satu

116 4 0
                                    

Sore ini awan tampak gelap. Angin berhembus kencang sehingga membuat tirai jendela rumah Ando berkibar layaknya bendera di tengah lapangan. Belum ada tanda tanda tetesan air berjatuhan membasahi bumi ini.

“kita mau ngapain nih?” ucap Ando pada Ghina yang sedang meminum teh hangat yang baru diberikan Mba ratih, pembantu rumah Ando.

“gatau, terserah lo aja. Gue masih capek abis kejar kejaran tadi” ucap Ghina yang hanya dibalasan tawa kecil Ando.

“ngga papalah itung itung olahraga. Kan udah lama lo ngga olahraga sejak liburan.”  

“iya kali” Membalas dengan jengkel.

Hening. Tidak ada yang ingin memulai perbincangan dengan topik baru. Mereka sibuk dengan pikiran masing masing sambil menatap jendela yang ada di kamar Ando. Mereka duduk menikmati hamparan pemandangan kota dengan warna langit yang gelap. Hanya semilir angin dan lambaian dari pepohonan yang mengisi suasana itu.

Melihat teman sekaligus sahabatnya yang duduk manis disampingnya Ando hanya tersenyum geli. Ia tak menyangka sudah tiga tahun ia bersama Ghina, seorang gadis yang dapat dengan mudah dekat dengannya. Sebelumnya, ia hanya sekedar kenal dengan gadis di dekat rumah ataupun disekolahnya. Dan hanya berbicara ketika ada sesuatu yang penting dan darurat.

“ngapain lo ngeliatin gue kayak gitu? Awas nanti suka lagi sama gue iih” ucap Ghina jijik yang dibalas putaran bola mata Ando.

Ando kembali melihat ke jendela. Rupanya gerimis sudah membasahi kaca jendela dan pepohonan. Air yang ada ujung kanan atas jendela mulai turun dengan perlahan sampai ke bagian bawah kaca jendela.

“bengong aja. Mikirin apaan sih?” ucap Ghina yang melihat Ando termenung di sampingnya

“ngga kok. Perhatian banget sih” jawab Ando menyeringai dan mencoba menggoda Ghina

“apa salahnya sih. Lo juga seneng kan kalo gue perhatian”  jawab Gina sambil melangkah ke lemari pakaian Ando yang berada di ujung ruangan. Membuka dan memilah milih kaos yang akan dipakainya. Jika Ghina dirumah Ando ataupun sebaliknya mereka memang seperti itu, memakai kaos satu sama lainnya.

Ando mengikuti gerak gerik Ghina yang sedang memilih kaos yang ada di lemari pakaiannya. Ketika melihat kaos kesayangannya akan dipakai Ando langsung loncat dan mengambill kaos yang masih  ada ditangan Ghina. “jangan pake kaos ini” ucap Ando dengan nada yang cukup tinggi

Ghina kembali merebut kaos itu dan mengernyit bingung “lah emangnya kenapa sih. gabiasanya lo pelit kayak gini”

“bukan pelit ghin tapi gue gamau aja kaos kesayangan gue dipake sama orang lain”

“sama aja namanya pelit. Aahhh itu aja kaos yang abu abu itu yang lo bilang kaos kesayangan lo waktu itu ngga papa gue pake kok sekarang gini sih” jawab Ghina kesal

“kan beda ghin. Ini tuh special bangeet. Udah ahh kembaliin ke lemari. Jangan dipake”

Itu perintah. Menyadari itu Ghina hanya mencibir Ando diam diam dan memilih kaos yang lain. Sementara Ando kembali duduk menatap hujan yang mulai deras.

Sebenarnya ia tidak mau bersikap seperti itu pada Ghina. Ando sendiri juga heran kenapa Ghina bisa menemukan kaos itu, sementara ia sudah menaruhnya ditempat yang tidak akan terlihat dilemari bajunya. Kaos itu sama saja seperti kaos Ando yang lainnya. Tetapi ketika melihat kaos itu, ia selalu mengingat seorang yang memberinya. Memang konyol tapi itulah kenyataannya.

“emang ada apa sih sama kaos itu ndo?” Tanya Ghina menyingkirkan apa yang ada di pikiran Ando.

Ando hanya terdiam. Ia tidak ingin menceritakan soal itu. Baginya itu hanyalah masa lalu ketika ia masih dini. Tidak penting untuk dikenang lagi.

Lama Ghina menunggu jawaban dari Ando tetapi tidak ada suara apapun yang Ando keluarkan dan lagi lagi ia bertanya “kenapa sih lo? Lagi galau? Mentang mentang hujan. Ada apasih cerita dong”

“ngga apa apa. Yakali. Haha” tawanya hambar

Ghina hanya menautkan kedua alisnya menjadi satu. Dan tiba tiba suara mama Ando dari bawah berkoar memanggil  Ando dan Ghina makan siang.

_________________________________________________________________________

*Ghina POV*

Hari ini pertama kalinya aku menginjakan kaki di sekolah baruku. Yaa… hari ini aku dan Ando resmi menyandang gelar siswa SMA. Tapi sebelum resmi aku harus menjalani masa masa MOS. Huuh males sebenernya tapi mau gimana lagi.

Aku mulai memasuki gedung sekolah. Berjalan melewati lorong untuk mempertemukanku pada lapangan sekolah. Seniorku memandangku dan orang yang berpakaian sama sepertiku. Memakai seragam SMP,  rambut yang diikat kepang menjadi Sembilan bagian , kalung pete yang tersampir dileherku, dan botol minum layaknya anak tk dan juga kaos kaki dengan warna abstrak.

Ngga pede banget sama semua ini. Aku hanya menunduk dan melanjutkan jalanku dengan gugup.

BUGH

Aku mendarat dilantai dengan mulusnya. Rasa nyeri langsung bertebaran disekitar lenganku. Tapi ku hiraukan hal itu. Sekarang aku merasa takut. Takut akan sosok yang berdiri didepanku. Aku tak cukup mempunyai keberanian untuk mengangkat kepalaku. Jantungku berdebar tak karuan. Peluhpun sudah membasahi kening dan pelipisku. YaTuhan aku butuh Ando sekarang aku takut. Yaampun apa yang telah aku lakukan. jangan sampe ini senior. jangan sampe. jangan sampe.
Aku terus mengucapkan kalimat itu dalam batin ku sampai suatu....

Terima kasih mau membaca cerita abal ini huuh sebenernya ini cerita pertamaku jadi maaf maaf banget kalo banyak kekurangannya. selama nulis ini, jadi tau gimana author author di wattpad suka kesulitan dalam menuangkan ide idenya juga memainkan imajinasinya. yaudahlah yaa tapi aku juga nyoba buat lebih baik lagi di next chapter hahahahah. kalo mau kritik atau saran boleh kok. itung itung buat koreksi diri dalam menulis hohohoho. okeee terimakasih banyak....;)

maaf saya suka gajelas :D

Bestfriend? [ON HOLD]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang