Bandung, 24 Januari 2018. Gundah rasa hilang arah, hilang luka dibatas suka. Aktivis, Mahasiswa, Pemimpi Bisnis, hingga komitmen seorang anak menjadi harmoni dalam sebuah kata yang tak terucapkan. Sebuah saksi bisu tentang sandiwara kehidupan.
Teruntuk ...........
Hidup sebuah pilihan,
Seperti apa kamu nanti,
Siapakah kamu nanti, dan
Jadi apakah kamu nanti.
Tiada tulisan yang tak berarti,
Pemimpi yang tak dapat bermimpi,
Mengucap hati yang tak pernah letih,
Impianmu belum tentu impianku,
Impianku belum tentu berkenan di hatimu,
Jangan salah menilai pemimpi,
Pemimpi tulus dan jujur,
Meski itu bukan pilihan.
Catatan kecil tentang seorang aku. Berawal dari gundahnya hatiku kepada angin mana kuceritakan pagi. Jiwa melayang ditelan ombak seakan enggan menepi. Dilema jiwa pada siapa ku bercerita, gusar hati untuk siapa ku mengadu. Hanya satu yang kutahu. Catatan ini menjadi sahabat terdekatku. Catatan tentang apa,mengapa, dan siapa. Sederet barisan kuda hitam yang menunggu tujuan akhir. Menyesalkan hanya catatan ini yang tertarik.
Januari, 2018. Duduk disebrang kampus, ditemani segelas minuman dingin yang tak menjadi dingin. Betul dingin... keadaan dimana tiada panas! Tapi tak dingin?? Karena dingin sebatas rangsangan tubuh ketika bersentuhan dengan keadaan yang tak panas. Selesai.
Belum selesai, maksudnya selesai dengan pemikiran filsafat pikiranku.
Betul, aku orang yang berfikir. Teman teman ku terkadang memintaku untuk berhenti dengan pemikiran- pemikiran. Cuman bagaimana kita mengungkapkan sesuatu jika tidak berfikir? . gagasan berawal dari sebuah gagasan. Gagasan yang berasal dari perasaan yang berujung dengan sebuah kata
Dunia kampus memang surganya remaja ( sebagian orang berpendapat seperti itu). Masa dimana transisi seorang remaja untuk menjadi dewasa. Jiwa bebas, nongkrong lama lama tanpa pembatas waktu, jam perkuliahan yang tidak padat seperti jaman sekolah, wanita yang sedang semangat semangatnya merenovasi dirinya untuk menunjukkan sebuah jati diri, kegiatan kampus yang mendukung kita dalam mengekspresikan diri. Dunia yang menawakan cerita tersendiri bagi penggemarnya.
Terkhusus cinta pertama yang kutemui ketika menjadi mahasiswa, kebetulan wanita itu satu fakultas denganku. Mungkin saat ini dia masih ada perkuliahan sama denganku. Wanita dimana pertama kalinya aku merasakan namanya jatuh cinta. Wajahnya masih kuingat sampai saat ini, paras ayu mengambarkan sebuah pesona keindahan yang tak terkatakan, manis senyumnnya mengajarkan aku untuk merancang sebuah masa depan, tatap matanya meyakinkan aku untuk menaklukan dunia. Begitu gambarannya, yang mungkin sebagian dari kamu menganggap itu berlebihan. Namun ,keadaan itu nyata adanya. Dan catatan ini menjadi bukti mengapa demikian. Mengingatnya terkadang membuatku tersenyum sendiri, entah aku suka atau duka mengingat masa lalu ku tersebut. Satu yang kutahu, kami tidak bisa bersama. Ingin rasanya mengulang masa lalu, menghapus atau memperbaiki? Sulit untuk mengapus memori indah itu, mungkin memperbaiki, bila diberi kesempatan ke masa itu, ingin rasanya setiap detiknya aku lakukan yang terbaik untuk dia. Setiap senyum dari bibirnya sebuah kebahagian tersendiri untukku. aku teringat dengan candanya yang terkadang membuatku lupa dengan keadaan lainnya. Aku beruntung diberikan kesempatan untuk mencintai wanita ini. Wanita yang menjadi bagian dalam merubah kehidupanku. Sebuah memori yang tersimpan dalam jiwaku. Mungkin aku akan menceritakan wanita ini ke anak anak ku kelak.
Berawal dari suatu kegiatan kampus kami bertemu, dia menatapku begitu tajam seakan penuh tanda tanya , mengapa aku sati tim dengan dia. Perjumpaan awal kami tidak begitu baik. Satu tim kegiatan denganku mungkin mimpi buruk baginya. Aku yang jarang dating di setiap rapat tim, aku yang sangat sulit untuk dikomunikasikan ( maklum disaat itu hpku hilang). Hari demi hari kami lalui bersama sampai akhirnya hatiku jatuh terhadapnya. Perasaanku mengatakan ingin rasanya aku berjumpa dengan dia setiap harinya. Sebuah keindahan yang sulit aku lupakan , nafas dan semangat yang begitu mengocang hati.