SATU

328 7 1
                                    

DINI

PLAKKKK...." Gue gak sudi nikah sama lo, kita Putus".

Reva menampar pipi Pak Daniel seolah Pak Daniel paling bersalah dalam hal ini. Padahal jelas jelas aku melihat semuanya. Pak Daniel datang dengan bahagia mengajak Reva ke caffe dengan alasan ingin melamar Reva. Tapi yang Pak Daniel dapat hanya tamparan dari Reva dan kata putus darinya.

Sejujurnya, aku kurang mengerti dengan jalan pikiran Reva. Dia memberikan alasan yang tidak masuk akal. Mulai dari Pak Daniel melamar dengan cara yang salah, cincin yang diberikan bukan seperti cincin yang diharapkannya, dan alasan paling tidak masuk akal adalah ada aku di sini. Itu yang Reva bilang. Padahal, sejauh ini aku dan Reva gak pernah mempunyai masalah apapun. Reva pun tau aku bekerja di caffe ini. Pastinya aku akan datang dan di sini setiap harinya.

Bahkan yang parah nya lagi Reva memanggilku pelacur dan menuduhku sudah pernah tidur dengan Pak Daniel. Reva berteriak dan menjambak rambutku. Aku yang bahkan tidak tau apa apa tentang masalah bos ku, hanya bisa pasrah dan jujur aku ingin menangis ketika cewek sialan itu mempermalukanku di depan banyak orang. Sungguh ini adalah adegan drama paling mengejutkan dihidupku.

DANIEL

Gue di hina, harga diri gue di injak di depan banyak orang di caffe gue sendiri. Di depan banyak karyawan gue. Setelah 29tahun lamanya gue hidup, baru kali ini gue di permalukan sama orang yang sangat gue cintai. Tapi sekarang, rasa cinta gue ke cewek gila itu sudah hilang setelah mendengar ucapan kotor dari mulut busuknya yang bahkan tidak sampai 1 jam.

Semua karyawan gue yang gak tau permasalahannya, pasti ganggap gue ada hubungan khusus dengan Dini. Gue kasihan ngelihat Dini yang dijambak Reva. Gue tau Dini menahan tangisannya. Beruntung gue dan Rizal karyawan gue, bisa pisahin mereka berdua. Dan gue berhasil ngusir Reva dari sini.

DINI

" Pantesan, Pak Daniel gak pernah marahin dia. Ternyata sudah ditidurin." Ucapan seorang rekan kerja yang lebih tua dariku membuat hatiku sakit. Kalau tadi aku hanya malu, sekarang aku benar benar sakit hati.

Aku tidak ingin mendengarkan omongan mereka. Kali ini aku hanya ingin cepat mengerjakan tugasku yang sempat terhenti gara gara cewek gila tadi. Mulai dari cek stock, menghitung modal awal, pemasukan, pengeluaran, dan semua tentang keuangan dan stock bahan makanan di caffe ini. Dan setelah selesai, aku akan segera bergegas pulang dari pada harus mendengarkan perkataan mereka yang menyakitkan.

Seperti biasa, setelah semua tugas ku selesai, aku harus memberikannya kepada Pak Daniel atau hanya meletakan di ruangan nya jika Pak Daniel tidak datang. Dan karena hari ini Pak Daniel ada diruangan nya, aku harus menyerahkannya sendiri. Jujur aku masih syok dan canggung karena kejadian tadi. Tapi apa boleh buat?

Aku mengetok pintu ruangan Pak Daniel dan membuka nya. Aku lihat Pak Daniel duduk diam di kursinya melamun dengan alis dan dahi berkerut tanda bahwa dia sedang marah.

" Permisi Pak, ini data harian nya." aku hanya menaruh selembar kertas hasil kerjaku di meja Pak Daniel dan berencana untuk langsung pulang. Aku tau, berlama lama di ruangan nya akan menimbulkan berbagai spekulasi negatif dari karyawan lain.

" Dini?" Pak Daniel memanggilku otomatis menghentikan langkahku. " Saya minta maaf sama kamu atas perlakuan Reva tadi." Pak Daniel meminta maaf kepadaku. Aku kurang setuju jika Pak Daniel yang meminta maaf kepadaku. Yang seharusnya meminta maaf adalah Reva yang sudah mempermalukanku. Tapi sudah lah, aku jawab iya saja. Dari pada ribet dan kelamaan. Dan setelah Pak Daniel mempersilahkan aku pulang, aku langsung kabur dari ruangan Pak Daniel tanpa menghiraukan orang lain yang sedang membicarakanku.

Everlasting LoveWhere stories live. Discover now