Laksita

20 0 0
                                    


"Git, gimana kebayaku bagus, kan?"

"Hmm.. kamu kelihatan gemuk Sit. Coba cari warna yang lebih terang atau mungkin warna pastel deh."

"Oke Git."

Percakapan antara aku dan Laksita disela – sela kesibukan kami yang baru saja menjadi pekerja kantoran sedikit membuatku lebih semangat, karena dengan mendengar suaranya hatiku cukup tenang dibanding saat aku berada di kantor, mendengarkan belasan mesin tik dalam satu ruangan, omelan para petinggi di kantor, ditambah keberadaan Aryanti, office girl yang selalu menggoda para pegawai supaya ditraktir makan siang atau sekedar diantar pulang karena fisiknya yang terbilang rupawan dibanding gadis office girl  bahkan pegawai perempuan lainnya.

Aku suka menemani Laksita, gadis 22 tahun yang tingginya 165 cm, selalu tersenyum, hatinya begitu murni, dan mudah memaafkan. Aku telah menjadi sahabatnya sejak kami masuk sekolah dasar. Tak pernah kusangka, aku selalu bersamanya hingga usia kami 22 tahun. Bukanlah waktu yang singkat memang. Namun, sepertinya persahabatanku akan sedikit dibatasi beberapa waktu ke depan, karena suatu hal.

"Gito, coba lihat kalo warna pink yang ini gimana?" Laksita terlihat sangat gembira kali ini, aku yakin ia tak sabar menantikan momen itu tiba. Saat dimana ia mengenakan kebaya yang kami beli dengan hasil jerih payah bekerja selama kurang lebih enam bulan ini.

"Wah.. cocok banget Sit, tapi kayaknya ada yang kurang deh." Aku tak berkedip sedetikpun. Laksita teramat cantik kali ini, apalagi nanti, setelah saat itu tiba.

"Apa ya yang kurang?"

"Nih, coba pake." Aku memberikan sepasang sepatu high heels yang modelnya telah ia dambakan sejak kami kelas 3 SMA.

"Ya ampun, Git, aku udah bilang lho, uang kita udah cukup banyak buat beli ini itu, ini kan bukan dari uang patungan kita." Aish, Laksita, lagi – lagi gadis ini membuatku semakin sayang padanya. Ia selalu saja tak mau merepotkan orang lain.

"Sit, ini hadiah dari aku. Kamu nggak mau kan hari H nanti pake sandal jepit? Udahlah, ini hadiah dari aku. Kalo masalah hadiah kamu nggak pernah nolak, kan?"

"Iya deh, Git. Makasih banyak ya. Aku pake sekarang ya."

"Silakan tuan putri."

Kemudian ia mengenakan sepatu itu, sepatu yang sengaja kupesan di tempat artis –artis biasa membuat sepatu dengan model yang mereka mau. Dan, Laksita tampak sempurna dengan apa yang ia kenakan. Mungkin akan lebih sempurna ketika tiba saatnya nanti, dengan riasan wajah dan aksen kecantikan lainnya yang akan membuatnya terlihat lebih sempurna di mataku.

"Git, sekarang gimana?" Ia terlihat sangat girang dan senyumnya tampak lebih lebar, sampai lesung pipinya yang tak terlihat bila tersenyum biasa, sampai nampak kala itu. Sungguh, ia sangat anggun dan manis di mataku.

"Mantap sekali tuan putri, cocok banget."







................. bersambung hehe

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Feb 25, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Ada Cerita dan Juga CintaWhere stories live. Discover now