Malam minggu kelabu bagi Naruto, perempuan itu untuk kesekian kaliannya melakukan peregangan sebab hampir seluruh padanya terasa pegal. Sejak pagi ia habiskan untuk bekerja sebagai pelayan di cafe Samui salah satu temannya. kalau biasanya shif nya dari pukul tujuh malam hingga pukul dua belas malam, namun hari ini ia harus menggantikan salah satu rekannya yang cuti, membuatnya harus bekerja seharian.
Gadis itu mematikan lampu setelah semua meja berhasil mereka rapikan, kelopak matanya terasa berat, dengan segera gadis itu menenteng tas jinjing nya untuk bergegas pulang.
.
.
Suara gesekan aspal dengan sepatu menjadi pengiring langkah Naruto, gadis itu menghiraukan hawa dingin yang terasa menusuk kulit, kemeja dan celana panjang yang ia kenakan cukup membuatnya hangat. Naruto mulai melewati gang sempit, cahaya temaram dari lampu jalan membuatnya terbantu ia sengaja memotong jalan karena ingin segera mengistirahatkan tubuhnya. Dari radius puluhan meter ia bisa melihat bangunan sederhana tempat tinggalnya selama berada di Kyoto.
Gadis itu menaiki tangga dengan lesu, tak terasa hampir jam satu pagi, Naruto pun merogoh saku kemejanya setibanya di depan pintu kamarnya.
Cklek..
Kret..
Pintu berderit ketika ia mendorong benda pipih tersebut, alisnya berkerut dalam ketika netranya menemukan kertas dibalik pintu.
"Undangan."
Ia meraba dinding mencari saklar lampu, kedua matanya memicing melihat nama salah satu Sahabatnya yang tertera disana.
"Ino akan segera menikah" Ujarnya skeptis.
sesuatu hal yang tak pernah ia duga akan terjadi secepat ini, mereka memang telah memasuki usia matang, tapi diantara Hinata, Sakura, dan Ino Naruto tidak menduga kalau sahabat cerewet nya itu mendahului mereka.
Gadis Namikaze itu tertawa renyah ia bahkan tidak memiliki kekasih hingga sekarang. Sungguh kisah percintaan nya pun sangat mengenaskan, sampai-sampai ia malu untuk mengingatnya.
Naruto kemudiam menimbang keputusan, berarti bulan depan ia harus ke Tokyo, sudah cukup lama ia tidak kembali ke kota kelahirannya tersebut, terkahir kali dua tahun yang lalu saat ia lulus kuliah. Ia dan sahabatnya pun hanya berhubungan via telpon dan belum bertemu hingga sekarang. Naruto membuang napas lewat mulut, sepertinya ia harus mengambil cuti....lagi. Semoga Samui tidak keberatan pikirnya lagi.
•••Π•••
Mungkin Naruto merasa hari harinya menjadi monoton sejak satu setengah tahun kebelakang, setiap harinya ia hanya menghabiskan waktu untuk bekerja dimalam hari dan bermalas-malas an pada siang harinya. Gadis itu patut nya bersyukur memiliki orang-orang yang perduli padanya, Naruto mungkin sebatang kara tapi ia memiliki sahabat dan teman disampingnya. Akan tetapi perasaan kosong itu cukup sering hinggap dihatinya yang telah tersimpan rapat. Naruto berharap akan ada sesuatu yang bisa menutup lubang kecil dihatinya.
..
.
Senandung kecil keluar dari mulut Naruto yang tengah mengelilingi rak rak makanan di supermarket dekat tempat tinggalnya. Ia mendorong troli dengan semangat, persediaan dikulkasnya telah habis jadi ia harus mengisinya kembali, satu persatu makanan berpindah tempat hampir memenuhi troli yang ia bawa. Gadis itu kemudian beralih menuju etalase daging, lidahnya berdecak melihat harga daging yang cukup mahal, dan tidak potongan harga kali ini. Ia kembali mendorong troli menuju kasir, sudah cukup belanjanya, hari mulai sore ia harus bersiap untuk kembali bekerja.
.
.
Naruto menelusuri trotoar dengan kedua tangan yang menenteng dua kantung penuh barang belanjaan. Senyum gadis itu mengembang mengingat ia akan memasak sup favorit nya setelah ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cintai Aku Di lain Waktu (Oneshot)
ФанфикOneshot sasufemnaru Berawal dari cinta bertepuk sebelah tangan Naruto akhirnya memutuskan pergi setelah menyelesaikan studi nya, namun siapa sangka setelah dua tahun berlalu pria itu datang dan berusaha mengikat hatinya.