Peppermint Smiles

13 2 0
                                    

Hiruk-pikuk kelas tak terkendali akibat ketiadaan guru. Sang ketua kelas di depan yang sedang menulis tugas latihan soal, diacuhkan. Jam kosong memberikan kebebasan bagi siswa untuk tidak lagi terikat di bangkunya. Beberapa berkumpul di satu meja dengan membuka perdebatan atau sekedar ruang gosip. Sisanya tersebar entah di belakang kelas maupun menghilang ke kantin.

Aku tidak termasuk golongan manapun. Teman sebangkuku sudah lama melengser. Bergabung bersama anak-anak yang berdebat entah apa itu. Yang kulakukan hanyalah berdiam sendirian di bangku. Aku meraih kotak permenku dan membuka bungkus permen mint yang kesekian kalinya.

"Woy ada guru!" teriak suatu suara seiring pintu ditolak kencang. Sontak seisi kelas mengintip ke luar pintu. Tetapi tidak ada tanda-tanda pak Ikhsan, guru Matematika berkepala botak yang beraura mengerikan.

Tiga cowo biang keributan tadi memasuki ruangan dengan santai. Satu berkacamata dengan rambut ikal yang berantakan, satunya agak pendek dengan lesung pipit, dan satunya lagi berkacamata dengan rambut yang dipotong pendek. Di tangan mereka tergenggam berbagai jajanan dari kantin. Tidak ubah seperti pedagang keliling di stadion sepak bola.

"Yailah, bohong banget kalian,"

"Semuanya ide si David nih," sahut Rayyan--si berambut ikal--tergelak.

"Kan gue cuman mancing," kekeh David, si berlesung pipit tanpa rasa bersalah. "Kali aja kalian belum responsif."

Cowo dengan potongan rambut pendek--Alfi--menyantap hasil buruannya dengan damai. Batagor dan es teh manisnya dalam sekejap tersisa setengah. Kedua temannya bahkan belum memulai sama sekali.

"Nih anak udah mulai duluan lagi," gerutu Rayyan yang langsung menduduki kursi di samping Alfi. David masih berdiri, mencari kursi kosong untuk dipinjam. Rata-rata kursi sudah dijajah terutama bagi yang ingin bobo siang cantik, memaksimalkan jam tanpa pelajaran.


I know you

And I know you don't wanna stay with me right now


Tak kusadari cowo itu sudah berdiri dekatku, menargetkan bangku kosong di sebelahku.

"Gue pinjem yak," kata David menarik pelan kursi itu.

"Iya, ambil aja," Aku cuman mengiyakan dengan acuh. Nyaris tanpa emosi karena itu yang ingin kuperlihatkan. Jangan sampai dia tahu Aku datang pertama ke kelas hanya untuk menyapanya. Jangan sampai dia tahu Aku selalu mengejar bis agar bisa satu angkutan dengannya. Jangan sampai dia tahu Aku mengikuti ekskul voli supaya bisa pulang bareng. Jangan sampai pokoknya. Dengan gelagapan Aku membuka satu lagi bungkus permen mint demi menghilangkan kebimbangan.


Follow through

I took more photographs of you

Than you would ever consciously allow


Ada sesuatu yang menyenangkan tentang permen mint. Rasanya yang menyegarkan dan mendinginkan. Saking dinginnya ia memancarkan kehangatan pada waktu yang sama. Memberikan energi kembali pada yang memakannya.


You think I don't know about her


Seperti senyum cewek itu. Berkilauan dan tulus. Menyenangkan siapapun yang melihatnya.


Just look at her

Peppermint SmilesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang