"Ah, anjir. Kenapa juga ada acara ospek-ospek di kampus segala? Apa kating-kating itu pikir kalau kami semua ini masih anak remaja yang liar dan perlu didisplinkan?" Omelku kesal, aku tetap mengomel walaupun tak ada yang mendengarkan.
Hari ini aku terpaksa bangun pagi-pagi, memakai baju dan aksesoris super bodoh yang membuatku seperti orang gila kesasar dari gunung Jayawijaya. Tadi pagi aja, saat aku naik angkot, semua orang diangkit ngeliatin aku kayak aku ini adalah alien dari planet Saiya. Untung aja gak sampe difoto. Kalo viral gegara jadi alien super Saiya kan kampret -_-.
Eniwei, sesampainya aku di kampus, para junior-junior malang ini disuruh kerja paksa ngebersihin satu kampus yang udah dari sononya bersih. Ini adalah salah satu kegiatan unfaedah yang dilakukan oleh kating-kating sotoy dalam rangka memperdalam rasa cinta kami pada kampus.
Halo? Kerja paksa ngebersihin satu kampus? Kost gue aja udah kayak sarang Miper mutan gegara rajin gak dibersihkan. Lha, ini disuruh ngebersihin kampus. Emangnya gue ini sejenis klining servis gratisan, ya?
Gak sampe disitu aja. Setelah melakukan kerja paksa, kami disuruh guling-guling diatas lumpur. Dan sekali lagi, ini dilakukan untuk memperdalam rasa cinta kami pada kampus.
Gue gak ngerti kating-kating tercinta kami ini otaknya pada nyangkut diatas jemuran Miper atau gimana, tapi sejak zaman prasejarah Spongebob, atau di negara manapun, gak ada yang namanya ritual memperdalam rasa cinta dengan cara guling-guling diatas lumpur. Kenapa gak guling-guling diatas aspal aja sekalian? Biar junior-juniornya pada kinclong semua, alus gegara diamplas sama aspal.
Jadi, menurut gue, kegiatan ospek ini sungguh unfaedah dan tidak memiliki zat sama sekali.
Jam sudah menunjukkan pukul empat sore lebih, dan acara ospek bangke ini masih terus berlangsung meriah.
Kami bahkan belum diberi waktu untuk istirahat sedetik pun. Bekal yang kami bawa
juga gak disentuh sama sekali. Malahan, para kating reseh ini yang makan. Zaman penjajahan aja gak gini juga, kan? Kami bagaikan sebongkah upil didepan kating-kating ini. Gak berharga sama sekali."Aduh, gue udah mulai pusing, nih." kata Nadya, teman satu grup ospek gue.
Nadya orangnya cantik bat. Pake jilbab warna pink, pipinya tembem, terus matanya besar dan berkilauan jadi bikin mukanya unch-unch-unyu-uhuy-uhuy-hoek gimana gitu.
Tapi sayang, keunyuannya ternodai oleh kezaliman kating kami. Dia sekarang terlihat sama dengan Si Buta dari Gua jonggol edisi gagal oplas.
Melihat kondisi Nadya, gue geleng-geleng sendiri. Nadya yang imut-imut aja kayak gitu, apalagi gue yang jelek ama butek kayak gini?
"Hei, yang itu! Yang geleng-geleng!" tiba-tiba satu kating cowok tereak sambil nunjuk gue.
"Gue, kak?" tanya gue poltak--polos tak berotak.
"Ya kau, lah! Masak si buta dari gua jonggol!" balasnya keras, aksen Bataknya terasa begitu kentara.
"Bukannya si Buta dari Gua Hantu, ya kak?" tanya gue balik. Perkataan gue sontak membuat junior-junior laen pada ketawa.
"Kau berani ngebantah perkataanku?" tanya kating Batak itu.
"Nggak kak, nggak." balas gue, ciut.
"Heh! Masih berani jawab!?"
God, please kill me now.
"Sini kau!" kata kating Batak sama gue.
Sebagai junior yang baik, gue kemudian nurutin perkataan si Kating Batak. Gue cuma nunduk pas gue sampe didepan si Kating Batak. Gue dengan jelas mendengar suara nafas si Kating Batak. Dahsyat bak angin bahorok dengan sentuhan aroma wewangian jengkol, ntap abis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Vertigo Cyber Crime Unit
ActionGabriel Fernando, seorang mahasiswa jurusan psikologis yang super-sempurna, hacker ganteng, tapi dingin. Kadang dia perhatian, tapi bisa juga jadi super-sarkastik yang bisa membuat orang-orang disekitarnya bunuh diri! Sebaliknya dengan Mikhaila Maha...