Lembar Pertama

30 2 7
                                    

Setiap pulang sekolah, aku selalu menghabiskan waktu di perpustakaan sekolah untuk belajar, mengerjakan tugas sekolah, atau sekedar membaca novel remaja. Apalagi sebentar lagi ujian, aku harus belajar di sini sampai malam.

Sebenarnya aku bukan kutu buku, apalagi murid paling pintar. Aku cuma merasa sangat nyaman di sini sampai suka lupa waktu. Karena cuma di perpustakaan ini aku bisa merasakan ketenangan. Hening. Tidak berisik. Saking sepinya sampai bisa tertidur.

"Maaf dek, sudah waktunya tutup." ujar seorang librarian.

Aku terbangun dan mengucek-ngucek mataku. Rupanya aku tertidur di meja perpustakaan waktu belajar untuk try out ekonomi besok. Aku melihat jam tanganku sudah menunjukan pukul 7 malam.

"Ma-maaf bu." jawabku masih setengah nyawa.

Sudah tidak ada lagi orang di dalam perpustakaan ini selain aku dan librarian itu. Aku segera membereskan alat tulisku dan mengembalikan buku perpustakaan yang aku pinjam ke rak buku. Aku terhuyung ke luar perpustakaan lalu mengambil tas dalam loker. Aku benar-benar malas pulang malam ini.

Librarian itu juga ikut ke luar, mematikan lampu, dan mengunci pintu. Dia melihat aku masih susah payah memasukan buku besar akuntansi yang seukuran 1 lembar folio ini ke dalam tasku yang sudah penuh barang. Lalu dia menghampiriku.

"Mau dibantu dek?" tanya librarian itu.

"Gak usah bu." jawabku sambil terus memaksa supaya buku sebesar itu masuk ke dalam tas.

Tiba-tiba tangannya memegang bukuku, memiringkan tasku, lalu ajaibnya buku itu bisa masuk dengan cepat. Tangannya tidak sengaja menyentuh tanganku tadi. Kulitnya kasar dan dingin.

"Makasih bu." ucapku sambil menunduk.

"Sama-sama dek. Ayo bareng ke depan!" dia tersenyum.

Lalu aku berjalan bersama dia sampai ke depan gerbang. Langit sudah gelap. Lampu juga tidak dinyalakan kalau tidak ada ekskul yang sampai malam. Sepi lagi. Seram juga ya kalau tidak bersama dia. Pak satpam cuma tersenyum melihat kami ke luar karena bisa santai setelah tutup gerbang.

"Kamu kelas 9 ya dek?" tanya librarian itu.

"Iya bu." jawabku.

"Besok try out ya? Sudah selesai belajarnya tadi?" tanya dia basa-basi.

"Belum bu." jawabku.

"Maaf ya saya sudah suruh kamu pulang. Ntar lanjutin lagi aja belajarnya di rumah ya dek." katanya.

Aku menggeleng. Gimana aku bisa belajar di rumah. Kebetulan kita sudah sampai di halte depan sekolah. Sudah waktunya kita berpisah karena angkot yang mau aku naiki sudah datang.

"Saya duluan ya bu." aku pamit.

"Eh kamu naik angkot ini juga dek? Sama dong!" katanya sambil bersorak girang.

Aku pun naik ke dalam angkot itu dan duduk lebih dulu. Lalu dia juga masuk di belakangku. Belahan dadanya montok terlihat di balik kerah kemejanya karena harus menunduk. Dia duduk di sebelahku.

Di dalam angkot banyak pria yang melihat ke arah pahanya librarian itu. Dia pakai rok ketat pendek sehingga terlihat pahanya putih mulus. Aku jadi kesal. Aku taroh tasku yang berat ini ke atas pahanya. Dia kaget.

"Berat mamah. Pegangin ya mah!" ujarku sok manja sama dia.

Dia pun tersenyum mengerti lalu menutupi pahanya dengan tasku. Om-om itu langsung buang muka karena aku memanggilnya mamah. Aku tertawa dalam hati.

Waktu aku harus turun angkot, dia juga ikut turun dan membayarkan ongkosku sekalian. Lalu dia mengikuti aku masuk ke gang rumahku. Padahal tasku sudah aku bawa sendiri. Aku pun heran.

"Kenapa ibu ngikutin aku?"

"Kalau kita gak turun bareng, mereka gak bakal percaya kalau saya mamahnya kamu."

Benar juga. Aku tertawa.

"Makasih ya dek!" ucapnya sambil mengelus kepalaku.

"Kok ibu yang makasih? Kan ibu yang udah bayarin ongkos dan anterin saya pulang." ujarku.

"Kan kamu juga udah jagain saya tadi dek. Rumah saya gak jauh dari sini kok. Cuma tiga gang dari sini. Rumah kamu yang mana dek?"

"Yang itu bu yang ada banyak motor di depannya." aku menunjuk ke arah rumahku cuma beberapa langkah dari sini.

"Loh? Itu kan warnet?" dia heran.

Jelas-jelas ada tulisan warnet 24 jam di depannya.

"Iya bu. Mamah saya buka warnet di rumah."

"Oh." Dia terdiam menatapku.

"Ya udah ibu pulang aja."

Bukannya mau mengusir. Tapi dia tidak bakal nyaman kalau mampir. Aku juga tidak mau dia bertemu mamaku.

"Oke deh. Kamu semangat ya try out nya besok!"

"Iya bu!"

Aku tersenyum sambil melambaikan tangan. Aku berjalan sampai ke depan rumahku sambil masih tersenyum sendiri. Aku menoleh ternyata dia masih memperhatikan aku sampai masuk ke rumah. Aku melambaikan tangan sekali lagi. Lalu masuk ke penjaraku.

bersambung

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 09, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Behind The BookshelfTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang