Prolog

80 5 6
                                    

Yogyakarta, 17 September 2015

Aku Ajeng Maheswari, mahasiswi Ilmu Bahasa semester akhir disalah satu universitas ternama di Kota Yogyakarta. Tidak ada yang sedang aku lakukan saat ini kecuali berbaring karena pikiranku sangat kacau, aku baru saja bertengkar dengan kekasihku. Mungkin sudah jenuh dengan hubungan jarak jauh kami sehingga emosi mudah sekali tersulut hanya dengan masalah sepele.

Kekasihku, well, dia tipikal orang yang egois. Tapi dia tidak ingin disebut seperti itu, yah tentu saja semua orang juga tidak ingin dikatakan seperti itu. Dia selalu mengedepankan ego-nya sendiri dan keras kepala, bahkan terkadang karena emosi yang tidak dapat dikontrol, dia dapat dengan mudah mengumpatkan kata-kata kasar kepadaku.

Sabar? Ya tentu, i did.

Tapi dalam hubungan 2 tahun yang kami jalani itu sudah cukup membuatku jenuh menghadapi sikapnya. Dan sabar ada batasnya, bukan?

Saat itu, aku meminta putus dengan Dion--kekasihku. Kami sudah menjalani LDR selama hampir 2 tahun dan selama itu juga aku harus bersabar dengan sikapnya. Dion jarang sekali memberiku kabar, entahlah, mungkin aku mampu menghitung berapa kali dia mengirimi ku pesan dalam sebulan.

Sudah berulang kali aku memintanya untuk segera menyudahi hubungan ini tapi Dion selalu menolak dan meminta kesempatan. Dan seperti itu berulang-ulang. So complicated.

Namun hari ini, aku merasa sedikit bebas karena pada akhirnya Dion marah besar. Mungkin dengan seperti ini hubungan kami akan segera berakhir. Aku hanya perlu sedikit waktu untuk mewujudkannya.

Memang mungkin aku terkesan sangat jahat. Bahkan aku tidak akan memprovokasi jika seseorang menyebutku 'tidak tau diri' dengan apa yang telah aku perbuat kepada Dion. Karena mereka hanya mengerti Dion sangat baik padaku tanpa tahu apa yang aku rasakan bersama Dion selama ini. Ini keputusanku---emm kami, toh untuk apa mempertahankan sesuatu yang pada akhirnya akan sia-sia dan menyakiti keduanya. Lebih baik luka ringan hari ini daripada luka berat esok hari.

Aku masih bergelut dengan berbagai macam pikiran, saat ponselku berdering.

Sebuah whatsapp baru muncul dilayar ponselku. Dan sudah kuduga pesan itu dari Dion.

Memang ya terlalu keras kepala. Sudah habis sabarku tiap ngehadapin kamu, dikit-dikit minta putus.

Tring. Pesan baru lagi.

Aku sudah setia sama kamu, tapi kamu tetap tidak tahu diri. Ini balesan kamu? Aku bilang bertahan, sebentar lagi juga aku dinas di Jogja. Kenapa gitu aja susah sih?

Nah, sebentar lagi pasti memintaku memberi kesempatan. Dion ah--aku sudah menebak kebiasaanmu disaat seperti ini.

Kutaruh ponselku dibawah bantal dan beranjak menuju dapur. Aku butuh sesuatu yang menyegarkan atau kepalaku akan meledak karena terlalu panasnya. Di dapur aku tidak melihat ada siapa pun, biasanya ada mama yang selalu sibuk didapur buat makanan.

"Mah.. Mamah?" seruku namun tidak ada sahutan.

Mungkin mama sedang ke warung sebelah, batinku seraya mengangkat bahu. Kubuka laci disalah satu lemari didapur dan mengambil sebungkus kopi kemasan. Mama selalu menyimpan kopi kemasan untuk sewaktu-waktu jika ada tamu datang. Dan selain itu, tentu saja untukku, haha.

Segera kuseduh kopi kemasan tadi dengan menambahkan beberapa es batu, lalu membawanya ke ruang TV. Sebenarnya ruang TV ini menyambung dengan ruang tamu, hanya diberi batas berupa tirai-tirai bambu dan beberapa vas bunga.

Rumah kami tidak begitu besar dengan type 36 dan desain minimalis, tanpa banyak tembok pembatas. Katanya supaya terlihat luas dan tidak menyeramkan. Jika kalian masuk kedalam rumah, kalian akan menemui urutan seperti ini, ruang tamu, lalu ruang TV kemudian ada pintu kaca sebagai pembatas antara dapur dengan ruang TV. Jadi desain dapur kami berada diluar, tapi aktifitas didapur masih sangat terlihat jelas dari ruang TV. Lalu kamar utama berada di dekat ruang TV dan dua kamar lainnya berada di tingkat 1,5. Ya, rumah kami bukan 2 lantai tapi 1,5 lantai. Jadi kepala papa diruang TV, masih bisa terlihat dari kamarku. Hahaha.

My Destiny is A StrangerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang