I

407 44 2
                                    

Rintik hujan sedari tadi membasahi kota Seoul seakan tak merasa lelah, sedang dua orang gadis bersurai panjang berjalan di bawah derasnya hujan saat itu. Mereka, Jung Hyemi dan Roseanne Park sedang dalam perjalanan menuju restoran tempatnya bertemu dengan sang partner bisnis.

"Aih, ms.Jung seharusnya tadi kau menuruti kata-kataku untuk menggunakan mobil saja. Bagaimana mungkin seorang CEO perusahaan besar berjalan kaki di antara rintik hujan guna menemui kliennya?" Gerutu gadis Park yang masih berusaha melindungi berkas-berkas penting di tangannya dari serangan ganas air hujan.

"Nona Roseanne, jarak restoran dan perusahaan kita hanya 15 meter. Kenapa kita harus merepotkan supir perusahan?" Jawab Hyemi sambil membenarkan posisi payungnya.

Sebenarnya itu semua hanya alasan.
Hyemi memang sudah memprediksi sejak awal jika dalam hitungan detik saja hujan akan mengguyur. Maka dari itu, ia sengaja mengajak sekretarisnya untuk berjalan kaki karena ingin menikmati berjalan di tengah hujan.

Sudah lama sejak terakhir kali dia bisa membiarkan dirinya menikmati aroma petrichor, yang entah kenapa sangat menenangkan.

Sesampainya di restoran, Hyemi dan Rosé langsung disambut aroma kacang almond yang menguar seakan menyapa indera penciuman mereka. Tarta de Santiago adalah menu spesial restoran tersebut sekaligus menu favorit Jung Hyemi. Ada alasan kenapa Hyemi sangat menyukai dessert berbahan almond itu. Semuanya karena saat usianya menginjak angka 7, kedua orang tua Hyemi mengajaknya berlibur ke Spanyol, negara dimana Tarta de Santiago diciptakan. Berkat dessert itulah, gadis cantik bermarga Jung ini bertemu dengan cinta pertamanya.

Cinta pertama yang sekarang entah berada dimana.

"Jadi bagaimana nona Jung? Perusahan kami bersedia menjadi factoring Y&Z Corporation. Asalkan, anda mau membuka cabang baru di Berlin." Ucap pria yang diyakini sebagai pimpinan perusahaan mitra bisnis Y&Z Corporation.

"Perusahaanku harus membuka cabang baru di Jerman yang tentunya akan memakan banyak modal. Dan kalian hanya akan menjadi factoring kami?" Hyemi terlihat berat dengan pernyataan mitra bisnisnya.
Hei, menurutmu membuka cabang baru tidak membutuhkan banyak uang? Apalagi mereka hanya akan menjadi sumber dana jangka pendek. Ayolah barter seharusnya sepadan bukan?

Pria paruh baya itu berusaha menimbang tawaran Hyemi.

"Baiklah. Kami akan menjadi angel investor untuk cabang Berlin. Deal?" Hyemi tersenyum puas. Sedangkan Rosé hanya menggeleng pelan. Bos sekaligus sahabatnya itu memang sangat pandai dalam hal negosiasi.

"Deal."

***

"Dokter Hwang, pasien VVIP atas nama Jung Ryu Seok meminta anda datang ke ruangannya."

Dokter ber-name tag Hwang Minhyun itupun bergegas menuju ruang rawat inap pasiennya.

"Ahh Dokter Hwang, maaf memanggilmu seenaknya begini." Ujar seorang kakek yang tampak berwibawa meskipun mengenakan pakaian rumah sakit.

"Tak apa harabeonim. Memang itu semua kewajibanku." Jawab pria tampan itu sambil sedikit terkekeh.

Tuan Jung hanya tersenyum menanggapi perkataan Minhyun. Selama setengah tahun ia dirawat di rumah sakit ini, dokter muda itu lah yang selalu menemani dan merawatnya. Bukan berarti keluarganya tak peduli, hanya saja kakek Jung sendiri yang meminta kepada keluarganya untuk tetap fokus mengurus bisnis yang telah dijalankan sejak berpuluh-puluh tahun lamanya.

"Minhyun-ah." Ucap pria tua itu dengan suara serak.

"Nde, harabeonim?"

"Aku benar-benar merindukan cucu-cucuku."

"Ah. Kalau begitu anda harus lekas sembuh agar bisa kembali ke Korea dan bertemu mereka." Minhyun menimpali dengan sesekali mengelus punggung pria yang sudah ia anggap sebagai kakeknya tersebut.

Pria bermarga Hwang itu tau dengan pasti bagaimana perasaan kakek Jung. Karena dirinya pun juga dilanda perasaan rindu yang sama kepada keluarganya yang tinggal di Korea. Tapi, mau bagaimanapun juga ia harus menyelesaikan internship-nya di rumah sakit terbesar kedua Berlin ini.

Nada dering handphone memecahkan lamunan kedua pria tersebut. Tuan Jung yang paham kalau itu suara ponsel pintar miliknya, bergegas mengambil benda silver itu lalu menekan tombol hijau.

"Harabeoji." Rengekan terdengar dari seberang telepon. Sedang Tuan Jung hanya tertawa geli, dia paham jika seperti ini cucunya berada dalam mode manja.

"Waeyo Hyemi-ah?"

"Lusa aku akan terbang ke Berlin."

"Jinjja?"

"Ndee~ Ah, aku lupa memberi tau kakek kalau aku berhasil mendapatkan kepercayaan Zyuzt Corporation. Yah dengan syarat membangun cabang di Berlin sih."

Kakek Jung tersenyum bangga seakan sang cucu berada di hadapannya.

"Aigoo. Good job my girl. Kau selalu berhasil membuat kakekmu ini bangga."

Kekehan ringan terdengar dari lawan bicara kakek Jung. Hyemi tentu saja bahagia jika kakeknya merasa bangga dengannya.

"Jangan panggil aku Jung kalau aku tidak bisa membuatmu bangga. Aku tidak sabar ingin cepat-cepat kesana dan bertemu kakek."

"Nado. Kakek juga tidak sabar mau mengenalkanmu dengan dokter Hwang." Ujar tuan Jung yang mengagetkan Minhyun. Sedang sejak tadi dia hanya menyimak obrolan kakek Jung sambil tersenyum hangat.

"Baiklah baiklah. Aku akan bertemu dengan dokter itu."

"Kalau begitu kakek tutup teleponnya ya." Dengan begitu, berakhirlah percakapan dua Jung tersebut.

"Harabeonim mau mempertemukanku dengan cucu anda?" Tanya Minhyun dengan air muka tidak mengerti maksud pembicaraan via telepon pasiennya tersebut.

"Eoh, kau tidak keberatan kan?"

Perlahan tapi pasti, Minhyun menganggukkan kepalanya tanda dia setuju.

[¡¡¡]

i dont know, but i really want to make lil bit serious fanfic.
semoga ada yang berminat baca ya :(
ga masalah ttg vote sih, it's up to you mau ngevote or nah.
but, i do really love it kalau seenggaknya kalian berkenan kasih komen berupa kritik, saran etc.
maklumin kalau tata bahasanya aneh ya, namanya juga beginner. dan maaf banget kalau banyak kosakata yang tidak dimengerti. bisa ditanyakkan di kolom komen guys;)

AWAKE《HWANG MINHYUN》Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang