
Dihari yang terik dan berangin, Aghata makan siang bersama Wildan dan lainnya ditempat favorit mereka
“hai....” sapa Aghata menaruh nampan pesanannya diatas meja kemudian duduk
“Aghata kenapa kamu pulang duluan kemarin?” tanya Wildan dengan nada agak sedih “bukannya aku pulang duluan Wil...” belum sempat menyelesaikan kalimatnya, laki-laki semalam datang dan memilih duduk didepan Aghata “ternyata ngumpul disini” celetuknya
“kamu juga kim, pulang duluan gak pamit” tegur Wildan
“maaf, kemarin ada seseorang yang sedang tidak nyaman dengan sesuatu” jawab Takhim sembari menatap Aghata mengejek.
Inilah rutinitas mereka saat ada waktu bersama berkumpul dan bercanda. Wildan, Takhim dan beberapa teman mereka serta Aghata teman Wildan semasa kuliah dan kekasihnya yang saat ini tidak ikut hadir. Wildan yang bekerja dikantor ayahnya, Takhim dengan mengendarai pesawat, Aghata seorang psikiater selalu meluangkan waktu untuk berkumpul bersama yang lainnya
“aku pergi dulu ya, ada pasien yang menunggu” Aghata berpamitan setelah menghabiskan makan siangnya. Takhim yang juga sudah menyelesaikan makannya ikut undur diri dan mengejar Aghata “eh kayaknya mereka berdua jalan bareng deh semalem” celetuk teman Wildan yang duduk didepannya.
Ada perasaan tidak suka yang kini dirasakan Wildan.
Jam menunjukkan pukul sepuluh malam lebih dan sudah dua puluh menit Takhim menunggu didepan sebuah klinik. Aghata menuruni anak tangga setelah berpamitan pada resepsionis. Saat ia berbelok, tangannya ditarik oleh seseorang. Tatapan sinis langsung ia lemparkan pada Takhim orang yang menariknya
“ngapain lagi?”
“maaf” jawaban singkat keluar dari mulut Takhim
“aku tau kamu marah kemarin, jadi aku pengen minta maaf” imbuh Takhim seraya memasng wajah baby facenya“aku maafin”
Takhim langsung menariknya pergi. Masih dengan seragam pilotnya, Takhim menggandeng Aghata saat mereka berjalan beriringan
“aku mau ice cream” pinta Aghata dengan manja. Takhim langsung menghentikan langkahnya didepan pedagang ice cream “kamu pesan apa?” tanya Takhim “coklat dengan topping chocochip” jawab Aghata menghadap kepenjual. Aghata tersenyum menerima ice cream cone-nya.
Sambil menikmatinya, Aghata memandani jalanan yang ramai dengan mobil dan motor. Pandangannya berhenti kesepasang kekasih yang sangat dikenalinya berada jauh disebrang sana. Yang membuatnya membulatkan mata adalah Wildan silaki-laki menangkup wajah si perempuan hendak menciumnya.
Takhim yang sudah menerima ice cream dan membayarnya ikut berbalik dan mengikuti arah pandangan Aghata.
Takhim langsung membalikkan badan Aghata dan menjilat ice cream peremuan itu.
Aghata makin membulatkan matanya.
Bersambung ...
To Be ContinueHai semua 🤗
Ini karya pertama aku yang do post me wattpad, semoga kalian suka
Dan maaf kalau gj
Salam dari lely_KimJangan lupa tinggalkan jejak di kolom comment dan like
KAMU SEDANG MEMBACA
Imagination Magic
Teen FictionDisaat perasaan mulai hancur, sebuah cahaya datang dan memberikan harapan baru. Aghata yang menutupi perasaannya pada Wildan. Takhim yang pernah gagal dalam cinta. Mereka sama sama mengobati luka dengan kebersamaan dan perasaan baru mulai tumbuh d...