Aku merasa dunia ini hanya tinggal barisan bukit dan lembah" yang membosankan.
Yang terasing dari keindahan dan terkurung oleh kesunyian.
Dulu aku memandang dunia lewat tawa dan air mata, namun sekarang aku memandangnya lewat berkas-berkas luka pada jiwa, keberanian pada hati dan gerak pada tubuh.Keindahan yang paling lembut dalam hidupku adalah yang tak terlihat dan tak terdengar. Namun mampu menghentikan langkah yang cepat. Dan memejamkan mata yang terbuka. Menjadi lamban dan gelap.
Bagaimana aku dapat menyesalkan sesuatu yang slalu ada dalam diriku?
Aku bukan seorang yang menyesal karna menyatakan apa yang ada dalam diri pribadi. Juga bukan seorang yang kelemahannya menolak apa yang dipertegas dalam mimpi. Dan tidak pula karna hidupku tidak robek walau maju selangkah dan mundur dua langkah." Aku sering mendengar kata-kata yang aku sendiri tidak ingin mendengarnya. Kata-kata itu bagiku seperti panah. Mereka memanahku bertubi-tubi sampai panah itu hanya menembus panah."
Kenyataan asli dalan diriku ini hanya intisari yang mutlak dari sebuah mimpi yang terangkum dalam keadaan jaga.
Atau
Kenyataanku saat ini terbangun dari mimpi yang naif menjadi kenyataan hidup yang kasat mata dan hanya dapat menyatakan
dirinya dalam keheningan.
Sedangkan mimpi itu sendiri terbangun dari propes perenungan yang panjang dan mendalam, terbentuk melalui pengalaman-pengalaman hidup yang terhayati dalam jiwa dan terolah dalam fikiran.
Dunia hayal dan mimpi adalah duniaku disanalah aku merumuskan segalanya.
Hayalan dan angan-angan merupakan bentuk pelarian dari dunia nyata. Sering juga merupakan cara menghibur diri dari kegagalan hidup.
Hayalan lebig mirip dengan mimpi yang seakan-akan terlihat dalam keadaan bangun.
Aku sekarang berada dalam rimba impian- impianku dan diatas bukit-bukit pemikiranku dan berada dipuncak gunung tempat segala impian berubah jadi sebuah pandangan dan segala pemikiran jadi hasrat yang tunggal.
Diantara pikiran dan renungan tak ada yang lebih berharga dari mimpi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Siapa Aku?
Short StoryDiantara pikiran dan renungan tak ada yang lebih berharga dari pada mimpi.