"Ca.....!!!!! "ucap Risya dengan suara kerasnya memanggil sahabatnya Ica yang sedang berbincang dengan teman yang lain di depan kelas yang akan ia masuki.
"Sssttttt.... Kelas lain masih ada dosennya ris,,,, jangan berteriak begitu.." Balas Ica sambil meletakan telunjuk jari tepat di depan mulutnya guna mempertandakan bahwa Risya harus tenang dan tidak memperbolehkan berteriak.
"Hehehhehhe... iya iya gendut..." ucap Risya dengan nada pelan dan sedikit bercanda
Tak lama setelah berbincang – bincang di depan kelasnya Risya dan teman – temannya memasuki ruang kelas dan mengikuti perkuliahan dengan baik. Seperti biasanya, setelah menyelesaikan perkuliahan, Risya akan langsung menuju kos, hal ini dikarenakan sudah banyak tugas yang menumpuk di kos yang harus ia selesaikan. Risya hampir tidak pernah melakukan kegiatan lain setelah aktifitas kuliah. Bisa di bilang ia adalah mahasiswa Kupu – Kupu (Kuliah pulang kuliah pulang).
"Ris... kamu sudah mengerjakan tugas Ekonomi Makro?" Pesan yang tiba – tiba muncul di Whatsappnya yang berasal dari teman kuliahnya Indra.
"Udah... Kenapa ?" Balas singkat Risya terhadap pesan yang masuk dari Indra.
"Boleh nyontek ?" Balas singkat lagi dari Indra
"Boleh... tapi kalo salah gak tanggung jawab ya.." Balas Risya kembali.
Begitulah Risya, ia memiliki kekurangan yaitu tidak bisa bilang tidak. Apalagi ketika melihat orang disekitarnya kebingungan maupun kesulitan.
"Okay... aku ke kos kamu sekarang" balas Indra
Risya hanya bisa menarik nafas dalam – dalam ketika membaca balasan pesan dari Indra.
"Ris.... aku udah di depan kos mu nih" ucap Indra melalui telp kepada Risya
"Iya iya... tunggu" balas Risya dengan nada tenang. Risya langsung menuruni tangganya untuk segera menemui Indra yang sudah menunggu di depan Kosnya.
"Halo Risya cantik..... " ucap Indra kepada Risya dengan nada memuji dan sambil mebuka lebar tangannya.
"Gak usah sok muji kalo ada maunya" balas Risya dengan nada jutek sambil menyerahkan lembar kerja miliknya kepada Indra. Sikap ini ia lakukan karena ia tahu, jika pujian itu di ucapkan karena ia membutuhkan contekan untuk tugasnya kali ini.
"Makasih Risya Cantik" balas Indra kembali dengan nada manjanya dan bersyukur karena berhasil mendapatkan contekannya.
"Besok sekalian bawa buat dikumpulin ya" Balas Risya kembali dengan santai sambil memegang pinggangnya
"Siap bu bos... Yaudah aku balik dulu ya" Balas Indra sambil memberikan tanda hormat kepada Risya dan langsung segera meninggalkan kos Risya untuk segera dikerjakan.
Masih terbayang dalam pikiran Risya tentang ucapanya Revan semalam. Sesungguhnya ia memiliki rasa yang campur aduk ketika itu, antara kaget, sedih, bingung, dan bahagia. Karena selama ini ia tidak berpikiran untuk memandang Revan sebagai seorang Pria. Ia hanya bisa memandang Revan sebagai Kakak yang selalu siap memberikan kasih sayang dan mau menerima sikap manjanya yang hanya bisa ia keluarkan di hadapannya. Mungkin memang benar apa kata pepatah, jodohmu berada di sekeliling kamu sendiri. Tapi dari sekian banyak orang yang di sekelilingku, mengapa harus Revan.
Handphone Risya mendadak berbunyi, dan dilihatnya bahwa Revan sedang menelponnya.
"Yaps" Ucap pembuka Risya ketika mengangkat telp Revan sambil tiduran di kamarnya.
"Aku harus ke Jakarta Minggu depan" balas Revan dengan nada lemas
"Ngapain?" balas Risya dengan singkat
"Aku harus ikut pertandingan tingkat nasional disana" balas Revan lagi dengan nada yang masih lemas
"Yaudah... paling cum 4-6 hari doang kan" balas Risya dengan santai
"Gak..." balas Revan lagi dengan singkat. Ketika mendengar itu, Risya sedikit kaget. Hal ini dikarenakan selama ini jika Revan pergi ke luar kota untuk mengikuti pertandingan ia akan langsung dengan semangat mendukungnya dan tidak pernah berhenti memberikan motivasi untuk Revan, tapi kali ini Risya merasa ada yang berbeda.
"Terus berapa lama?" balas Risya dengan nada yang tampak santai tetapi sesungguhnya ia terkejut.
"3 bulan" Balas Revan dengan singkat kembali
"Hmmm...." balas Risya yang sudah mengikuti nada lemasnya Revan
"Kamu ijinin aku kan Ris ?" Balas Revan yang dengan nada tanya dan jantungnya terus berdetak kencang. Karena sesungguhnya ia tak ingin melakukan ini semua, ia tak bisa jauh dengan Risya terlalu lama.
"Ijinin lah... Masak gak aku ijinin. Emang selama itu ada kegiatan apa aja ?" balas Risya lagi yang sudah mulai santai
"Iya... sehabis pertandingan ada training untuk persiapan Sea Games. Jadi disana pembekalannya banyak banget" balas Revan dengan penjelasan panjang lebarnya
"Yaudah pergi aja, gak papa. Jangan lupa urus surat dispen buat kuliah ya" Balas Risya dengan santai
"Iya bawell.... Nanti kamu mau anter aku ke Bandara apa gak ?" Balas Revan lagi yang sesungguhnya dalam hatinya ia berharap Risya bersedia mengantarkannya. Karena sehabis ini ia tidak akan bisa bertemu langsung dengan gadis kecil yang ia sayangi ini.
"Gak ah... males... lagian kan masih bisa video call. Kalo lihat aku nanti kamu gak jadi berangkat hayo" balas Risya dengan nada meledek walaupun sesungguhnya ia sangat ingin mengantarkan Revan pergi, tapi ia tahu mungkin itu nanti akan mempersulit Revan untuk pergi.
"Yaudah kalo gitu... Jangan sampai paketan Internet kamu habis ya ? Aku mau kamu harus standby kapanpun. Aku takut kangen" balas Revan dengan nada berharap kepada Risya agar permintaan ini untuk dikabulkan.
"Iya bawell.... Tenang aja" Balas Risya dengan nada manjanya
Dalam lubuk hatinya, sesungguhnya ia ingin memberikan kesempatan kepada Revan untuk mengisi hatinya. Tapi ia sadar jika terjadi kesalahan dalam hubungannya, ia akan kehilangan Revan. Ia tak bisa membayangkan apa yang terjadi dalam hidupnya jika Revan tak ada di sekelilingnya. Begitulah Risya, dibalik penampilan tomboy dan sikap tegar masih memiliki sikap manja yang selalu ia tunjukan kepada Revan. Hal itu dia lakukan karena ia tahu jika ia menunjukan kepada orang lain maka orang lain akan menilai ia manja dan tidak bisa mandiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kau Yang Terindah
Teen FictionRisya yang masih merasakan ketakutan untuk jatuh cinta lagi tiba tiba di hadapkan seseorang yg selama ini menjadi kakaknya Revan diam diam memiliki perasaan untuknya. Apakah Risya akan menerima Revan menjadi cintanya ?