Kau duduk masih disana, dengan sejuta pesona yang menguar tanpa tiada mau dihentikan. Dengan semua aura hangat yang kau timbulkan dari senyum indah merekah di wajahmu.
Begitupun aku
Aku masih disini, setia menunggumu untuk segera melirikku dengan mata hitam pekat teduhmu. Disini tanpa berhenti berharap agar kau bisa melihatku atas nama diriku sendiri. Aku tersenyum saat kau tertawa lepas bersama teman-temanmu, entah kenapa tawamu bisa membuatku merasa sangat bahagia.
Mataku tak pernah bisa lepas dari semua tingkah lakumu, layaknya sebuah magnet kau mampu menarik semua perhatian hanya dengan sebuah senyum indahmu.
"Ngelamunin apaan sih?"
Tepukan di bahu kanan membuyarkan segala lamunan akan dirimu "Ah, nggak kok. Nggak apa-apa" jawabku tersenyum sambil menggeleng-gelengkan kepala meyakinkan sahabatku Rara yang satu ini.
Rara melihat kearah Zicko. Ya, lelaki yang tadi aku pandangi tadi bernama Zicko. Dia satu tahun di atasku. "Oooh lagi liatin kak Zicko yaaa" tebaknya menggoda "Iihh Ra, apaan sih" aku membuang arah pandangku agar tidak memperlihatkan raut wajah meronaku pada Rara "Hahaha, udah ketauan kali Zoe" ucapnya.
Aku melihat kearahnya, apa semudah itukah dia menebakku?
"Dari awal gue udah tau kalo lo suka sama kak Zicko" lanjutnya seakan dia bisa membaca isi pikiranku "Keliatan banget ya?" bisikku
"Nggak sih, cuman yaaa sebagai temen dari kecil gue sedikit taulah" jawabnya "Gimana ya, abis dia punya aura yang bedalah sama yang lainnya, gak bosen-bosen deh gue liatin dia terus" ucapku sambil melihat Zicko yang sedang bercanda ria dengan teman-temannya
"Kalo lo suka sama dia kenapa gak bilang aja sih?" ucapnya dengan asal sontak membuatku membulatkan mata menatapnya "Lo pikir bilang suka itu semudah ngebalikin telapak tangah apa!" ucapku kesal "Daripada dipendem sendirian?" "Biarkan diriku mencintainya tanpa batas juga tanpa balas" jawabku sambil terus memperhatikan Zicko.
Semua tingkah lakunya yang pembodohan itu menjadikanku tambah menyukainya. Semua yang dilakukannya menjadikanku tambah menyukainya. Aku menyukainya, dengan segala kelebihan juga kekurangannya aku menyukainya, tanpa perlu dibalas tanpa perlu dibahas.
Zicko mengedarkan pandangannya kesegala arah dan pandangan kami bertemu. Iris mata hitam pekat teduhnya menatap iris mata coklat oranye milikku selama beberapa detik dan diakhiri dengan sebuah SENYUM.
Aku berani bertaruh kini wajahku pasti sangat merah layaknya udang rebus yang matang hanya karena dia melihat kearahku dan... tersenyum kearahku.
"Napas woy!" Rara menjentrikan jarinya di depan mukaku membuat kesadaranku kembali utuh "Rara!!" jeritku tertahan sambil mengibas-ngibaskan tangb anku pada mukaku yang memerah
"Kenapa sihh?" tanya Rara heran "Kak Zicko liat kearah gue, terus terus dia... dia... Kyaaaa" jeritku memukul mukul pelan meja kantin "Mulai gila" gumamnya. Aku tiada berhenti untuk terus tersenyum mengingat kejadia yang terjadi 98 detik yang lalu.
Ya tuhan, bisakah aku terus melihat senyum indahnya selamanya?
Setelah kembali ke rumah, aku menonton tv di ruang tv bersama Molly si kucing kesayanganku. Ditemani dengan sebungkus cemilan aku sibuk menonton acara tv. Lalu terdengar suara pintu utama rumah terbuka "Udah pulang daritadi apa baru tadi?" tanya bang Alvi mendekatiku "Mayanlah" jawabku singkat tanpa menoleh kearah bang Alvi
"Hai Zoe" suara berat yang tidak aku kenali terdengar familiar di telingaku, aku menoleh dan "Kak Zicko?" ujarku terkejut "Hai" jawabnya sambil tersenyum ramah kearahku, dapat kurasakan seluruh wajahku memanas melihat senyum yang ditujukkannya hanya padaku, perlukah aku ulangi? HANYA PADAKU
YOU ARE READING
Tentang Aku, Kau dan Harap yang Tiada Bertepi
Short StoryJika harap ini tiada bertepi Biarlah angan ini bermimpi Bermimpi akan jatuhnya hati Pada sang pemilik tepi Yang jua sedang menanti Sebuah hati dii lain tepi