Malam itu rangga membuka semua isi bawaan dari rantaunya di negeri paman Sam. Agak lelah tubuhnya -efek jet lag berjam - jam, tapi ia paksakan sedikit. Alasannya biar ia bisa santai keesokannya. Ia ingin berebahan sampai esok paginya lagi. Hari malas yang ia dedikasikan setelah sekian lama sibuk mengejar studi.
Disisi lain kekasihnya -Dilan sibuk merebahkan diri di ranjang berukuran medium size milik rangga, sembari mengisi TTS bersampul gadis cantik yang ia beli pinggir jalan. Buat bunuh waktu. Alasannya malam - malam kesini adalah bosan, padahal rindu berat. Rangga tau itu. Maka ia biarkan kekasihnya merecoki malamnya.
"menginap ya aku disini?" tanya dilan, fokus masih dilembar TTS. Sesekali menggeram kesal dan pelan kala tak menemukan huruf yang tepat untuk mengisinya.
Rangga menoleh, kemudian mengedik.
"terserahmu lah"
Kemudian fokus masing - masing lagi. Sampai rangga akhirnya beres dengan bawaannya. Kemudian tubuhnya ia ikut baringkan disisian dilan merengkuhnya dalam satu pelukan hangat kelewat erat -dilan menggerung, kegiatannya terhenti tangan besar rangga yang menyelubungi tubuhnya yang lebih mungil dari rangga.
"bisa kah kau singkirkan tangan - tanganmu itu? Tidak lihat buat apa?" keluhnya yang teredam bidang torso kekasihnya.
Rangga terkekeh, dilan kelewat gemas dimatanya. Ingin rasa - rasanya ia peluk sampai lemas saking gemasnya. Beberapa tahun di negeri orang membuat keduanya kurang komunikasi. Sesekali sibuk berbalas surat, sesekali pula berhubungan lewat jejaring skype. Rangga yang minta, karena tak sempat kirim surat. Jadi, kegiatan saling kontak langsung seperti ini merupakan hal yang precious baginya dan dilan (walau banyak bantah tak suka).
"aku rindu. Berat. Tak kuat rasanya" gumamnya sembari mengecupi puncak kepala dilan pelan - pelan. Meresapi wangi spray rambut yang tercium tipis serta wangi apak jalanan, ada semilir wangi tembakau pula. Tapi ia suka.
Ia bilang 'wangi dilan'.
Kemudian jemarinya menyusuri jengkal punggung sempit dilan, begitu perlahan seakan itu benda pecah belah. Sedangkan dilan hanya diam, ikut menikmati sentuh sayang kekasihnya. Begitu lama tak dibuai sebegitu sayangnya membuatnya merasa ada sesuatu yang mengganjal -mungkin kesedihan?
Ia tak paham.
Maka ia benamkan wajahnya pada perpotongan leher rangga. Menghirup wangi pekat musk yang memeluknya erat. Begitu khas. Begitu dirindukan. Jadi, ia biarkan masuk memenuhi rongga paru - parunya seakan itu sebuah sokongan oksigen. Sesekali pula dilan melarikan jari kurusnya pada potongan rambut kekasihnya. Sudah lebih panjang dari terakhir ia bertemu.
"maka biarkan aku dalam dekapmu bila kau rindu. Barangkali hilang bila kita bersatu?" kata dilan sambil mendongak. Menatapi netra kelam rangga dalam.
Mencium - ciumi rambut halus yang tumbuh di wajah rangga. Terasa geli karena ia belum bercukur sehabis dari Amerika. Sedangkan rangga hanya tersenyum - senyum melihat tingkah kekasihnya. Lucu sekali.
"bagaimana sekolah mu? Masih sibuk cari masalah dengan genk lain? Masih ganggu milea?" tanya rangga dengan nada mengejek. Tau betul tabiat pacarnya yang gampang tersulut emosi jika ditanya begitu.
Dilan mengernyit sebal -tersulut pula emosinya. Dikira macam - macam oleh kekasihnya sendiri, maka ia cubit kecil perut rangga. Membuatnya mengaduh kesakitan oleh rasa cubitan dilan. Dilan pun mana peduli. Asik menggerutu, kemudian melepas dirinya dari pelukan selengket cumi rangga. Memunggunginya dan tak menggubris panggilan rangga setelahnya.
Kepalang susah ini.
Rangga pun menyenderkan tubuhnya pada kepala ranjang, memanggil kekasihnya lagi. Kali ini sambil menggoyangkan tubuhnya pelan. Atau sesekali menggigit bahunya pelan juga. Dilan masih tak bergeming. Masih tak berkutik. Rangga mendecak. Maka dengan tak sabar ia balik dan kungkung kekasihnya. Dilan menatap tak suka. Walau ada semburat merah padam di pipinya. Rangga malah menatapnya kelewat intens, membuat dilan merengek tak suka ditatap begitu.
"kenapa harus kesal sih? Kau kan ketua genk motor, wajar kalau terjadi selisih paham dengan genk lain. Bila tak ada selisih paham, bilang tak ada. Aku bertanya soal milea juga tak maksud buatmu cemburu. Kau tau kan cinta sangat protektif kalau menyangkut milea. Dia selalu menanyakan tentang milea melalui ku, ia bilang milea tak pernah bilang apa - apa jika ditanya ini itu.. "
Rangga sedikit menggantung ucapannya untuk mengecup kening dilan lembut,
"... Lagipula kau dekat dengan milea. Malah sering ganggu satu sama lain"
Dilan mulai balas mata rangga ragu - ragu. Masih agak kesal tapi sudah hilang emosinya. Kemudian memgalungkan tangannya pada leher kokoh rangga -otomatis menipis jarak antaranya. Rangga diam saja dibeginikan. Toh, dia suka.
"aku itu rindu. Menunggu sampai satu purnama datang. Bukannya tanya semua tentangku malah tanya hal - hal tak penting! Persetan dengan mu 'ngga!" keluh dilan sambil memainkan ikal rambut rangga dengan telunjuknya.
Rangga terkekeh, lalu mencuri satu kecupan dibibir mungil dilan lama. Kemudian senyum jahil tersungging di wajahnya saat nelepas persatuan bibir mereka Buat dilan senyum malu - malu jadinya.
"kemudian apa kabar sayangku? Rindumu pasti berat?"
End
Hola balik lagi dengan gue taemanggos ~ kali ini kg bawa kapel lokal yg lg in bgt : RANDILAN hahaa. Sbnrnya udh sebulan lebih tersimpan di draft tp baru bs gue publish sekarang. Abis gemas bgt sih, akhirnya ada kapal rasa lokal ❤
Dan mohon maaf klo ada yg kurang sreg sama cerita ini. Karena gue yakin tijel bgt.
Dan btw di book ini gue bakal bikin short story randilan. Jadi tunggu aja ya kelanjutannya lg.
KAMU SEDANG MEMBACA
LAKUNA • RANDILAN •
Fanfiction"Lakuna [kb, latin] : ruang kosong, bagian yang hilang" Rangga 'AADC' x Dilan 'Dilan 1990' 🚫crack ship, typo(s), too much cheesy/cringe!🚫 ©taemanggos.